Erwan terkejut ketika yang datang ke rumahnya adalah Panca sahabatnya waktu masih SMA.
“Panca..., aku pikir kamu sudah lupa” ucap Erwan menyambutnya.
“ya nggak mungkin dong aku bisa lupa sama sahabat terbaik”
“ayo duduk, tumben kamu kesini pasti ada sesuatu”
“iya sih” Panca duduk berbarengan dengan Erwan. “tapi aku bingung mau ngejelasinnya dari mana” Panca lalu terdiam.
“udah nggak usah malu-malu kita ini kan sudah seperti saudara”
“mmm dojoku lagi membutuhkan seorang pelatih karate, aku ingat kamu, kan dulu kamu jago karate”
“tapi itu kan dulu pan” Erwan tampak ragu.
“nah justru itu harus kembali diasah biar tetap tajam” Panca terdiam sesaat membiarkan Erwan berpikir. “ayolah..., kamu kan punya bakat jangan di sia-siakan begitu saja, anak-anak membutuhkan orang seperti kamu” rayunya.
“mmm nanti aku pikirkan lagi”
“ya udah aku kasih kamu waktu untuk berpikir, ingat kita harus mewariskan ilmu yang kita punya untuk membantu orang banyak”
Erwan kembali berpikir dengan manggut-manggut.
Bu Winda masuk ke kelasnya Awan. Setelah melihat semuanya berantakan, Bu Winda meminta kepada semua murid-muridnya untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing. Dengan cepat Saka dan yang lain menduduki kursinya masing-masing.
“hari ini adalah pertunjukan kembang api di festival bazar yang di selenggarakan oleh pihak sekolah, meskipun kalian pergi bersama teman atau orangtua, pastikan pulangnya jangan terlalu larut, paham?” jelas bu Winda panjang lebar.
“bu guru mau pergi sama siapa?” tanya Saka tanpa malu-malu.
“kemungkinan Ibu tidak akan pergi” jawabnya.
“gimana kalau perginya sama saya aja bu” Saka menawarkan diri dengan penuh semangat.
“mulai deh genitnya kumat” celetuk Kayra tidak suka.
“biarin, gua kan ngajak bu Winda bukan ngajak lo” sahut Saka dengan sok.
“bu Winda juga nggak bakalan mau diajak sama lo” balas kayra lagi.
“ssst jangan berisik” sahut Awan memberi kode.
“kalau kalian mau ribut silahkan keluar” tegas bu Winda. Semua jadi terdiam, namun Saka dan Kayra masih melotot seperti ada kebencian.
“oke, kalau begitu Ibu yang keluar” setelah beberapa saat ketika melihat mereka.Dikantor hanya ada pak Davin, dan pak Hendro. Davin yang selama ini naksir sama Bu Winda langsung mendekatinya ketika melihat bu Winda datang dengan wajah yang kusut, karena tingkah anak muridnya yang tidak bisa diatur.
“gimana dengan hari ini?” tanya Davin.
“ntah lah kepalaku lagi pusing” Winda memikirkan agar ia bisa menjadi guru yang baik untuk murid-muridnya, khususnya kelasnya Awan.
“gimana dengan nanti malam?” tanya Davin lagi.
“aku juga nggak tau” jawabnya cuek.
“gitu ya, kenapa nggak kita umumin aja kalau sebenernya kita itu punya hubungan spesial” seru Davin.
“waktu itu kan kamu nggak sadar” bu Winda agak ngotot.
Di waktu yang sama, Stevi muncul secara tiba-tiba.
“kenapa nay?” tanya Winda.
“ini ada surat untuk Ibu” Stevi memberikan surat yang terbungkus amplop. “permisi bu” Stevi kemudian keluar meninggalkan bu Winda yang mengamati surat tersebut.
Setelah itu, Stevi dan Nanda menemui kakak kelas di ruangan ekskul.
“kita mau daftar kak” ucap Stevi.
“oia kalian mau daftar ekskul apa?” tanya Fredi.
“pecinta alam”
“oke namanya?”
“Naya Prasetya”
“saya Nanda Rukmana” Nanda menambahkan.
“Naya Prasetya dan Nanda Rukmana” ucap Fredi sambil menulis. “oke ini udah saya catat, tapi kalian harus aktif ya, karena mulai minggu depan kita sudah pelatihan”
“siap kak” seru Stevi.
“oia tulis nomor hp kalian yang bisa dihubungi disini” perintah Fredi memberikan catatan.
Stevi & Nanda menulis nomor handphonenya. “makasih ya kak”
“oke sama-sama” balas Fredi.Fiona memperhatikan Erwan yang mondar mandir memikirkan sesuatu. Ia menatap wajah Erwan dari dekat, tapi Erwan tetap seperti tidak melihat siapa-siapa.
“apa mas Erwan kepikiran sama masalah semalam, tapi kan wajar kalau aku marah” pikirnya dalam hati, kemudian Fiona menepuk bahunya.
“aduh...” Erwan kaget.
“kamu kenapa ngelamun terus dari tadi?” tanya Fiona.
“setelah aku pikir-pikir, sepertinya aku harus kembali seperti dulu” jawabnya.
“kembali seperti dulu apanya? jangan bikin aku tambah bingung” Fiona jadi bingung.
“aku mau jadi guru karate seperti dulu”
“ya bagus dong berarti mas nggak pengangguran”
“jadi boleh nih?” Erwan merasa kurang yakin.
“selama pekerjaan itu halal ya nggak apa-apa, aku ngedukung banget kalau kamu kerja lagi” jawab Fiona senang.
Ketika Panca sedang melatih Kiran dengan ilmu karate, tiba-tiba dojonya diserang oleh pasukan bertopeng. Pandu dan yang lainnya mencoba melawannya, tapi ternyata pasukan mereka lebih kuat. Dalam sekejap mereka menghabiskan para pelatih dan murid-muridnya. Bahkan Kiran pun jadi korban. Disaat Panca masih melawan tiba-tiba ada yang memukulnya dari belakang, membuatnya tak berdaya karena posisi itu adalah kelemahannya. Arin temannya Kiran berlari ke arah Panca meminta pertolongan, tapi Ramadi langsung membawanya pergi. Semua dojonya dibuat hancur dan semua muridnya terkapar.
”ARIIN...” Panca berteriak memanggil berusaha menggapai, meskipun keadaannya terkapar dilantai meringis kesakitan.
“GURUU...” teriak Arin yang meronta-ronta.
Setelah jauh, Ramadi membuka penutup wajahnya dan melihat Panca yang terus merangkak berusaha menggapainya, tapi Panca tak bisa berdiri.
“Ramadi..., kamu benar-benar tega, aku nggak nyangka kamu jadi seorang adik yang berhati iblis” Panca berkata lirih.
Ramadi hanya tersenyum sinis menatapnya dan pergi membawa Arin dengan paksa. Panca perlahan-lahan berusaha menggapai Kiran yang tergeletak tak jauh darinya. Ia menekan punggung Kiran. Kiran pun perlahan-lahan sadar, namun Panca langsung tergeletak tak berdaya.
”pa...papa..., bangun pa...” ucap Kiran sedih.
“papa akan baik-baik aja, maafkan papa ya, papa nggak bisa menolong kamu” sahut Panca tertatih-tatih, lalu ia pingsan.
Erwan datang disaat yang tepat, ia sangat terkejut melihat keadaan semuanya. Tak ingin menunggu lama, Erwan segera membawa Panca ke rumah sakit bersama Kiran.
“apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Erwan sambil menyetir menggunakan mobil yang cukup sederhana.
“Kiran nggak tau om tiba-tiba ada yang nyerang kita semua” jawabnya cemas.
Sesampainya di rumah sakit, Erwan meminta suster untuk cepat menangani Panca. Mereka segera membawa Panca ke ruangan IGD. Selama dokter menangani Panca, Erwan dan Kiran menunggu diluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesetiaan
General FictionParas Stevi yang sangat mirip dengan ibunya membuat Ramadi bertekad balas dendam karena ibunya dulu menolak cintanya. Ramadi menculik Stevi disaat ia dan Awan sedang asyik bermain, sedangkan Awan dibuang kedasar jurang. Demi melindungi ibu dan ayahn...