part 20

38 1 0
                                    

Stevi berlari mencari tempat berteduh, sedangkan Awan mematahkan daun pisang dan berlari menghampirinya. Mereka berteduh bersama menggunakan daun pisang tersebut. Stevi mengelap wajahnya dengan kedua tangannya.
“tetesan air hujan bisa membasahi bumi yang kekeringan, sama seperti senyum kamu” dengan sungguh-sungguh Awan mengucapkan kata-kata mutiara.
“yang bisa menyejukkan hati” sambung Stevi.
“yang bisa mengubah air mata menjadi tawa” sambung Awan lagi.
Stevi menatap Awan sekilas kemudian melihat kedepan. ”aku pikir kamu udah lupa dengan kata-kata itu”
“setiap kata yang pernah kita ucapkan masih melekat didalam hati ini” Awan memegangi dada sembari menatap lekat wajah Stevi. “sampai kapanpun nggak akan pernah hilang”
“terimakasih masih menyimpan kata-kata itu untukku”
“bukan untukku, tapi untuk kita” pelan-pelan Awan menggenggam tangannya.
        Di dalam perjalanan, Kayra sedang dibonceng Saka, namun Kayra terkejut saat melihat Reza sempoyongan di seberang jalan. Kayra meminta Saka untuk memperlambat motornya.
”coba deh lo liat, itu kan om Reza” Kayra melihat kearah Reza.
“iya bener, ya udah kita harus ikutin kemana dia pergi” sahut Saka. Mereka mengikuti Reza yang tampak menyetop taxi. Di dalam taxi Reza terus memegangi wajahnya yang memar sambil menahan sakit.
“mukanya kenapa mas?” tanya supir.
“tugas lo itu nyupir bukan nanya-nanya penumpang ngerti” tegas Reza.
“mmm maaf mas” si supir menatapnya dari kaca spion.
Setelah Reza turun dari taxi, Saka mengentikan motornya. Saka meminta Kayra untuk menunggunya disini dan dia yang akan ngikutin Reza.
“awas jangan sampai ketahuan” bisik Kayra.
Saka kemudian menelusuri gang-gang sempit membuntuti Reza, tapi langkahnya langsung terhenti ketika melihat segerombolan preman yang sedang berkumpul. Ternyata Reza bergabung bersama Jodi dan Miko yang bertampang seperti preman-preman. Diam-diam Saka merekam apa yang mereka bicarakan.
“kenapa muka lo bonyok begitu, hehehee...?” ejek Jodi.
“gue abis di pukulin sama si Roman” jawab Reza.
“di pukulin...!” Miko kaget.
“hahahaa...” spontan mereka tertawa mendengar pernyataan Reza.
“makanya za kalau ngutang jangan kira-kira, begini kan jadinya” lanjut Jodi menyindir.
“tapi kalau gue udah berhasil nikahin Ranti, lo lo juga yang bakal ngerasain enaknya” sahut Reza dengan sombong.
“memangnya kita bakal dapat apaan?” tanya Miko.
“lo semua bakal gue angkat jadi karyawan di perusahaan” jawab Reza dengan pedenya.
“oke juga tuh” seru Jodi semakin senang melirik Miko.
Saka menghentikan rekamannya dan kembali menemui Kayra. Ia buru-buru memakai helm dan meminta Kayra cepet naik.
        Sebelum menjalani operasi dirumah sakit, Ramadi memerintahkan Janu untuk menghubungi Soka. Janu pun menghubungi Soka dan memberikan telpon tersebut kepada Ramadi.
“iya bos” jawab Soka ditelpon.
“kamu harus jaga Naya baik-baik, jangan sampai dia kabur” perintah Ramadi.
“kenapa bukan bos sendiri yang menjaga Naya?” Soka bernada ketus dan menutup telpon.
“hallo... hallo... SOKAA...” Ramadi lalu membanting handphone tersebut karena kesal.
“ya ampun hp saya bos” dengan sedih dan kecewa Janu memungut handphonenya yang sudah rusak.
“iya saya tau, nanti juga saya ganti yang lebih bagus” sahut Ramadi.
“apa pak Ramadi sudah siap di operasi?” tanya suster yang baru masuk.
“iya dok” jawabnya singkat. Suster bersama Janu dan Jafar membawa Ramadi ke ruangan operasi.

Sementara di dekat danau, Stevi menengadahkan tangannya untuk merasakan tetesan hujan yang perlahan-lahan berhenti.
“hujannya udah berhenti, yuk” ajak Stevi, lalu ia berlari-lari kecil sambil menoleh kearah Awan yang masih terdiam menatapnya. “ayoo...” serunya.
Awan berlari menghampiri Stevi dan menggandeng tangannya.
“oia, kamu harus ikut aku sekarang” ucap Awan.
“kemana?”
“aku mau ajak kamu pulang ke rumah kamu yang sesungguhnya”
“aku tau maksud kamu, tapi aku nggak mau ngorbanin mama sama papa” Stevi melepaskan tangannya perlahan.
“tapi ini adalah saatnya, pasti mereka sangat-sangat merindukan kamu”
“tapi aku takut kalau Ramadi dan anak buahnya...”
“papa dan Kiran tau apa yang harus dilakukannya untuk menangani Ramadi” potong Awan dengan cepat. “dan aku, aku disini akan selalu menjaga kamu, jadi kamu nggak perlu takut lagi” sambil mengusap bahunya.
Stevi mengangguk.
        Saat Fiona sedang asyik menyiram tanaman di depan rumah menggunakan selang tiba-tiba airnya mati. Ia heran kenapa airnya bisa mati. Ia kemudian memeriksa salurannya, namun semuanya baik-baik saja. Seorang petugas PLN tiba-tiba datang mengucapkan salam.
“wallaikumsalam...” jawab Fiona. ”perasaan listriknya nggak bermasalah kenapa ada petugas PLN yang datang?” batinnya jadi bertanya-tanya sambil menghampirinya. “memangnya ada yang konslet ya pak?”
“nggak bu, saya cuma mau memberikan surat pemberitahuan ini saja” petugas itu  memberikan surat.
Fiona kaget membaca surat tersebut. ”kenapa di putus pak memangnya belum dibayar sama suami saya?”
“maaf bu, untuk lebih jelasnya sebaiknya Ibu tanyakan langsung ke kantor, karena tugas saya cuma menyampaikan saja” jawab petugas.
“pantesan aja airnya mati” gerutu Fiona pelan.
“saya permisi ya bu” ucap si petugas.
“oia makasih pak”

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang