Kayra bercermin di dalam kamarnya. Kayra masih sedih melihat jepit rambutnya yang hancur.
”ka aku mau minta maaf, soalnya jepit yang kamu kasih waktu itu hancur” dengan sungguh-sungguh Kayra bicara sendiri didepan cermin seolah-olah sedang meminta maaf. “pasti Saka nanya, kok bisa?” Kayra bergaya seperti Saka yang sedang terkejut. “iya soalnya ke injek sama bu Winda...” dengan wajah sedih dan memelas.
“masak iya gue harus ngomong kayak gitu, kan nggak mungkin” pikirnya sembari mondar mandir memikirkan ide. “apa gue cari jepit yang sama aja ya, mmm ide yang bagus sih tapi..., ya udah deh” ia bergegas pergi keluar menggunakan mobil.
Sampai di tempat penjualan assesories, Kayra berusaha mencari jepit yang sama seperti jepitnya.
“maaf bu, ada jepit yang kaya gini nggak?” Kayra bertanya sambil menunjukkan jepitnya yang hancur.
“tapi ini bentuknya nggak jelas neng” jawab si Ibu.
“ini bentuk kupu-kupu bu”
“sebentar ya Ibu cari dulu” si Ibu lalu mencari jepit yang bernuansa kupu-kupu, sedangkan Kayra menunggu beberapa saat. “maaf neng, yang kaya gini nggak ada, kalau bentuk yang lain banyak”
“gitu ya, makasih ya bu” Kayra nampak kecewa, ia lalu mencari ke toko lain, namun ternyata tidak ada juga. “gimana kalau suatu saat Saka nanyain, aduh gue harus jawab apa ya” ia kebingungan.Sony berdiri di depan rumah Kayra sambil bermain gitar. Sony sangat pede kalau Kayra ada di dalam, tapi ia ragu mau masuk atau tidak. Ia bingung harus ngomong apa kalau seandainya Kayra keluar. Saka yang sedang bertamu melihatnya dari dalam langsung mempunyai ide untuk mengerjainya. Saat Sony mulai bernyanyi dan memetikkan gitar, tiba-tiba ada seekor anjing menggonggong mendekatinya. Sony langsung pontang panting berlari menyelamatkan diri karena anjing tersebut mengejarnya.
“hahahaa...” Saka tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengerjainya.
“kenapa den Saka ketawa?” batin bibik bertanya sembari mengantar minuman, ia merasa ada yang aneh dalam diri Saka karena diluar tidak ada siapa-siapa. “maaf den, non Kayra kayaknya masih lama” sembari meletakkan minuman tersebut diatas meja.
“masak sih bik, memangnya Kayra tadi keluar dari jam berapa?” tanya Saka penasaran.
“bibik juga lupa sih dari jam berapa”
“ya udah deh Saka pulang aja bik” dengan rasa kecewa Saka keluar.Keluar dari padepokan, Awan tampak saling bersendagurau bersama Stevi. Mereka tak menyadari Ajun dan beberapa muridnya sudah mengepungnya. Untung saat itu, Kiran dan Riana cepat datang. Tanpa basa basi, Kiran dan Riana melawan beberapa murid tersebut.
“sebaiknya kamu cepat pergi dari sini” perintah Awan kepada Stevi, namun Stevi menolak. “aku mohon by..., ini terlalu bahaya”
Stevi masih enggan, meskipun Kiran dan Riana masih bertarung.
“CEPETAN...” perintah Awan agak keras.
“iya...” sahut Stevi dengan terbata-bata.
Stevi berlari secepat mungkin meninggalkan tempat tersebut dengan hati yang gelisah. Stevi sangat mengkhawatirkan Awan, ia tak ingin terjadi apa-apa dengan Awan.
“mudah-mudahan Awvi nggak kenapa-kenapa”
Disaat Kiran menendang leher salah satu murid, tiba-tiba Ajun memukulnya dari belakang dengan kayu. Kiran terjatuh dan tak sadarkan diri.
“KAK KIRAAN...” Riana memanggilnya.
Disaat Riana mendekati Kiran, Ajun tak menyia-nyiakan waktu memukul leher Riana dengan kuat. Sementara Awan masih berkelahi dengan beberapa murid lainnya. Karena sudah melumpuhkan Kiran dan Riana, Ajun langsung kabur bersama murid-muridnya. Awan ingin mengejar, tapi ia tidak tega meninggalkan Kiran dan Riana yang tergeletak tak berdaya. Awan membangunkan mereka. Perlahan-lahan mereka sadar sambil meringis memegangi bagian leher, namun Kiran kembali pingsan. Mereka membawa Kiran ke padepokan untuk diobati.
“mendingan Kiran kita bawa ke Rumah Sakit aja pa” ucap Awan setelah melihat Kiran masih lemas meskipun sudah diobati dengan cara ilmu karate.
“udah nggak usah, aku baik-baik aja kok” sahut Kiran.
“tapi turnament karate akan digelar dalam waktu dekat ini” celetuk Erwan sembari mengingat.
“kayaknya aku nggak bisa ikut om” Kiran masih menahan sakit dibagian leher.
“terus, siapa perwakilan dari perguruan kita?” tanya Riana.
“kalau perwakilan kita adalah Riana, pasti Riana akan jadi sasaran berikutnya” jawab Erwan.
“kalau gitu, Awan adalah harapan kita satu satunya” Kiran menatap Awan dengan serius.
“haah... aku...” Awan terkejut tak percaya.
“iya, kamu benar” Erwan menatap Kiran, setelah itu menatap Awan. “kalau kamu berlatih lebih giat lagi, papa yakin kamu pasti bisa menguasai semuanya”
“oke” ucap Awan setelah berpikir beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesetiaan
General FictionParas Stevi yang sangat mirip dengan ibunya membuat Ramadi bertekad balas dendam karena ibunya dulu menolak cintanya. Ramadi menculik Stevi disaat ia dan Awan sedang asyik bermain, sedangkan Awan dibuang kedasar jurang. Demi melindungi ibu dan ayahn...