part 47

191 2 0
                                    

Tampak Bram mengantar Ranti sampai depan pintu rumahnya. Bram sangat berterimakasih untuk hari ini karena sudah meluangkan waktu untuknya. Ranti hanya tersenyum sembari membuka pintu. Setelah Ranti masuk, barulah Bram pergi meninggalkannya. Sampai di depan mobilnya ada Reza yang menghampiri.
“apa kamu yang bernama Bram?” tanya Reza.
“iya betul, maaf apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
“kamu nggak perlu tau siapa saya, yang jelas saya hanya ingin mengingatkan, supaya kamu jangan pernah menyakiti Ranti, dan kalau sampai Ranti meneteskan air mata karena kamu, kamu yang akan berhadapan dengan saya” ancam Reza.
Bram merenungi kata-kata Reza sembari menatap kepergiannya.
“siapapun kamu, aku sudah berjanji dengan diriku sendiri, bahwa aku akan membahagiakan Ranti dan anak-anak” lirih Bram.

Kita kembali lagi ke mall, tempat Saka melakukan promosi lagu barunya.  Terlihat hanya beberapa orang saja yang masih terlihat hulu hilir didalam mall tersebut.
“kayaknya ini waktu yang tepat untuk ngungkapin perasaan gue” pikir Ibas menatap Milan yang sedang bersama pak Devan. “tapi, gimana gue mau ngedeketin Milan kalau papanya nggak pergi-pergi, alamat gagal lagi dong” keluhnya.
“apanya yang gagal?” Saka tiba-tiba nongol di belakang.
“mmm maksudnya acaranya sukses nggak gagal gitu, selamat ya” Ibas memberinya selamat untuk mengalihkan perhatian.
“tapi kayaknya bukan itu deh yang lo omongin” sindir Kayra melirik Saka.
“ah salah denger aja kali” balas Ibas tak ingin ketahuan. “ya udah pulang aja sana” Ibas berharap mereka cepat-cepat pulang, tapi Kayra mengingatkan kalau malam ini Ibas menginap dirumahnya.
“ya udah deh, yuk” ajak Ibas.
“terus Saka gimana?” tanya Kayra.
“duluan aja nggak apa-apa, soalnya gue masih ada urusan sama papanya Milan” jawab Saka.

Sementara ditempat yang berbeda, Stevi mengajak Awan masuk kedalam ruangan foto box. Stevi mengeluarkan jaket couple dari dalam tas dan memberikannya. Awan bingung apa maksud Stevi, tapi ia melihat Stevi tersenyum sembari bercermin memperlihatkan jaket yang dipakainya tersebut.
“bagus kan...? ayo kamu juga pakek dong” rayu Stevi.
“lucu juga ya kalau samaan kayak gini” ucap Awan setelah memakai jaket itu.
Beberapa kali mereka pose selfi-selfi didepan kamera. Terkadang dengan mimik yang lucu, imut-imut, senyuman yang manis, tertawa lepas, bahkan wajah jutek pun mereka lakoni. Berbagai macam gaya tersebut terlihat sangat menggemaskan.  Setelah itu, Awan mengantar Stevi pulang.

Malamnya, Kayra dan Ibas sedang berkumpul bersama Ranti di ruang makan. Ibas hendak menyantap makanan, tapi Kayra spontan memukul tangannya.
“kebiasaan deh baca doa dulu” cerca Kayra.
“tuh dengerin kata bu Kayra” canda Ranti melirik Kayra.
“hehehee iya-iya” Ibas memimpin doa, lalu makan bersama.
“kamu nginep disini memangnya udah izin sama papanya?” tanya Ranti.
“tadi Ibas udah sms kok” jawab Ibas.
“oia, mama udah siap belum mau nikah besok?” tanya Kayra kepada Ranti.
“insyaallah kalau memang Allah mengizinkan, apa kalian bahagia?”
“ya pasti dong ma, ya nggak kay?” sejenak Ibas melirik Kayra.
“Kayra justru menginginkan ini dari dulu, kalau mama bahagia kita juga bahagia” tambah Kayra.

Keesokan harinya, Pernikahan Bram dan Ranti akan segera dimulai. Kayra dan Ibas sudah duduk di belakang mereka. Semua tamu baik dari karyawan-karyawannya dan yang lain juga sudah siap menyaksikan akad nikahnya, termasuk Tama dan Susan. Bahkan Reza pun nampak hadir disana. Meskipun rasanya berat, tapi Reza berusaha tetap tegar dan ikhlas, ia harus merelakan Ranti bahagia dengan Bram. Semua teman-temannya yang baru datang ikut bergabung bersama yang lain. Begitu juga dengan Erwan dan Fiona, namun Milan melihat Stevi yang tampak gelisah karena Awan belum muncul-muncul juga.
“udah tenang aja sebentar lagi juga pasti dateng” sindir Milan yang seolah-olah tau banget apa yang sedang dipikirkan Stevi.
“sok tau deh” ledek Stevi.
“begini-begini juga gue bisa membaca pikiran orang” ucap Milan lagi.
“baiklah apa kalian sudah siap?” tanya penghulu.
“siap...” jawab Bram dan Ranti dengan mantap.
Di waktu yang sama Awan datang dan bergabung dengan mereka. Diluar Farah ingin masuk dan menyaksikan pernikahan mereka, tapi Juki dan bodyguard yang menjaga pintu depan tidak memperbolehkannya masuk.
“kenapa saya nggak boleh masuk? saya ini tamu” Farah begitu ngotot.
“maaf, justru pak Bram sendiri yang tidak mengizinkan bu Farah masuk” balas Juki menghalanginya, namun Farah tetap menerobos masuk dengan caranya. Juki langsung mengejarnya, tapi Ibas memberi isyarat agar membiarkannya. Dari kejauhan sepertinya Bram sedang melaksanakan ijab qobul.
“Alhamdulillah sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri” ucap pak penghulu setelah selesai.
Setelah itu Ranti mencium tangan Bram, lalu Bram mencium keningnya. Ditengah-tengah kebahagiaan mereka, diam-diam Awan mengajak Stevi keluar. Sesampainya diluar Awan menatapnya dalam-dalam.
“Awvi boleh pinjam tangannya sebentar?” Awan meminta tangannya, Stevi hanya mengangguk sambil tersenyum manis.
Awan menggambar cincin yang cantik di jari manis Stevi menggunakan pena.
“sekarang Stevi Resmi jadi tunangan Awan” ucapnya.
Stevi tak henti-hentinya tersenyum menatap jari manisnya. “sekarang gantian sini” Stevi menggambar cincin yang sama di jari manis Awan dengan pena tersebut.
Perlahan-lahan Farah mendekati Bram dan Ranti. Farah mendadak melow memeluk Ranti. Juki dan bodyguardnya standbye di dekat mereka karena takut Farah membuat kekacauan, tapi ternyata Farah tiba-tiba menangis di hadapannya.
“aku tau aku sudah melakukan kesalahan, aku minta maaf mas” ucap Farah kepada Bram dengan sungguh-sungguh.
“aku sudah memaafkan kamu” sahut Bram.
“terimakasih mas, Ranti, aku pergi dulu”
Juki memperhatikan Farah sampai benar-benar menghilang. sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu?” gumamnya.
“kita tidak boleh seudzon sama orang, lebih baik kita doakan saja supaya Farah mendapatkan hidayah dari Allah” ucap Ranti.
“hati kamu itu terbuat dari apa sih? bahkan orang yang sudah berbuat jahat sama kamu pun, kamu tetap mendoakannya dengan yang baik-baik” Bram benar-benar salut dengan pemikiran Ranti.
“manusia itu punya hak untuk mendapatkan kesempatan kedua, kalau kita balas dengan kejahatan juga, apa bedanya kita sama mereka” sahut Ranti.
Awan dan Stevi langsung tertawa menatap jarinya masing-masing. Kayra dan teman-temannya tersenyum memperhatikan mereka berdua.
“ciee yang udah resmi...” ledek Milan.
“traktir dong...” seru Ibas sembari mendekati Milan.
“awas ada yang modus tuh” Kayra melirik Ibas.
"Hahaha..." Mereka semua tertawa bahagia dengan posisi Awan merangkul bahu Stevi, Saka merangkul bahu Kayra, Ibas merangkul bahu Milan. Sementara akhirnya Sony merangkul Lucky karena tidak punya pasangan. SELESAI

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang