part 6

79 4 0
                                    

Erwan pulang bersama Kiran pada saat Fiona melayani pembeli. Melihat mereka Fiona jadi cemburu dan menarik Erwan kedalam kamar.
“sekarang mas udah berani membawa perempuan lain ke rumah ini tanpa seizinku, maksudnya apa sih? memangnya aku ini mas anggap apa” Fiona marah-marah.
“dengerin dulu penjelasanku” sahut Erwan.
“udah jelas-jelas mas bawa selingkuhan, mau ngejelasin apa lagi?” lanjut Fiona memasang wajah garang.
Dari luar Kiran merasa tidak enak karena mereka bertengkar akibat keberadaan dirinya. Tidak mau terjadi salah paham akhirnya Kiran mengetuk pintu kamar mereka.
”maaf kalau Kiran ikut campur” ucap Kiran setelah pintunya terbuka.
“nggak apa-apa” sahut Erwan.
“tolong tante jangan marah-marah dulu ya, ini nggak seperti apa yang tante lihat, sebenarnya om Erwan ini adalah sahabatnya papa, pada saat kami sedang melatih beladiri di padepokan tiba-tiba ada yang menyerang kami, papa memberikan pesan agar om Erwan meneruskan dojonya, dan papa akhirnya  meninggal” dengan bersedih Kiran menjelaskan.
“ya ampun kasian banget kamu, maafin tante ya udah salah paham” dengan sungguh-sungguh Fiona meminta maaf.
“nggak apa-apa tante”
“oia tadi siapa namanya?” tanya Fiona.
“Kiran tante”
“ya udah mulai sekarang kamu tinggal disini” lanjut Fiona sambil tersenyum, ia mengantarkan Kiran ke kamarnya. ”oia, ini kamar untuk kamu, memang nggak besar sih tapi mudah-mudahan ini membuat kamu nyaman”
“nggak apa-apa tante makasih ya” Kiran menatapnya dalam-dalam.
“kamu kenapa ngeliatin tante begitu?”
“seandainya mama masih ada, pasti dia juga baik seperti tante” lirih Kiran sembari mengingat.
“kamu boleh anggap tante ini seperti mama kamu sendiri, ya udah tante tinggal dulu ya”
“iya tante”
Belum jauh Fiona meninggalkannya, Kiran memanggil.
”tante...”
“iya...” jawabnya sambil menoleh, Kiran mendekati Fiona dan memeluknya. Fiona membalas pelukan tersebut.
“akhirnya Kiran bisa merasakan lagi pelukan dari seorang Ibu” lirih Kiran menahan kesedihan, Fiona tersenyum menatapnya.

Di belakang sekolah tampak Kayra dan Milan seperti membahas sesuatu. Ternyata mereka membahas tentang kembang api.
“pasti acara kembang apinya seru banget” seru Kayra.
“ya iya dong namanya juga pesta kembang api” sahut Milan.
“tapi kenapa bentuk kembang api itu bulat ya?”
“kalau segi empat bukan kembang api namanya, gimana sih” Saka menyambar pembicaraan mereka.
“apa-apaan sih udah kayak jailangkung aja, datang tak diundang pulang tak diantar” cerca Kayra.
“kenapa sih lo sewot banget sama gua, emang gua salah apa sama lo?” Saka kembali sewot.
“jelas salah, karena lo itu nyebelin, kecentilan sok kegantengan” cerca Kayra lagi.
“tapi emang kenyataanya gua ganteng kan, mil gua ganteng kan?” dengan gaya centil Saka melirik Milan.
“udah jangan pada ribut” balas Milan.
“iya lo sendiri yang bilang, yuk mil ah, males disini ada orang yang sok ganteng padahal biasa aja” dengan merasa jijik Kayra meninggalkan mereka.
“hahaha..., ada yang nggak terima niye” sindir Saka tersenyum nakal.
        Di pinggir jalan tampak Awan dan Ibas pulang sekolah sama-sama menaiki sepeda. Tidak berapa lama Saka mendekatinya dengan menaiki skateboardnya. Disusul Kayra yang berboncengan dengan Milan di belakangnya dengan menggunakan motor. Namun di persimpangan jalan mereka saling menyapa karena berpisah.
"Jangan lupa nanti malam ya semuanya...”teriak Kayra.
"Iya...” jawab mereka serempak meskipun terdengar samar-samar.
Tak jauh dibelakang mereka, tampak dengan santai Stevi mengayuh sepeda juga. Terlintas dalam bayangannya saat Awan bengong menatap dirinya dikolam renang tadi. Tiba-tiba sepedanya terhenti, ternyata rantainya lepas. Stevi ngedumel sendiri karena tak bisa membetulkan rantainya. Saat melihat kebelakang, Awan terkejut, hatinya tergerak untuk menghampirinya. Awan memutar arah sepedanya mendekati Stevi yang masih berkutat membetulkan rantai sepeda.
“kenapa rantainya?” tanya Awan meletakkan sepeda.
“copot” jawabnya singkat.
“sini biar aku yang benerin” Awan menawarkan diri.
Stevi menyingkir membiarkan Awan membetulkannya.
“selesai...” riang Awan setelah beberapa saat.
Stevi tersenyum terpaku menatapnya. “mmm makasih ya” ucapnya.
Awan mengangguk, ia kemudian menatapnya pergi sampai Stevi benar-benar menghilang dari pandangannya..

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang