Salah satu dari mereka maju melawannya. Ibas ingat akan cara-cara Awan melumpuhkan musuh. Ia pun menggunakan cara tersebut dalam menyerang mereka satu per satu. Kayra jadi teringat pada saat Awan mengalahkan Wardana dan anak-anak buahnya.
“AMPUN NGGAK...?” bentak Ibas sambil mencengkeram kedua leher preman tersebut.
“iya-iya ampun lepasin” jawab mereka menahan sakit, Ibas melepaskan mereka pergi.
“ternyata Awan sama Kiran nggak sia-sia ya ngajarin kak Bisma” celetuk Kayra senyum-senyum.
“panggil Ibas aja jangan Bisma” sahut Ibas tak suka.
“iya iya...”
Sampai didepan rumah, Ibas bertanya mama mana? Jam segini mah mama masih di kantor! Jawab Kayra.
“oo ya udah deh, kalau gitu gue langsung pulang ya” Ibas berpamitan ingin pulang.
“nggak masuk dulu?”
Ibas membisikkan sesuatu ke telinganya, nampaknya Kayra tersenyum sambil mengangguk.Didepan gerbang sekolah, Tama sudah berdiri menunggu Stevi. Kebetulan saat itu Awan ingin mengantar Stevi pulang. Setelah mengetahui ada papanya, Stevi melirik Awan sejenak. Awan berusaha untuk mengerti posisi Stevi saat ini. Meskipun begitu, tapi Awan tetap menunjukkan rasa hormat dan sopan terhadap Tama. Dengan ramah Awan menyapanya.
“ayo masuk” perintah Tama kepada Stevi.
“tapi...” Stevi masih enggan untuk masuk, tapi Awan memintanya untuk menuruti kemauan Tama.
Walau berat hati, Stevi tetap masuk sembari menatap Awan yang berusaha untuk senyum kepadanya.
“hati-hati ya om” ucap Awan kepada Tama.
“mulai saat ini kamu nggak perlu lagi antar jemput Stevi, karena saya sendiri yang akan mengantarnya” sahut Tama.
“iya om” Awan mengangguk pelan.Sementara saat Elsa kembali mengemudikan mobilnya, tiba-tiba ada mobil sport yang menghadangnya. Sony yang duduk didepan kaget.
“siapa tuh? wah gawat nih, jangan-jangan lo punya utang ya” tuduh Sony menatap Elsa.
“enak aja emang gue tukang ngutang apa” bantah Elsa.
“la itu, kenapa tiba-tiba mereka sengaja banget ngehalangin kita” ucap Sony lagi.
Tampak empat orang bertampang seram keluar dari mobil tersebut menghampiri mereka.
“oh my god tampangnya serem-serem semua lagi” celetuk Lucky yang duduk dibelakang mulai panik.
“UDAH SA TANCAP GAS POLL...” perintah Sony.
“siap ya?” Elsa mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Orang-orang tersebut langsung kembali ke mobil dan mengejar mereka.
”LEBIH CEPAT LAGI SA MEREKA UDAH DEKET...” teriak Sony saat mobil mereka sudah ada di belakang.
“sialan, sebenarnya mereka mau ngapain sih?” gerutu Lucky.
“gue juga nggak tau” ucap Elsa fokus menyetir, ia masih berusaha mencari jalan pintas, namun mereka tetap saja berhasil menemukannya. Akhirnya Elsa berhenti di depan pos polisi.
“tolong pak ada yang ngejar-ngejar kita” ucap Elsa saat menghampiri pak polisi itu bersama Sony dan Lucky.
Di waktu yang sama mobil yang mengejarnya juga berhenti.
“nah itu mereka pak, mereka yang ngejar-ngejar kita” tunjuk Sony kepada mereka yang semakin lama semakin dekat menghampiri.
“ini salah paham pak, justru sebenarnya kami ingin mengajak mereka untuk adu balap di sirkuit, dan hadiahnya juga lumayan” ucap salah satu dari mereka.
“kenapa tadi lo ngejar-ngejar kita?” tanya Elsa.
“ya gimana nggak kami kejar, kami belum menjelaskan apa-apa kalian sudah kabur duluan” jawabnya.
“ya udah nggak apa-apa, kalian boleh adu balap, tapi jangan sampai dijalan umum” pak polisi itu memperingatkan.
“iya pak...” jawab mereka serempak.
Sampai di tempat sirkuit, mereka memeriksa mobilnya masing-masing untuk balapan. Sony menarik tangan Elsa.
“apa lo yakin sa? gue takutnya mereka sudah merencanakan sesuatu” bisik Sony.
“iya sa, apalagi ini taruhannya mobil bokap lo” tambah Lucky.
“coba deh lo perhatiin mereka, mereka udah mempersiapkan segala sesuatunya, sedangkan lo nggak punya persiapan apa-apa” sembari Sony menatap mereka.
Elsa lalu mendekati pasukan mereka dan meminta untuk bertukar mobil. Setelah berpikir mereka menyanggupi permintaannya. Setelah bertukar mobil, mereka pun memulai pertandingan. Sedangkan Sony, Lucky dan yang lainnya hanya melihat dari kejauhan. Mereka berteriak saling menyerukan jagoannya masing-masing.Awan membuka pintu rumahnya sembari mengucapkan salam. Fiona membalas salam tersebut dari dapur. Fiona memanggilnya. Awan mendekat dan mencium tangannya.
“nanti malam akan ada tamu istimewa” seru Fiona.
“tamu istimewa, siapa?” tanya Awan penasaran.
“Stevi, mama akan ngundang keluarganya untuk makan malam” jawabnya.
“kayaknya ini bukan waktu yang tepat ma” Awan sedih.
“lho, kenapa?”
“gimana mereka mau dateng, papanya aja nggak suka sama Awan”
“kok gitu sih?”
“Awan juga nggak tau kenapa” Awan jadi murung.
“kamu nggak boleh patah semangat gitu dong, kamu harus bisa buat papanya Stevi itu menyukai kamu” ucap Fiona dengan semangat.
“gitu ya ma?”
“ya iya dong, kamu kan anak laki masak nyerah gitu aja”
Wajah Awan berubah seketika tersenyum sembari manggut-manggut. Melihat ada kue didapur. Terlintas di benak Awan untuk mengantarkannya kerumah Stevi.
“ini kan kue kesukaan Stevi, mendingan aku anterin ke rumahnya deh, mudah-mudahan om Tama juga suka!” pikirnya tersenyum.
Sampai dirumahnya, Awan mengetuk pintu. Kebetulan Stevi yang membukakan pintu.
“Awvi...” Stevi kaget tapi sekaligus senang.
“ini aku ada sesuatu buat kamu, mudah-mudahan papa kamu juga suka” ucap Awan agak pelan.
“waah ini sih kue kesukaan aku sama papa” riang Stevi saat membukanya, namun ternyata Tama keluar secara tiba-tiba.
“kamu mau ngapain?” ketus Tama.
“oh ini pa, Awan sengaja datang kesini nganterin kue kesukaan papa” seru Stevi, tapi tak disangka Tama malah membuang kue itu dan mengusir Awan.
“papa...” Stevi sangat kecewa melihat perlakuan Tama.
“sekarang kamu masuk” bentak Tama.
Mendengar hal tersebut Susan keluar.
“saya peringatkan kamu sekali lagi, jauhi Stevi” ancam Tama, lalu ia masuk dan menutup pintu.
“sampai kapanpun saya nggak akan menjauhi Stevi om” tegas Awan menatap Stevi yang nampak sedih dibalik kaca.
Hujan mengguyur tubuh Awan, namun Awan masih berdiri tegak menatap Stevi. Stevi benar-benar tidak tega melihatnya, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menangis. Susan berusaha menenangkannya, tapi Stevi malah masuk kekamar sembari terisak-isak. Susan kemudian menemui Tama diruangan kerja.
“apa mas pikir cara seperti itu bisa membuat Stevi bahagia? Aku nggak nyangka pola pikir mas ternyata tidak menunjukkan sikap seorang Ayah” Susan sangat kecewa.
“aku ngelakuin itu demi Stevi, aku nggak mau Stevi selalu membahayakan dirinya kalau dekat dengan Awan” Tama membela diri.
“semua ini nggak ada hubungannya sama Awan mas, pemikiran kamu aja yang salah” Susan lalu meninggalkannya.
Diluar perlahan-lahan Awan pergi sembari sesekali menoleh kearah Stevi yang terus menatapnya sampai menghilang.
“maafin aku bey...” ratap Stevi.
Awan pulang dengan baju basah kuyub, ia lalu mengendap-endap masuk rumah. Kiran tak sengaja memergokinya karena ingin ke dapur, tapi Awan memberi kode agar Kiran tidak berisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesetiaan
Ficción GeneralParas Stevi yang sangat mirip dengan ibunya membuat Ramadi bertekad balas dendam karena ibunya dulu menolak cintanya. Ramadi menculik Stevi disaat ia dan Awan sedang asyik bermain, sedangkan Awan dibuang kedasar jurang. Demi melindungi ibu dan ayahn...