Beberapa anak buah Wardana mendatangi rumah maupun toko yang berdekatan dengan sekolah. Mereka membawa surat perjanjian untuk membeli lahan area sekolah tersebut. Ada yang setuju dan menandatangani surat perjanjian tersebut, namun sebagian dari pemilik lahan bersikeras tidak mau menjualnya. Mereka terus berusaha membujuknya dengan tawaran tinggi agar tertarik untuk menjualnya, namun sayang si pemilik tetap tidak mau menjualnya.
“lebih baik Bapak pikirkan lagi ya, jangan sampai Bapak menyesal nantinya, karena besok kami akan datang lagi” Jafra sedikit mengancam.
“gimana nih?” bisik Darman kepada Jafra.
“udah yang penting kita sudah menjalankan tugas, kalau lo takut ntar biar gua yang laporan sama pak bos” sahut Jafra.
Jafra dan Darman menemui Wardana di sebuah markas.
“gimana sukses?” tanya Wardana.
“baru sebagian yang tandatangan bos” Jafra memberikan catatan surat perjanjian.
Wardana membaca catatan tersebut. “ini bukan sebagian tapi baru beberapa orang, kalian gimana sih, bisa kerja nggak?” Wardana marah-marah.
“tenang bos, saya sudah punya cara untuk membujuk mereka” bujuk Jafra dan membisikkan sesuatu. “gimana oke kan?”
“bagus-bagus” Wardana terlihat manggut-manggut.”sekarang kalian boleh pergi”Di steam, Ibas membersihkan mobil pelanggan sambil melamun. Ibas membayangkan seperti apa wajah Kiara sekarang, tapi tiba-tiba Bram datang membuyarkan lamunannya.
“papa mau ngapain datang kesini?” tanya Ibas tak suka.
“papa pengen kamu pulang” bujuknya.
“udah mendingan sekarang kamu temenin papa kamu dulu, biar saya yang lanjutin” ucap Malik.
Ibas menghentikan pekerjaannya dan mendekati Bram.
“sampai kapanpun Ibas nggak akan pernah suka sama tante Farah” ucap Ibas.
“kenapa?” tanya Bram.
“ya karena dia nggak pernah menganggap Ibas sebagai anaknya” jelas Ibas dengan nada agak keras.
“karena kamu nggak bisa mengambil hatinya” balas Bram.
“iya, cuma papa yang bisa ngambil hatinya karena uang, coba papa pikir, apa selama ini papa ngerasa bahagia sama dia?” pertanyaan Ibas sangat menusuk, membuat Bram jadi merenung.
Di waktu yang sama Malik diam-diam memperhatikan mereka sambil bersiul-siul.
“itu karena dia cuma mencintai harta papa, coba kalau papa nggak punya apa-apa” lanjut Ibas.
“kalau kamu belum mau pulang oke nggak apa-apa, tapi jangan nuduh orang sembarangan kayak begitu” tegas Bram menahan tak terima, Bram meninggalkannya tanpa bilang apa-apa.
Di perjalanan Bram berpapasan dengan mobil Farah yang sedang bersama Wahyu. Sepertinya Bram mengingat siapa laki-laki tersebut.
“kenapa Farah bisa satu mobil sama mantannya? apa mereka menjalin hubungan secara diam-diam? nggak bisa di biarin, ini harus aku selidiki, mungkin saja apa yang di katakan Ibas itu benar” pikirnya sambil menyetir, lalu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah.Fiona melamun di kamarnya memikirkan kebaikan Gunawan.
“gimana kalau seandainya mas Gunawan itu merencanakan sesuatu yang tidak baik, nggak nggak, aku nggak boleh berprasangka buruk dulu” pikirnya.
“mama kenapa? kok kaya ada sesuatu yang di pikirin?” lirih Awan saat melintas didepan kamarnya. “mama kenapa?” tanya Awan sembari menghampirinya.
“ya aneh aja, masak baru berapa hari mama kerja, mama udah diangkat jadi manager” jawab Fiona.
“mmm sedikit aneh sih, jangan-jangan bos mama itu suka ya sama mama!”
“jangan ngaco ah” Fiona jadi parno mendengar perkataan Awan.
“ya siapa tau aja, apalagi kalau dia itu tiba-tiba perhatian sama mama” lanjut Awan.
“ya emang sih mas Gunawan itu baik banget sama mama”
“waduh manggilnya mas lagi hahaha...” ledek Awan.
“ih malah ngeledekin mama lagi” dengan geram Fiona mencubit pinggangnya.
“aduuh iya nggak nggak” Awan menyelamatkan diri berlari keluar. ”awas lho, jangan sampai papa cemburu” Awan kembali nongol dibalik pintu mengejeknya.
“cintanya mama itu cuma buat papa nggak ada yang lain” tegas Fiona, Awan langsung tersenyum sembari mengacungkan jempol.Keesokan harinya di dalam kelas, pak Davin menulis kata-kata kepribadian di papan tulis. Di waktu yang sama Ibas pun masuk secara diam-diam, karena tak ingin ketahuan pak Davin.
“ada yang tau apa itu kepribadian?” pak Davin menoleh kearah Saka yang memegang gitar, namun semuanya diam seperti tak tertarik dengan pertanyaannya. “kalau ada yang bisa menjawab, maka saya akan memperbolehkannya pulang”
Semua bersorak sorai kegirangan.
“Saya pak” dengan semangat Saka mengangkat tangan. “kepribadian itu ya sifat-sifat yang di miliki oleh seseorang”
“ya betul, silahkan pulang” pak Davin mempersilahkannya.
“Yess...” Saka kegirangan, kemudian ia memetikkan gitar dan bernyanyi di depan teman-temannya sambil berjalan keluar. “kalian belajar yang rajin ya dadaaah...” ledeknya sambil melambaikan tangan.
Semua jadi berteriak kegirangan membuat suasana kelas jadi semakin berisik. Stevi dan bu Winda yang melintasi kelas tersebut jadi heran.
“ada lagi yang tau?” lanjut pak Davin.
“tingkah laku dan sikap yang dapat di lihat oleh orang lain” jawab Ibas penuh semangat.
“cerdas, jadi inti dari kepribadian itu adalah sebuah tingkah laku atau ciri khas seseorang, yang terdiri dari ekpresi, perasaan, dan opini terhadap orang lain dalam situasi tertentu” tambah pak Davin menjelaskan.
“seneng banget sih disuruh pulang, padahal itu kan cuma pancingan pak Davin aja supaya mereka semangat” pikir Awan sembari tersenyum.
Ibas pun meninggalkan kelas dengan girang. Melihat Ibas pulang sebelum bel berbunyi, bu Winda dan Stevi menghampiri pak Davin ke dalam kelas. Diam-diam Stevi menatap Awan sejenak disaat Awan bengong menopang tangan kaget melihat dirinya.
“itu Saka sama Ibas kenapa pulang?” tanya bu Winda kepada pak Davin.
“ya karena mereka bisa menjawab pertanyaan dari saya bu” jawabnya.
Bu Winda berpikir sejenak.
“ooo pak Davin lagi mengadakan quis tanya jawab” Stevi menambahkan penjelasan dari pak Davin sambil menggenggam buku-buku.
“ooo begitu” bu Winda kemudian mengajak Stevi kembali kekantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesetiaan
General FictionParas Stevi yang sangat mirip dengan ibunya membuat Ramadi bertekad balas dendam karena ibunya dulu menolak cintanya. Ramadi menculik Stevi disaat ia dan Awan sedang asyik bermain, sedangkan Awan dibuang kedasar jurang. Demi melindungi ibu dan ayahn...