part 21

39 1 0
                                    

Saka, Kayra, dan Milan jadi terharu mendengar cerita Stevi. Mereka tidak menyangka kalau selama ini ada orang yang benar-benar tidak punya hati memisahkannya. Ibas yang tadinya ingin pergi malah tidak jadi.
“mungkin gue memang nggak pantas buat Naya, karena Awan sudah mengenal Naya lebih dulu bahkan dari sejak kecil, sedangkan gue, gue hanya ingin membuktikan ke semua orang kalau gue bisa mendapatkannya, gue benar-benar egois” batin Ibas berkata sambil menunduk melirik Awan.
“jadi lo juga terpisah sama orangtua lo dong?” tanya Milan.
“iya, tapi Alhamdulillah Allah menunjukkan jalan yang terbaik, makanya sekarang aku bisa disini sama Awan dan juga kalian” jelas Stevi lagi.
Janu dan Jafar masih berkelahi dengan Ajun didepan gerbang sekolah. Satpam datang menghampiri mereka dengan meniup pluit sekencang-kencangnya. Membuat mereka berhenti seketika sambil menutup telinga.
“DISINI TEMPAT BELAJAR BUKAN TEMPAT AJANG TINJU...” cerca satpam kembali meniup pluit.
“maafin kita pak, soalnya orang ini tadi mau nyulik Stevi murid sekolah ini” sahut Jafar melirik Ajun.
“apa..., mau nyulik murid sekolah” satpam kaget.
“iya bener pak” Janu menambahkan.
Begitu si satpam berpura-pura menelpon polisi, Ajun langsung kabur. “heeh dia kabur” Satpam menunjuk Ajun. Janu dan Jafar mengejar Ajun menggunakan motor, tapi motor yang mereka kendarai tiba-tiba mati di pinggir jalan.
”kenapa malah berhenti?” tanya Jafar yang dibonceng Janu.
“bensinya abis hehehee...” Janu nyengir sambil menoleh ke belakang.
“ya elah kenapa tadi nggak diisi dulu Janu” Jafar sangat geregetan sambil menepuk jidat.

Tampak Ramadi memasuki padepokan menggunakan kursi rodanya seorang diri. Shera menghampirinya dan memperlihatkan video Soka yang menantang Ramadi untuk berkelahi.
”jangan mau jadi budaknya Ramadi yang tak pernah menghargai kita, Ramadi sekarang sudah cacat dan tidak bisa apa-apa lagi, lebih baik kalian tinggalkan dia sendiri” ucap Soka didalam video tersebut.
“kenapa sekarang Soka malah menentang bos?” Shera menutup telponnya.
Ramadi menekuk tangannya ke dagu dan memejamkan mata. Didalam hati ia benar-benar marah kepada Kiran dan Riana yang sudah menyebabkan kakinya patah.
“bawa Kiran dan Riana ke hadapanku” perintah Ramadi dengan nada rendah.
“tapi gimana caranya bos? Soka aja bisa dikalahkan apalagi yang lain” sahut Shera.
“terserah kalian gimana caranya”
        Di kantor Ranti, tampak Reza tengah menyapa semua karyawan-karyawan yang menatapnya. Ia bertanya kepada Sinta sekretarisnya Ranti dimana, tapi Sinta menjawab saya tidak tau.
“kamu kan sekretarisnya masak nggak tau, apa jangan-jangan kamu disini cuma pelayan?” Reza berusaha menggoda dan menyentuh tangannya.
“jangan macam-macam ya” Sinta menarik tangan. “atau saya panggilkan satpam untuk mengusir kamu” ancamnya.
“oia, tapi sayangnya sebentar lagi saya yang memimpin perusahaan ini, justru kalau kamu berani sama saya, kamu yang akan saya pecat” dengan pedenya Reza tersenyum sinis.
Reza tidak menyadari kalau sejak dari tadi ternyata Ranti sudah ada dibelakangnya. Ranti memberi kode agar Sinta meninggalkannya. Begitu Sinta pergi Reza malah mengejar dan menggodanya lagi, namun Reza sangat terkejut saat melihat Ranti tersenyum kepadanya. Tiba-tiba ada dua polisi datang menghampiri mereka. Ranti mempersilahkan polisi tersebut untuk menangkap Reza. Reza seakan tak percaya ketika polisi memborgol tangannya.
”sayang..., kok kamu nyuruh polisi nangkap aku sih memangnya aku salah apa?”
“seharusnya lo tanya sama diri lo sendiri?” tanya Roman muncul bersama Dino.
“tapi aku nggak ada hubungannya sama mereka ran” Reza tetap tak merasa bersalah dihadapan Ranti.
“udah bawa aja pak” perintah Ranti.
Polisi itu membawa Reza pergi dengan keadaan tangan diborgol.
“saya nggak bersalah pak” Reza meronta-ronta.
Ranti terlihat mengucapkan terimakasih kepada Dino dan Roman yang sudah membantunya bekerjasama.
“kalau bukan karena kamu, mungkin aku nggak bisa menjebloskan Reza ke penjara” ucap Dino.
“aku juga tadinya nggak percaya, sampai akhirnya aku bisa mengumpulkan semua bukti-bukti, kalau ternyata Reza memang sudah merencanakan semuanya” sahut Ranti.
“dia memang pandai menyembunyikannya, ya udah kalau gitu kita permisi ya” tambah Roman berpamitan.
“oia silahkan” Ranti mempersilahkannya.
Sampai di kantor polisi, Reza memberontak, namun polisi berhasil menenangkannya.
“saya mohon bebaskan saya pak, saya nggak bersalah” Reza tetap membela dirinya.
Polisi memperlihatkan foto plat sebuah mobil yang pernah dibawanya kabur. ”apa anda ingat dengan mobil ini?”
Reza hanya terdiam.
“tidak hanya itu, tapi anda juga sudah melakukan perencanaan penipuan terhadap saudara Ranti” lanjut pak polisi.
“saya tidak merencanakan apa-apa pak saya cuma mau nikahin dia”
“anda yakin murni ingin menikahinya saja? atau ada rencana yang terselubung?” sindir pak polisi.
“yakin pak” Reza masih bersikeras merasa tak bersalah.
Polisi memutar semua bukti rekaman yang diperoleh dari Ranti dan juga Kayra. “apa anda masih ingin mengelak?”
“kenapa bisa ada rekaman pembicaraan gue, siapa yang melakukan semua ini?” pikir Reza dalam hati sembari mengusap kening.
Polisi memerintahkan anak buahnya untuk membawa Reza ke dalam sel.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang