part 39

39 2 0
                                    

Pak Devan memberikan kartu nama. “saya tunggu kamu di studio rekaman saya”
“oke siap pak” seru Saka, setelah mereka pergi Saka meloncat kegirangan tak bisa menahan bahagia. Apa yang di inginkannya selama ini akhirnya terwujud juga. Ia jadi tak sabar ingin menciptakan lagu baru dan cepat-cepat rekaman.
“Kayra pasti nggak nyangka banget kalau seandainya nanti gua punya lagu sendiri, yess...” riangnya.

Sementara itu, di pinggir jalan yang di lalui pada saat pulang sekolah tadi siang, Ibas tak sengaja menemukan sebuah buku, tapi buku tersebut tidak ada namanya. Ibas lalu memungutnya.
“punya siapa?” sembari mengamati buku itu. “nggak ada namanya lagi”
Setelah dibuka, didalam buku itu terselip lukisan kupu-kupu cantik yang sedang beterbangan, dan di bawahnya tertanda inisial K. Ibas jadi terdiam mengingat Kiara adiknya yang memang sangat menyukai kupu-kupu. Bahkan Kiara juga pernah minta diajari membuat kupu-kupu kertas. Ibas membulak balikkan buku tersebut berharap ada nama asli atau alamat yang tertulis, tapi tidak ada.
“kenapa nggak ada namanya sih” keluhnya kesal, ia kemudian memasukkan buku itu ke dalam tas.
Stevi tampak melamun di taman favoritnya. Taman tersebut tempat dimana Stevi dan Awan sering bertemu kalau sedang ada masalah. Stevi bingung harus menjelaskan apa supaya papanya tidak salah paham lagi terhadap Awan. Disisi lain, Awan gelisah didalam kamar karena Stevi tidak bisa dihubungi. Entah kenapa ia jadi kepikiran sama Stevi.
“mau kemana?” tanya Erwan melihat Awan buru-buru keluar.
“mau cari angin pa, didalam gerah” keluh Awan.
“hmmm angin kok dicari” Erwan menggeleng-geleng setelah Awan berlalu.
Sedangkan di taman, Stevi mendongak keatas menatap bintang-bintang di langit. Awan yang sedang berjalan menikmati dinginnya malam tidak sengaja melihatnya. Awan mendekatinya perlahan-lahan.
“sendirian aja neng?” rayu Awan.
“jangan macam-macam ya” ancam Stevi sembari menoleh. “Awan...aku kira siapa” Stevi kaget.
“memangnya kamu pikir tadi siapa?” Awan sembari duduk disampingnya.
“ya aku pikir orang iseng”
“Stevan lagi ada masalah ya?” Awan menatapnya dalam-dalam setelah terdiam beberapa saat.
“papa ngelarang aku untuk deket sama kamu”
“haah, terus gimana dong? Apa kamu mau nurutin permintaan papa kamu? Apa kamu juga bakal ngejauhin aku?” Awan nyerocos dengan beberapa pertanyaan.
“kamu apaan sih bey..., ya nggak lah, aku nggak mungkin bisa jauh dari kamu”
“Alhamdulillah...” Awan mengelus dada merasa lega, membuat Stevi ingin tertawa melihatnya. “tapi kamu nggak ngelawan papa kamu kan? karena biar bagaimanapun juga itu adalah papa kamu”
“nggak kok”
“ya udah kalau gitu, Stevan tunggu disini sebentar ya” pinta Awan beranjak dari tempat duduk.
“memangnya kamu mau kemana?”
“udah pokoknya Stevan jangan pergi kemana mana oke, tunggu” Awan menunjuknya agar tetap stay disitu, lalu ia berlari membeli es cream dipinggir jalan.
“Awvi kemana sih lama banget...” keluh Stevi gelisah menunggu.
Tiba-tiba ada beberapa orang memakai topeng mendekatinya dari belakang. Salah seorang membekap mulutnya menggunakan sapu tangan. Meskipun Stevi meronta-ronta, tapi orang itu tetap membawanya. Dan saat Awan kembali, ia kaget Stevi sudah tidak ada lagi.
“lho Stevan kemana...?” Awan kebingungan.
“AWAAN...” dari kejauhan Stevi memanggil meminta pertolongan, namun sebagian dari mereka menahan Awan agar tidak bisa mengikuti Stevi.
Mereka menyerang Awan secara serentak, namun Awan bisa mengatasinya satu per satu menggunakan ilmu bela diri campuran dengan menggabungkan karate. Setelah itu, barulah Awan mengejar kemana arah Stevi dibawa, tapi ia kelelahan. Melihat ada motor terparkir dipinggir jalan, ia cepat-cepat memakainya untuk mengejar Stevi.
“waduh, MOTOR SAYA...!” teriak si tukang ojeg panik saat melihat motornya dibawa.
“MAAF BANG MOTORNYA SAYA PINJAM DULU...” Awan membawanya dengan tergesa-gesa.
“tu orang bener-bener ya” maki tukang ojeg sambil ngos ngosan setelah gagal mengejar motornya. “main bawa kabur motor orang, aduh gimana mau ngojeg kalau nggak ada motor, bisa-bisa dicaci maki lagi nih sam bini, udah nggak bawa uang eh motor juga raib” ia ngedumel sendiri sembari kebingungan. Awan ingin menghadang mobil yang membawa Stevi, tapi mobil itu terlalu ngebut. Didalam mobil, Stevi ingin membuka kaca, tapi orang itu melarangnya sambil tetap menyetir. Stevi kemudian menemukan ide, yaitu menggigit tangan orang tersebut. Orang tersebut berteriak kesakitan dan tak sengaja menabrak pohon dipinggir jalan. Awan membuka pintu mobil itu dan mengeluarkannya dengan paksa, tapi lagi lagi sekelompok orang yang menahannya tadi kembali menyerangnya secara tiba-tiba. Kali ini Stevi tak tinggal diam. Meskipun bela diri yang ia pelajari masih sedikit, tapi ia saling bekerjasama dengan Awan membasmi mereka. Saat Stevi berhasil memukul wajah salah satu dari mereka, Awan memberikan jempol sambil tersenyum.
“AWAS...” teriak Stevi saat ada yang ingin memukul kepala Awan. Awan langsung menunduk dan Stevi menampar orang itu dengan keras. Seketika orang itu melongok sepert orang bego memegangi wajahnya yang kena tampar. Awan mengajak Stevi berlari meninggalkan mereka yang sepertinya sudah sempoyongan semua.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang