part 40

44 1 0
                                    

Untuk menarik perhatian Kayra, terpaksa Saka membuat dirinya pura-pura babak belur dihajar preman. Awalnya Kayra memang sangat bersimpati dengan keadaannya, namun setelah salah seorang preman datang menghadap Saka meminta bayaran karena sudah melakukan apa yang diminta, Kayra jadi murka. Meskipun Kayra tidak tega, tapi tetap saja ia benar-benar geram dengan kelakuannya. Sampai sampai Kayra ingin menjitak kepala Saka saking geregetannya.
“gua kayak gini kan demi lo” ucap Saka dengan manja.
“apa lo bilang? Demi gue...?” Kayra tampak jutek.
“ya siapa lagi kalau bukan lo”
Kayra justru tersenyum sinis menatapnya. “gue nggak suka di bohongi, apalagi di bohongi sama lo dengan kekonyolan kayak gini”
“KAY...” panggil Saka saat Kayra meninggalkannya. “TUNGGU...”
“males...” sahut Kayra menoleh sesaat.
“iih kenapa juga harus gua kejar kejar” gerutu Saka menghentikan langkah.
“udah mana bayarannya?” tagih si preman tersebut masih menunggu.
“nih...” meskipun sebenarnya enggan, tapi Saka tetap memberinya uang sebagai upah.
“kok cuma segini?” preman itu tidak terima.
“siapa suruh lo nongol disaat ada Kayra, akhirnya kan gagal, syukur syukur masih gua bayar separo” cerca Saka beranjak pergi.

Setelah menemui Mona tempat tinggalnya dulu, Bram berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada Mona karena sudah mendapatkan nomor teleponnya Ranti. Di dalam mobil, Bram menatap nomor telepon itu sejenak.
”bagaimana kalau seandainya Ranti dan Kiara membenciku? apalagi selama ini aku menelantarkan Kiara, apa yang harus aku lakukan ya Allah berikanlah petunjukmu” Tidak terasa air matanya menetes. “papa tau, pasti Kiara tumbuh menjadi anak yang baik, tapi apa mungkin kamu bisa memaafkan papa” sampai didepan masjid, ia menghentikan mobil dan masuk ke dalam masjid melaksanakan sholat.

Sementara didepan sekolah, Ibas sengaja mencegat motor Kayra.
“ada apa?” tanya Kayra.
“lo belum jawab pertanyaan gue kemarin” jawabnya.
“pertanyaan...?” Kayra berusaha mengingat. “memangnya kemarin lo nanya apa?”
Dari kejauhan, Stevi dan Milan heran melihat mereka yang nampaknya sedang serius membahas sesuatu.
“lo harus mau jadi pacar gue” paksa Ibas.
“APA...PACAR...” Kayra kaget.
Spontan Stevi dan Milan benar-benar terkejut mendengarnya. Jadi Ibas suka sama Kayra? kata Stevi.
“sssst ini rahasia kita” bisik Milan.
“lo nggak boleh bersikap kayak gini dong” pinta Kayra kepada Ibas yang tampak jutek.
“kalau gue bilang harus ya harus” Ibas sedikit memaksa.
Kata-kata yang di ucapkan Ibas itu membuat Kayra kembali teringat dengan kata-kata yang pernah di lontarkan Bisma kakaknya waktu masih kecil. Kayra lalu meninggalkannya sendiri seperti patung. Stevi dan Milan langsung menghampiri Ibas seperti tidak mengetahui apa-apa, tapi Ibas malah pergi.
“kalau Saka sampai tau bisa gawat nih” ucap Milan.
“tapi meskipun kita tutupin lama-lama pasti ketauan juga” sahut Stevi.
“iya sih, tapi biarin aja lah, itu kan urusan mereka”
Tiba-tiba handphone Stevi berbunyi. Stevi melihat itu panggilan dari Awan, tapi Stevi cuek aja.
“kenapa nggak diangkat?” Milan kepo.
“biarin aja” Stevi masih sebel mengingat kedekatan Awan dan Kiran tadi.
Didepan ruangan karate, Awan terlihat bete karena telponnya tidak diangkat-angkat oleh Stevi. Masak iya sih Stevi cemburu sama Kiran? Aku kan nggak ada hubungan apa-apa sama Kiran? Pikir Awan melirik Kiran yang ada disampingnya. 

Di kantor, Tama mendapat telepon dari Rama. Rama mengabarkan kalau proyek yang dibangun di Singapura ambruk dan beberapa buruh tertimpa reruntuhan bangunan tersebut. Tama sangat terkejut. Di waktu yang sama, Susan yang kebetulan datang jadi ikut khawatir mendengar percakapan mereka.
“iya pak, mereka tertimpa reruntuhan bangunan” lanjut Rama menjelaskan didalam telpon.
“kok bisa begitu? apa mereka nggak pakai peralatan keamanan?” tanya Tama.
“namanya juga musibah pak, kita nggak pernah tau apa yang akan terjadi ke depannya”
“terus bagaimana dengan keadaan mereka?” tanya Tama lagi.
“pak Tama nggak usah khawatir, semua sudah di tangani oleh tim medis, tapi untuk beberapa waktu ke depan, mereka belum bisa melanjutkan pekerjaan”
“kalau begitu proyek kita harus di tunda dulu”
“baiklah kalau begitu, assalamuallaikum”
“wallaikumsalam” Tama lalu menutup telponnya.
Susan menenangkan Tama yang tampak kacau.
“gimana aku bisa tenang kalau keadaannya kayak gini” ucap Tama.
“aku tau pasti perusahaan akan mengalami kerugian, tapi kita bisa apa, kita nggak bisa menolak musibah yang terjadi, kita harus mendekatkan diri sama Allah, karena Allah lah yang mampu membulak balikkan keadaan manusia dalam sekejap, mas harus ingat itu” dengan panjang lebar Susan menasehati.
“Astaghfirullahaladzim...” Tama mengucap istighfar beberapa kali dengan rasa menyesal karena sudah mengeluh.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang