Suara teriakan itu semakin jelas diiringi bunyi-bunyi gaduh, dan asap yang terasa semakin banyak.Veer, Abhi, dan Dev bergegas ke lantai bawah untuk melihat apa yang terjadi disana.
Ya, api berkobar membakar sebagian dari ruangan itu dan semakin menjalar kemana-mana.
"Telfon pemadam kebakaran!" titah Dev yang langsung diangguki Abhi.
"Veer, ayo kita keluar!" teriak Dev.
Veer menggeleng, "aku akan mencari Kavya dulu," balas Veer sambil berlari kembali ke lantai 3.
"Kavya mungkin sudah keluar, bukankah dia tadi bersama temannya yang makan terus itu? Makanan ada di lantai 1!"
Veer berhenti dan menoleh pada Dev lagi. Saat ini mereka masih ada di lantai 2, dan sebelum api mulai menyebar tak terkendali, tentu keduanya harus keluar.
Berbondong-bondong tamu undangan dari arah lantai 3 membuat keduanya sulit untuk cepat sampai bawah. Saat seperti ini diri sendiri yang mereka fikirkan dan harus cepat selamat. Entah berapa ratus atau mungkin ribu orang yang Abhi dan Ananya undang, dilantai bawah penuh lautan manusia yang mulai keluar ke halaman depan, lalu lantai 2 dan 3 pun sama. Sangat sulit mencapai tangga yang dikerumuni massa itu.
Gedung ini memang terdapat lift, tapi mengingat saat ini terjadi kebakaran, lift-nya tidak bisa dipakai, kalaupun bisa, akan sangat sulit bila terjebak.
Veer dan Dev berhasil turun ke lantai 1, setelah proses panjang berdesakan dengan banyak orang.
Dengan susah payah Veer dan Dev melewati ruangan itu. Syukurlah ini sudah dilantai 1, jadi mereka bisa keluar dengan sedikit mudah.
Saat sudah berada di dekat pintu keluar, mereka mendengar teriakan anak-anak kecil dari arah dapur. Mau tidak mau Veer dan Dev harus menyelamatkan mereka. Anak-anak itu pasti terjebak saat mengambil makanan.
Veer menarik taplak meja tebal yang kebetulan ada di dekatnya, menggunakan itu sebagai alat pelindung dirinya dan mencari sumber teriakan itu. Begitu juga dengan Dev, Dev mendengar teriakan orang berasal dari lantai 2 atau 3, jadi dia ke atas lagi untuk menolong mereka.
Sedangkan Abhi, Abhi tengah menelfon pemadam kebakaran agar cepat datang kesini. Bagaimanapun juga jangan sampai memakan korban jiwa. Cukup gedung ini saja yang lenyap, jangan manusia.
Di sudut lain, Dev hampir sampai lagi dilantai 2, dari kejauhan ia melihat Sheila dan Tara berlari ke arahnya. Api belum sampai disana, hanya asap yang kian menebal memenuhi ruang ini.
"Dev... Tolong selamatkan kami!" teriak Sheila, begitu sampai langsung memeluk Dev. Sedang Tara nafasnya tersengal-sengal karena banyak menghirup asap.
"Ayo keluar, sebelum apinya sampai kesini." ujar Dev.
"Ka.... Ka..."
Bruk
Sheila pingsan sebelum menyelesaikan kata-katanya, entah apa yang akan dia katakan. Dev langsung membopongnya keluar, dan Tara yang sudah lemas mengikuti dari belakang.
Mereka sampai di ujung tangga, Tara juga hampir pingsan, tidak mungkin bagi Dev menggendong keduanya.
"Bagaimana ini?" gumamnya.
Dev melihat sekelilingnya, tinggal sedikit orang yang berada disana. Mungkin hanya berapa puluh saja, sisanya sudah pasti berhasil keluar.
"Tidak ada waktu lagi," Dev langsung menggendong Sheila, dan akan kembali lagi kesini setelah Sheila selamat.
Veer sendiri sibuk bersama anak-anak yang terjebak, tidak mungkin juga Veer membantu Dev untuk membawa Tara keluar.
Veer keluar masuk menyelamatkan anak-anak yang terjebak itu. Kurang lebih ada 20 anak yang terjebak, entah kemana orang tuanya pergi menyelamatkan diri, sampai lupa pada anak-anaknya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
MUSHKIL PYAAR (End)
Romance----- Sungguh aku tidak percaya, bagaimana aku bisa menikah dengan pria lain jika aku sendiri sudah punya seorang kekasih? Sepenuh hati dan jiwaku hanya untuknya, lalu kenapa hal konyol bernama 'perjodohan' harus datang menghampiriku lalu mengganggu...