part 37

36 1 0
                                    

Sebelum polisi melakukan penyidikan terhadap Candra, Candra sudah kabur keluar kota tanpa sepengetahuan istrinya. Polisi mengetuk pintu rumah Candra, namun ternyata istrinya yang membukakan pintu.
“kami di tugaskan untuk menangkap saudara Candra” tegas pak polisi sembari memberikan surat penangkapan.
“memangnya suami saya berbuat apa pak?” tanya Vina membaca surat tersebut.
“saudara Candra terjerat kasus penipuan pemalsuan tandatangan”
“tapi suami saya lagi nggak ada di rumah pak”
Polisi tersebut memerintahkan anak buahnya untuk menggeledah rumahnya. Setelah menggeledahnya ia melapor kepada komandan bahwa mereka tidak menemukan Candra. Pak komandan mengancam Vina untuk tidak menghubungi Candra kalau tidak   hukuman Candra akan semakin berat.
“ii iya pak...” sahut Vina dengan terbata-bata.

Pada hari minggu, ajang kejuaraan karate akhirnya diselenggarakan juga. Institut karate nasional menyelenggarakan kejuaraan karate antar dojo wilayah Jakarta dalam rangka tujuan untuk meningkatkan kemampuan antar lawan dalam memperebutkan sabuk kehormatan dan piagam. Turnament ini diikuti dari berbagai dojo. Tampak beberapa peserta sudah bersiap untuk mengikuti pertandingan termasuk Ajun dan Awan. Ajun tak menyangka kalau ternyata Kiran tidak mengikuti ajang tersebut. Ajun sangat yakin kalau anak bau kencur seperti Awan tidak akan mampu menandinginya. Ia sudah tidak sabar ingin melihat kemenangannya nanti. Ditempat penonton sudah ada Stevi dan teman-temannya yang sangat mendukung Awan. Meskipun sebelumnya Stevi sempat berdebat karena Tama tidak mengizinkannya pergi, tapi berkat kekompakan Kayra dan Milan membujuk Tama akhirnya Tama mengizinkannya. Awan memperhatikan dari setiap gerakan peserta yang sedang bertanding. Awan berdoa dalam hati mudah-mudahan ia bisa memenangkan turnament ini agar tidak mengecewakan Kiran dan papanya. Tampak peserta yang sedang bertanding saling melakukan tendangan ke bagian leher, dan mereka sama-sama terhuyung. Juri memperingatkan kalau pertandingan mereka draw. Kini tiba giliran Awan dan Ajun yang dipanggil untuk memasuki lapangan. Saka dan teman-temannya berteriak menyerukan namanya, namun pihak kepolisian yang menjaga acara tersebut tidak memperbolehkannya berisik. Mereka akhirnya tertib kembali dan fokus menyaksikan pertandingan yang akan dimulai. Terlihat Awan dan Ajun sama-sama membungkuk sebagai salam hormat karate, setelah itu mereka menggunakan teknik kuda-kuda sebagai gerakan dasar dalam olahraga beladiri. Tanpa ragu-ragu, Ajun mengarahkan pukulan kearah perut Awan, namun Awan menangkisnya dengan kedua tangan dan membalikkan keadaan sambil menggunakan kuda-kuda, membuat Ajun sedikit terdorong. Kali ini Awan tak ingin menyia-nyiakan waktu, ia melakukan pukulan dengan menyikut bagian dadanya. Tak ingin kalah, Ajun menendang menggunakan kaki bagian samping, namun Awan juga berhasil memukul wajah Ajun dengan siku dan mengunci pergerakan tangannya, sehingga Ajun merasa kesakitan tak berkutik. Tampak pengawas skor pertandingan duduk di meja skor resmi sambil mencatat skor angka yang diperoleh Awan maupun Ajun. Sementara wasit berdiri berpusat antara dua tikar menghadap pesaing pada jarak satu meter dari daerah aman disisi meja resmi. Juri memperhatikan pada saat Ajun sengaja menghentakkan kaki dengan keras untuk mengecoh konsentrasi Awan. Juri langsung memberi sinyal sebagai tanda bahwa Ajun di diskualifikasi. Ajun tak terima dengan hal tersebut, ia langsung menyerang Awan dengan membabi buta tanpa aturan. Wasit meniup pluit menghentikan pertandingan. Untung Awan masih bisa mengontrol diri sehingga ia tidak terpancing. Secara sengaja Ajun juga memukul wajah wasit tersebut. Tim pengawas mengamankan Ajun. Tibalah pada saat pengumuman. Juri mengumumkan kalau turnament karate grup A dimenangkan oleh Awan Purnawirawan. Awan langsung bersujud mengucap syukur. Juri menyerahkan sabuk kehormatan dan piala kepada Awan. Awan sangat senang dan bangga bisa memenangkan ajang tersebut. Terlebih lagi dengan Erwan dan Kiran sebagai pelatihnya, mereka tidak menyangka sama sekali. Ternyata apa yang diajarkannya selama ini tidak sia-sia. Semua teman-temannya ikut bergemuruh memeriahkan suasana. Mereka ikut kegirangan dan tak henti-hentinya memberikan tepuk tangan.
“tu kan apa gua bilang, muridnya aja keren apalagi Kiran pelatihnya” seru Saka diarea penonton bersama teman-temannya. “jadi lo semua jangan ngeremehin kemampuan dia sebagai cewek”
“emang keren banget sih, kita harus ikutan kay jangan mau kalah sama cowok-cowok” sahut Milan mengompori.
“oke siapa takut, semangat dong...” seru Kayra.
Persahabatan memang terkadang bisa membuat mereka berseteru, namun kali ini justru mereka terlihat begitu kompak dengan mengucap semboyan ala-ala mereka. Sepertinya Ibas, Lucky dan Elsa sudah mulai menyesuaikan diri bergabung bersama mereka, sehingga tidak ada rasa canggung sedikitpun disaat mereka bersama. Yang ada hanyalah tawa dan canda kegirangan karena baru saja menyaksikan kemenangan Awan. Sementara Ramadi melihat raut wajah Ajun yang nampak terpuruk karena masih tak terima dengan kekalahannya. Ajun tak habis pikir kenapa ia bisa kalah sama anak kemarin sore seperti Awan. Rasa dendamnya semakin dalam, ia bertekad akan membuat perhitungan dengannya. Ramadi hanya tersenyum menatapnya.
“kenapa kamu bisa kalah?” tanya Ramadi.
Mendengar pertanyaan tersebut membuat hati Ajun bertambah panas.
“kenapa diam?” Ramadi mengulangi pertanyaan.
“kalah atau menang itu bukan urusan anda” jawabnya.
“ternyata kamu sudah berani melawanku sekarang, oke, kita lihat nanti” Ramadi kemudian meninggalkannya, namun hampir saja ia menabrak Kiran yang sedang bersama Erwan.
“om Ramadi” Kiran cukup terkejut saat melihat kakinya tanpa menggunakan kursiroda lagi. “om udah sembuh?”
“ya, om udah bisa jalan sendiri tanpa bantuan kursiroda lagi” sembari Ramadi memperlihatkan kakinya.
“apa kabar?” Erwan berbasa basi menanyakan kabarnya.
“baik, oia Riana mana?” kali ini Ramadi yang bertanya.
“Riana udah pulang ke Jogja” jawab Kiran.
“ya udah, om pergi dulu” Ramadi berlalu meninggalkan mereka.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang