part 42

38 1 0
                                    

Saat Ramadi fokus menyetir, Ajun dan beberapa anak buahnya menghadang, sehingga terpaksa Ramadi menghentikan mobilnya. Stevi sudah mengira pasti Ajun tengah mengincar dirinya. Ramadi meminta Stevi tetap berada dimobil jangan keluar, tapi Stevi bingung harus melakukan apa sedangkan anak buah Ajun sudah mengeroyok Ramadi. Stevi langsung keluar membantu Ramadi, tapi sayang Ajun memukul lehernya. Stevi jatuh pingsan. Untung Awan melintas tepat waktu, melihat Stevi sudah tergeletak tak berdaya, Awan semakin gencar menghabisi semuanya. Setelah Ajun dan anak buahnya kalah, Awan membangunkan Stevi, tapi Stevi belum sadar juga. Ajun bangkit ingin memukul kepala Awan, tapi Ramadi mendorongnya dengan cepat. Ajun kembali tersungkur.
“bawa Stevi ke mobil” perintah Ramadi kepada Awan.
“iya om” Awan membawa Stevi kedalam mobil.
Sampai didalam mobil, Stevi mulai tersadar sembari meringis memegangi leher. Awan bertanya mana yang sakit? Tapi Stevi menggeleng pelan, ia menutupi rasa sakitnya agar Awan tidak khawatir.
“kenapa anda mau bawa Stevi?” tegas Awan bertanya kepada Ramadi yang membuka pintu mobil.
“om cuma mau ngajak Stevi jalan-jalan nggak ada maksud apa-apa” jawab Ramadi.
“nggak bisa, saya nggak akan ngebiarin anda bawa Stevi seenaknya” tolak Awan mentah mentah.
“saya mohon jangan halangi saya, saya sudah menganggap Stevi seperti anak saya sendiri, jadi saya nggak mungkin mau nyelakai Stevi” Ramadi nampak sungguh-sungguh.
“kamu nggak usah khawatir, om Ramadi udah baik kok” tambah Stevi membelanya.
“oke, saya akan kasih anda waktu sama Stevi, tapi hanya satu jam, nggak lebih” Awan memperingatkannya.
“iya saya janji” sahut Ramadi mengangguk.

Masih di sekolah, Bram menemui Kayra yang sedang bersama Ibas. Saat Bram memberi kode kepada Ibas, Ibas langsung mengerti dan menutup mata Kayra.
“papa mau ngasih kejutan buat Kiara, jadi matanya jangan dibuka dulu” ucap Bram.
“duh memangnya papa mau ngasih apa sih penasaran” riang Kayra.
Bram memberikan kunci mobil di tangannya. Saat membuka mata, Kayra kaget melihat kunci mobil ada di tangannya.
“ini kunci mobil buat kamu” ucap Bram tersenyum manis.
“tapi...” Kayra ragu.
“tapi kenapa?” tanya Ibas kepo.
“Kayra nggak bisa nerima ini” Kayra mengembalikan kuncinya. “maafin Kayra pa”
“kenapa kamu menolak? ini papa beli khusus buat kamu” nada bicara Bram sedikit merayu.
“bukannya menolak, tapi Kayra udah ada mobil, Kayra rasa itu udah lebih dari cukup, yang penting kita bahagia” sahut Kayra tak ingin Bram kecewa.
“ya udah nggak apa-apa, kuncinya papa simpan dulu, kalau nanti kamu membutuhkannya kamu tinggal bilang sama papa, oke...” riang Bram.
“siap pa” balas Kayra.

Disisi lain, Saka terlihat celingukan didepan studio rekaman, namun ia sedikit agak heran, karena disana ada Milan yang sedang berbincang dengan pak Devan. Milan dan pak Devan menyapanya sambil menghampirinya.
“akhirnya kamu datang juga” celetuk pak Devan.
Saka bingung melirik Milan. “mmm sepertinya kalian sangat dekat?”
“ya iya dong ini kan papa gue” seru Milan.
“jadi ini beneran papa lo?” Saka masih tak percaya.
Milan tersenyum sambil mengangguk. Pak Devan mengajaknya masuk. Mereka bersama-sama menuju ruangan rekaman. Sebelum rekaman di mulai, pak Devan mengarahkan Saka agar bernyanyi lebih rileks sesuai lantunan musiknya. Pak Devan pun mendengarkan suara Saka melalui headphone. Ia benar-benar menghayatinya setiap nada-nadanya. Setelah semua selesai semua bertepuk tangan. Milan yang sedari awal memperhatikan Saka langsung mengacungkan jempol ke arahnya.

Sementara di pasar swalayan, tampak bibik menemani Ranti berbelanja. Mereka sepertinya membeli sayuran dan buah-buahan yang segar. Disaat Ranti mengeluarkan dompet tiba-tiba ada pencopet yang merampas dompetnya. Ranti refleks berteriak copeeet...”. Pencopetnya berlari, namun Fiona yang tidak sengaja melihat kejadian tersebut langsung menghadang kakinya sehingga pencopetnya terjatuh. Dengan sigap, Fiona merampas kembali tas tersebut. Melihat masa yang berlarian membawa pemukul mendekati mereka, pencopet itu cepat melarikan diri.
“kamu nggak apa-apa?” tanya mereka.
“saya nggak apa-apa, terimakasih ya semuanya, oia ini tasnya” Fiona memberikan tas itu sembari menoleh.
“ya ampun, Fiona..., untung tadi ada kamu kalau nggak, pasti semuanya raib, makasih banget ya” seru Ranti.
“sama-sama” sahutnya.
“oia kamu mau kemana?” tanya Ranti.
“aku baru aja nganter makanan via online” jawabnya.
“ya udah gimana kalau kita cari tempat yang enak buat ngobrol, yuk” ajak Ranti setelah memberi ide.
“boleh”

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang