part 19

37 1 0
                                    

Kali Ibas maju dengan begitu pedenya sambil menatap tajam kearah Awan. Sebelum bolanya di letakkan pada titik tendangan ia menciumnya terlebih dahulu. Awan berdoa dalam hati mudah-mudahan tendangan Ibas melambung. Eh ternyata itu benar-benar terjadi. Ibas benar-benar kecewa dengan dirinya sendiri.
“oia mau tau hadiahnya apa?” tanya pak Rinto.
“hadiahnya apa pak?” Kayra begitu penasaran.
“akan mendapatkan voucher liburan” seru pak Rinto.
“ASYIIK...” seru mereka kegirangan.
“saya pasti bisa pak” tegas Saka.
“oke buktikan” sahut pak Rinto.
Sebelum melakukan tendangan, Saka memberikan ciuman genitnya kepada para murid atau penonton, namun ternyata tendangannya tidak mengenai sasaran.
“kebanyakan gaya sih jadinya gagal kan” ledek Kayra menahan tawa.
“namanya juga belum rezeki, udah sekarang giliran lo ayo maju” sahut Saka memintanya. Kayra kemudian maju perlahan-lahan. Sekilas ia melirik teman-temannya. Semua teman-temannya memberikan tepuk tangan menyemangatinya, tapi lagi-lagi tendangannya juga meleset.
“aagh susah banget ternyata, perasaan dari tadi belum ada yang berhasil deh” gerutunya mendekati Saka.
“gua bilang juga apa memangnya gampang, susah tau” cerca Saka.
“iya jadi penasaran siapa ya kira-kira yang bisa” celetuk Milan.
“ayo wan lo harus coba, siapa tau ini keberuntungan lo” Saka membujuk Awan. Awan menatap Stevi yang tersenyum kepadanya. Kemudian ia maju dengan membaca basmallah. Dengan fokus dan tenang, Awan mengamati jarak antara bola dan botol minuman tersebut. Setelah itu ia menendang bolanya dengan keras. Stevi menutup matanya tak ingin kecewa, tapi ternyata tendangannya tepat mengenai sasaran. Semua bersorak sorai bertepuk tangan. Terlebih-lebih lagi dengan Saka, Kayra, dan Milan. Mereka melompat-lompat sambil berteriak kegirangan dan secara tak sadar Stevi pun memeluk Nanda. Tapi tidak bagi Ibas, ia justru memperlihatkan kekesalannya. Dan kali ini Stevi yang mencoba keberuntungan. Nanda memberikan jempol untuk menyemangatinya, sedangkan Awan mengangguk sambil tersenyum. Sebelum melakukan tendangan Stevi membaca basmallah. Tak ada yang menyangka kalau ia ternyata berhasil. Bahkan ia sendiri juga tak menyangka kalau bisa melakukannya. Awan langsung menghampirinya dan tos satu sama lain. Membuat Ibas semakin cemburu dan kesal melihat apa yang terjadi barusan.

Janu dan Jafar sedikit terkejut saat melihat Ramadi terpuruk tak berdaya ditempat yang sepi. Janu memanggil sambil membangunkannya.
“antar saya ke rumah sakit” perintah Ramadi.
Janu dan Jafar bergegas ingin kembali ke mobil, tapi Ramadi berteriak memanggil karena tak bisa bangun. Janu dan Jafar sama-sama menoleh ke belakang. Mereka berpura-pura terkejut dan khawatir melihat keadaannya.
“kenapa bisa begini bos?” Jafar bertanya.
“memangnya bos nggak bisa jalan?” tambah Janu.
“jangan banyak tanya, antar saya ke rumah sakit sekarang” bentak Ramadi.
Janu dan Jafar memapahnya sampai ke mobil. Setelah sampai di rumah sakit, Ramadi berteriak meminta suster untuk cepat menangani kakinya. Suster membawanya menggunakan kursi roda ke ruang inap. Sementara Jafar membisikkan sesuatu kepada Janu.
”sepertinya kakinya bos patah, apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“kita lihat dulu perkembangannya” jawab Janu.
“kita harus buat rencana sama yang lainnya”
“benar, kita harus menyusun rencana secepatnya”
“udah sekarang kita urus dulu yang satu ini” Jafar kemudian masuk ke ruangan dimana Ramadi di rawat bersama Janu. Tampak Ramadi sedang terbaring tak berdaya dengan kaki dibalut perban.
“apa kakinya bisa sembuh dok?” tanya Jafar.
“sepertinya sulit untuk sembuh, karena tulang kakinya patah” jawab Dokter yang menanganinya.
“jadi gimana dok?” kali ini Janu yang bertanya.
“ya terpaksa harus di operasi”
“memangnya kalau di operasi bisa sembuh?” tanya Jafar.
“meskipun nanti bisa jalan, tapi tidak normal lagi seperti biasa, dan kalau tidak di operasi secepatnya, maka tulang bagian dalam yang retak bisa membusuk, itu bisa membahayakan tulang lain, dan kalau sudah merambat kepada yang lain, maka terpaksa harus di amputasi” jelas Dokter panjang lebar.
“AAAGHH...” Ramadi berteriak sambil membuang obat-obatan dan lain-lain yang ada diatas meja, penjelasan tersebut membuatnya semakin drop.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang