part 23

41 1 0
                                    

Dari kejauhan, terlihat Awan seperti menjelaskan siapa yang duluan kembali kesini dari depan persimpangan jalan dia yang menang.
“kalau lo kalah, lo harus berlutut didepan kita-kita, gimana?” sahut Lucky dengan begitu pede.
“oke, tapi kalau gue menang, lo semua harus masuk ke kelas” tegas Awan.
“oke deal” Ibas tersenyum cuek.
“kenapa Ibas jadi kayak gini sih?” bisik Milan kepada Kayra.
“akibat cintanya ditolak kali” Kayra ingin tertawa.
Awan dan Ibas mulai ancang-ancang memainkan gas motornya masing-masing.
“kenapa Awan jadi ikut-ikutan seperti mereka” pikir pak Davin dari kejauhan.
“ayo kita harus dukung Awan biar bisa ngalahin si anak berandalan itu” seru bu Winda.
Pertandingan mereka pun dimulai yang disaksikan oleh teman-temannya dan juga siswa-siwa kelas lain.
“AYO AWAN KAMU PASTI BISA...” bu Winda menyemangatinya sambil bertepuk tangan.
Pak Davin menutup telinga mendengar teriakan bu Winda, namun ia juga tak ingin melewatkan pertandingan tersebut. Dalam waktu singkat ternyata Awan bisa mengalahkan Ibas. Semua bersorak sorai bertepuk tangan melihat kemenangan Awan. Awan mendekati Ibas dan kedua temannya yang masih nampak kesal.
“kamu bisa kan menepati janji” ucap Awan kepada Ibas.
Ibas bergegas pergi masuk ke kelas bersama Lucky dan Elsa dengan perasaan kesal. Saat berada di dalam kelas, Ibas dan kedua temannya justru sibuk dengan urusannya masing-masing. Lucky memainkan gitar, Elsa mengamati gambar mobil-mobil sport, sementara Ibas uring-uringan sambil memejamkan mata ingin tidur.
“waw keren-keren mobil sportnya, apa kamu sudah punya sim?” tanya pak Davin baru masuk.
“mmm belum” jawab Elsa Santai.
“suatu saat kamu pasti punya sim seperti harapan kamu” pak Davin tersenyum.
Elsa hanya mengangguk tertunduk. Saka membangunkan Ibas yang nampak tertidur, tapi Ibas malah kembali tidur.
“BANGUUN...” teriak Saka didekat telinganya.
“berisik banget sih lo” cerca Ibas terbangun.
Pak Davin hanya menghela nafas dalam-dalam melihat kelakuan murid-muridnya. Semenjak ada siswa-siswa baru Ibas jadi ketularan nakal, ia jadi bingung bagaimana cara menghadapinya. Tiba-tiba bel berbunyi, semua murid keluar meninggalkan pak Davin yang sedang berpikir keras memikirkan cara untuk membuat mereka berubah.

Di kantor, Bram melihat ada bekas pembuatan cek sebesar 100 juta.
“untuk apa Farah bikin cek sebesar ini? kenapa nggak ngomong dulu sama aku” batinnya jadi bertanya-tanya. Tidak berapa lama Farah datang dengan wajah masih kesal, tapi ia hanya diam saja meskipun ada Bram memperhatikannya.
“muka kamu kenapa kaya benang kusut begitu?” tanya Bram.
“ya apalagi kalau bukan karena ulah anak kamu, bikin kesel tau nggak”
“bikin kesel gimana? memangnya Ibas berbuat apa?”
“tuh dia minta uang 100 juta, katanya untuk beli motor”
“ooh beli motor, kirain apaan” Bram tersenyum tipis.
“kok kamu malah senyum sih mas bukannya ngebelain aku” Farah semakin jengkel.
“ya terus aku harus gimana? lagian wajar aja lah kalau laki-laki sukanya motor”
         Di parkiran, Awan terkejut melihat ban motornya kempes. Sesaat kemudian ia merasakan seperti ada yang memperhatikannya. Awan melihat keadaan sekitarnya, tapi Ibas, Lucky dan Elsa cepat bersembunyi. Saat mereka sembunyi justru Awan menghampiri motor Ibas yang terparkir tidak jauh.
“aku harus kasih sedikit pelajaran buat Ibas yang berubah jadi songong itu” dengan tersenyum Awan membocorkan ban motor mereka, namun tiba-tiba Stevi mendekatinya.
“kok kamu...” Stevi heran melihatnya.
“sssst jangan berisik, kamu jangan salah paham dulu, nanti aku jelasin” bisik Awan mengajaknya pergi.
Saat mereka berdiri didepan gerbang, tiba-tiba Ibas, Lucky dan Elsa melintas mendorong motornya masing-masing.
“lho motornya kenapa...? kok di dorong?” tanya Saka yang sedang berjalan bersama Kayra dan Milan.
Ibas dan kedua temannya memandang Awan dengan sinis.
“apa yang kita tanam itulah yang kita tuai, kalau kita berbuat jahat maka kejahatan pula yang akan kita dapat” jawab Awan menyindir.
“syukurin lo...” seru Saka dan teman-temannya.
Mereka kembali mendorong motornya.
“hati-hati di jalan” tambah Awan.
“memangnya mereka berbuat apa sih?” tanya Stevi.
“ban motor aku dikempesin sama mereka, makanya aku bales” jawab Awan senang.
“pesen ojeg ya?” tanya Kiran yang menghentikan motornya didepan Awan.
“iya” jawab Awan. “lho Kiran...” Awan kaget ternyata ojeg tersebut adalah Kiran.
“hehehee..., memangnya kenapa kan halal” Kiran memberikan helm.
Saat melihat Kiran, ada kecemburuan diwajah Stevi, namun ia tak ingin memperlihatkannya.
“oia by, aku duluan ya, kamu bawa mobil kan” ucap Awan kepada Stevi, namun Stevi hanya mengangguk pelan.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang