part 26

32 2 0
                                    

Ranti kembali ke tempat rumahnya terdahulu yang sudah dijualnya. Ia melihat ada dua anak kecil yang berlarian bercanda di halamannya. Ranti tersenyum menatapnya.
“dulu Kayra sama Bisma juga seperti itu, tapi entah kenapa tiba-tiba mas Bram menceraikan aku” lirihnya.
Anak laki-laki dan perempuan tersebut berlari ketakutan memanggil mamanya ketika melihat Ranti masuk ke halaman rumahnya.
“ada apa kok teriak-teriak?” tanya Mona.
“diluar ada penculik ma” jawab kedua anaknya.
“penculik...? ayo kalian cepat sembunyi dikamar” Mona mengambil sapu dan mengendap-endap mengintai keadaan.
“assalamuallaikum” ucap Ranti.
“masak iya penculik ngucapin salam” pikir Mona dalam hati, lalu bergegas keluar, namun ia terkejut saat melihat Ranti ada di depan rumahnya dengan tersenyum. “mba Ranti...” sapanya.
“apa kabar mon?” tanya Ranti.
“baik mba, ayo silahkan masuk”
Anak-anaknya Mona perlahan keluar dari kamar menghampiri mereka.
“ini anak-anak kamu?” tanya Ranti lagi.
“iya mba, ayo sayang salim dulu” Mona meminta anak-anaknya menyalami Ranti.
Anak-anaknya mencium tangan Ranti, kemudian kembali bermain di halaman rumah.
“sepertinya ada sesuatu yang penting” ucap Mona.
“iya kamu bener, apa mas Bram dan Bisma pernah datang kesini untuk menanyakan keberadaanku?”
“sampai saat ini mereka nggak pernah dateng kesini”
“begitu ya, ya udah makasih ya mon, aku permisi dulu” terlihat diwajah Ranti penuh kekecewaan.
“iya mba hati-hati”
“aku memang benci sama kamu mas, tapi aku kangen sama Bisma, aku pengeen banget ketemu sama Bisma meskipun cuma sebentar” Ranti sedih sambil melangkah menuju mobil.
       Ibas, Lucky dan Elsa memasuki kantin sekolah. Melihat Lucky sedang memainkan handphone sambil berjalan, Sony langsung memasang kaki, sehingga Lucky terjatuh mengenai meja.
“APA-APAAN INI MAU GUE HAJAR...” Elsa tak terima.
“ayo siapa takut” tantang Sony dengan gaya songong.
“berisik..., jadi orang jangan sok ya, lo bukan siapa-siapa disini, ngerti” Ibas menatap Sony dengan tajam.
“kenapa memangnya? Lo pikir kelakuan lo udah bener!” Sony membalas menatapnya balik.
Tak terima dengan perkataan tersebut, Ibas langsung menghajarnya. Mereka pun berkelahi, bahkan Lucky ikut membantu Ibas. Semua kursi jadi porak poranda akibat ulah mereka.
“BERHENTI...” Awan berusaha melerai mereka yang sedang berkelahi, sedangkan siswa-siswa yang lain hanya menonton.
“dia yang mulai duluan...” Ibas bersitegang.
“kalau bukan karena lo, gue juga nggak bakal begini...” Sony juga tak mau kalah.
“kalau semua nggak mau berhenti, aku akan laporin kalian ke polisi” kata-kata Awan sedikit mengancam.
Mereka langsung menghentikan perkelahian tersebut.
“AYO SEMUA BUBAR...” teriak Awan.
Semua bubar meninggalkan kantin. Pemilik kantin sedih menatap keadaan kantinnya yang nampak berantakan.
“ya Allah..., hancur semuanya” lirihnya.
“maafin mereka ya bu” Awan mengeluarkan beberapa lembar uang. “ini ada sedikit uang untuk mengganti kerusakannya” sambil memberikan uang tersebut.
“tapi...” pemilik kantin merasa tidak enak.
“nggak apa-apa bu” Awan tetap menyodorkan uang itu.
“mmm makasih ya” pemilik kantin menerima uang itu.
“sama-sama” Awan tersenyum.
“ya ampun, kenapa bisa berantakan begini?” tanya Stevi yang tiba-tiba muncul bersama Kayra, Milan dan Saka.
“ini pasti kerjaannya Ibas sama temen-temennya, ya kan?” tambah Saka.
“ya gitu deh” jawab Awan.
“heran ya, kenapa sih Ibas jadi kayak gitu?” tanya Kayra.
“mungkin karena dia broken home kali, makanya jadi begitu” jawab Saka.
“broken home gimana, dia kan masih punya orangtua” tambah Milan.
“iya, tapi mama tiri” bisik Saka.
“HAAH...” mereka terkejut.
“aku harus bisa bikin Ibas kayak dulu lagi” batin Awan berkata.

Di siang bolong, terlihat Kiran dan Riana sedang bersemedi dibawah pohon-pohon yang rindang dengan menggunakan seragam karate. Suasana yang sunyi membuat pikirannya mereka jadi lebih tenang. Meskipun jauh dari keramaian, namun tetap saja Shera dan Ajun terus mengintai apapun yang dilakukannya.
“kita harus cepat kasih tau bos” ucap Shera.
“ya udah telpon” perintah Ajun.
“kamu aja deh yang telpon” Shera tampak enggan.
“kok aku sih, udah kamu aja” pinta Ajun lagi.
Dengan terpaksa, Shera menghubungi Ramadi yang sedang melamun didalam kamarnya.
“iya ada apa?” tanya Ramadi pelan.
“gini bos, sepertinya Kiran sama Riana mau ikut turnament karate, jadi apa yang harus kita lakukan?”
“yang aku mau sekarang adalah Naya, bukan Kiran atau Riana, apa kalian paham?”
“tapi bos, ini juga menyangkut nama baik perguruan kita”
“terserah kalian” Ramadi kemudian menutup telpon.
“gimana?” tanya Ajun, tapi Shera hanya menggeleng.
Diam-diam mereka meninggalkan tempat tersebut, sedangkan Kiran dan Riana sama-sama berlatih karate. Mereka tampak mendalami berbagai macam ilmu karate yang sudah dipelajari.
“aku harus ikut turnament itu, demi nama baik perguruan Panca Buana” ucap Kiran setelah latihan.
“apa udah yakin seratus persen?” tanya Riana.
“iya” jawab Kiran sambil mengangguk.
        Ibas pulang ke kosan dengan hati yang lesu. Ia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur sambil memegangi wajahnya yang kena pukul oleh Sony tadi.
“tok tok tok...” terdengar ada suara orang mengetuk pintu kamarnya. “siapa sih?” gerutunya bangun untuk membuka pintu. 
“kamu tinggal disini rupanya” ucap Juki.
“lo siapa?” Ibas bertanya.
“kamu nggak perlu tau siapa saya, yang jelas nama kamu Ibas kan!”
“kalau nggak perlu tau, ya udah sekarang silahkan pergi”
“ya saya memang mau pergi kok” Juki tersenyum. “jangan marah-marah terus, nanti cepet tua” candanya.
“kenal juga nggak mau ngajak becanda” Ibas mencoba mengingat siapa kira-kira orang tersebut.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang