Saat itu Awan dan Stevi masih menggunakan seragam sekolah dasar bermain didekat danau. Mereka memang sering datang kesana setiap pulang sekolah. Setelah mengerjakan PR mereka memainkan air danau itu seraya bersenda gurau.
"Coba deh kamu lihat pohon itu" Awan menunjuk salah satu pohon yang rindang, namun tidak terlalu besar.
"Memangnya kenapa dengan pohon itu?" Tanya Stevi sembari menatap pohon tersebut.
"Aku pengen deh seperti pohon itu, selain dia bisa melindungi orang yang berteduh dibawahnya, dia juga tetap berdiri tegak walau dilanda hujan maupun panas" jawab Awan.
"Jangankan mau ngelindungin aku, ngejar aku aja kamu pasti nggak bisa" ejek Stevi.
"Kata siapa" Awan tampak tak terima.
"Coba aja kejar kalau bisa" tantang Stevi mencibir, lalu ia berlari.
Awan langsung mengejarnya, namun tiba-tiba ada tiga orang tak dikenal sengaja mendekati mereka yang masih kejar-kejaran.
"Maaf, siapa diantara kalian yang anaknya Susan?" Tanya Ramadi sembari membetulkan dasi.
"Aku, memangnya kenapa pak?" Jawab Stevi dengan polosnya.
Ramadi memerintahkan Janu anak buahnya untuk membawa Stevi. Awan yang sudah curiga langsung memberi kode kepada Stevi agar segera lari. Disaat Stevi lari, Awan menggigit tangan Janu sampai Janu berteriak kesakitan. Sementara Jafar mengejar Stevi, sedangkan Ramadi sibuk mengejar Awan yang tampak mengecohnya. Meskipun Stevi berhasil lari sekencang-kencangnya, tapi akhirnya tertangkap juga.
"LEPASIIN..." Stevi meronta-ronta.
"DIAM JANGAN BERISIK..." Jafar membekap mulutnya.
Melihat Stevi tertangkap, Awan kebingungan harus berbuat apa untuk menolongnya. Awan bersembunyi dari kejaran Ramadi, lalu melemparnya dengan batu yang ada didekatnya. Batu tersebut tepat mengenai kepala Ramadi, namun ia tidak melihat kalau dibelakangnya ternyata sudah ada Janu yang menangkapnya. Janu membawa Awan ketempat dimana Jafar dan Stevi berada. Didepan Stevi, Awan menginjak kaki Janu sekuat-kuatnya.
"AAUU..." Janu meringis menahan sakit.
"Kecil-kecil kamu udah berani ya ngelawan orangtua" bentak Ramadi
"Kalian itu bukan orang tua yang patut dihormati" Awan membentaknya balik.
"Bagaimana kalau seandainya gadis kecil ini kita buang ke jurang sana" ancam Ramadi melihat kearah jurang. " Ayo bawa mereka" perintahnya kepada Janu dan Jafar.
Stevi yang mulutnya sudah dilakban hanya bisa meronta-ronta. Ia dan Awan sangat ketakutan saat berada dipinggir jurang.
"Aku mohon jangan sakiti Stevi om, apa salah kami?" Awan sangat memohon dan berharap agar mereka melepaskannya.
"Kamu tau kesalahannya apa? Karena Susan sudah menolak perasaan saya ngerti, ini akibatnya kalau ada yang berani menolak saya, dan kamu jangan sok-sokan jadi pahlawan" jelas Ramadi sembari memegang dagu Awan.
Awan mencoba menendangnya. Karena tak terima diperlakukan seperti itu, Ramadi refleks menjatuhkan Awan ke jurang. Stevi hanya bisa menangis menyaksikan sahabat dekatnya terjatuh ke jurang, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tak ingin ketahuan, Ramadi dan anak buahnya cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut. Sementara Awan tergeletak ditepi jurang dalam keadaan pingsan.Susan Ibunya Stevi mencarinya ke sekolahan, tapi keadaan sekolah sudah mulai sepi. Ia bertanya kepada murid yang masih ada disana. Mereka menjawab tidak tahu. Akhirnya ia bertanya kepada satpam. Satpam bilang kalau Stevi sudah Pui sedari tadi bersama Awan.
"Awan..., Siapa Awan?" Tanya Susan.
"Teman sekelasnya Stevi, mereka itu memang sahabat dekat" jawabnya.
"Apa bapak tau alamat rumahnya Awan atau nomor telepon orangtuanya yang bisa dihubungi?" Tanya Susan lagi.
"Kalau yang itu saya kurang tahu Bu, mungkin ibu bisa tanyakan langsung sama kepala sekolahnya"
"Oia makasih ya pak" Susan lalu menemui kepala sekolah di ruangannya.
"Ada yang bisa saya bantu bu?" Tanya kepala sekolah.
"Saya boleh minta nomor telepon orangtuanya Awan, karena Stevi sampai sekarang belum pulang-pulang juga, nggak biasanya dia seperti ini bu" Susan jadi panik.
"Sebentar ya saya lihat datanya dulu" sahut kepala sekolah, ia mencatat nomor telepon dan alamat rumahnya Awan. "Ini nomor dan alamat rumahnya, mudah-mudahan Stevi ada di sana" sembari memberikan secarik kertas yang bertuliskan nomor telepon dan alamat.
Setelah itu Susan berpamitan pergi. Disaat yang sama, spontan Fiona ibunya Awan mendadak menghentikan mobilnya karena hampir menabrak seorang ibu-ibu dipinggir jalan.
"Astaghfirullah..." Ucapnya mengusap wajah.
"Hati-hati dong kalau lagi bawa mobil, kan bisa membahayakan nyawa orang" maki si ibu-ibu tersebut.
Dengan terbata-bata Fiona meminta maaf sembari memegangi kepalanya.
"Kenapa tiba-tiba aku kepikiran sama Awan? Apa ini cuma perasaanku aja" pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesetiaan
Ficción GeneralParas Stevi yang sangat mirip dengan ibunya membuat Ramadi bertekad balas dendam karena ibunya dulu menolak cintanya. Ramadi menculik Stevi disaat ia dan Awan sedang asyik bermain, sedangkan Awan dibuang kedasar jurang. Demi melindungi ibu dan ayahn...