part 35

37 1 0
                                    

Sementara Awan dan Stevi menemui pak Anton dikantor.
“ada yang bisa saya bantu?” tanya pak Anton.
“mmm begini pak, saya perwakilan dari anak-anak, ingin mengajukan pelatih karate di sekolah kita” jawab Awan gugup.
“pelatih karate...?” pak Anton bingung.
“iya pak, biar kita bisa belajar ilmu beladiri” tambah Stevi.
“nggak nggak bisa, yang ada nanti kalian memanfaatkannya untuk bikin onar” tolak pak Anton mentah-mentah.
“nggak pak” ucap Sony dan Milan muncul didepan pintu.
“kita semua janji nggak akan menyalahgunakannya” sahut Milan dengan sungguh-sungguh.
“kita akan menggunakannya untuk hal kebaikan, untuk melindungi diri untuk membantu orang, bukan untuk kejahatan” tambah Stevi.
“oke, nanti akan Bapak pikirkan lagi” ucap pak Anton setelah berpikir sesaat.

Bram menghentikan mobil didepan gedung pengadilan. Pak Gio seorang pengacara terkenal tiba-tiba masuk kedalam mobilnya seraya membawa tas. Pak Gio meminta Bram untuk menceritakan sedikit permasalahan yang akan di sidangkan.
“sebenarnya bukan saya yang menggugat, tapi istri saya” jelas Bram.
“lho kenapa?” tanya pak Gio.
“karena dia berpikir dia sudah berhasil menguasai seluruh harta saya, termasuk perusahaan dan rumah, makanya dia ingin bercerai dari saya” jawabnya.
“itu tidak bisa di biarkan pak” pak Gio mengeluarkan berkas-berkas dari dalam tas.
“iya betul, tapi pak Gio nggak usah kawatir, karena saya sudah memberikan tandatangan palsu”
“cerdik juga” pak Gio tersenyum.
“untuk menghadapi perempuan yang bermuka dua memang harus begitu pak”
“oke, kalau gitu saya akan urus semuanya”
“oke pak Gio terimakasih”
“sama-sama”
Mereka bergegas menuju ruang sidang yang akan digelar. Nampak Farah sudah memasuki ruang sidang terlebih dahulu, yang kemudian disusul oleh Bram. Pak hakim membaca berkas-berkas yang di berikan oleh pengacaranya masing-masing. Sementara di rumah, Ibas baru mengetahui dari bibik kalau ternyata papanya akan melakukan sidang cerai di pengadilan. Ibas buru-buru pergi ke pengadilan menggunakan motornya.
“mudah-mudahan gue nggak telat” gumamnya dalam hati. Sementara di persidangan, pak hakim mengetuk palu tanda permintaan penggugat di kabulkan. Saat Ibas berlari memasuki ruang sidang, ia melihat Bram dan Farah menyalami pak hakim.
“papa...” Ibas mendekatinya.
“kok kamu bisa ada disini?” tanya Bram.
“tadi bibik yang ngasih tau Ibas.
Farah meninggalkan mereka bersama pengacaranya dengan perasaan yang bahagia.
“apa ini keputusan papa?” tanya Ibas.
“ya, sekarang papa udah lega”
“abis ini papa mau kemana?” tanya Ibas lagi.
“papa harus pergi sama pak Gio yang sudah membantu papa, kamu pulang aja duluan ya” perintah Bram.
Pak Gio menghampiri mereka. Bram mengajak pak Gio pergi karena ada hal yang ingin di bicarakan.

Setelah makan malam dikediamannya, Awan menarik tangan Kiran. Erwan dan Fiona bengong melihat mereka.
“mau ngapain sih kamu bawa aku ke kamar?” Kiran merasa heran saat Awan membawanya kekamarnya. “wah jangan jangan otak kamu mau mesum ya” tuduhnya sembarangan.
“ih enak aja, ya nggak lah” Awan mengelak sambil melepaskan tangannya.
“terus kamu maksa aku kesini mau ngapain?” Kiran mengulangi pertanyaan.
“kamu mau kan jadi pelatih karate di sekolah?”
“jadi pelatih di sekolah...?” Kiran bingung.
“papa setuju kalau kamu ngajarin anak-anak di sekolah” celetuk Erwan masuk.
“tuh, papa aja setuju” seru Awan. “gimana?”
“kalau om setuju, ya udah aku mau” jawab Kiran agak malas.
“tapi kok nggak semangat gitu sih?” ucap Awan.
“iya iya semangat...” seru Kiran.
“oia, Saka kan mau ngadain konser musik” pikir Awan dalam hati. “Awan mau pergi dulu pa” ia bergegas memakai jaket dan mencium tangan Erwan.

Beberapa anak-anak pengidap kanker sudah berkumpul di depan rumah Susan. Susan mempersilahkannya masuk.
“tunggu sebentar ya” ucap Susan.
“iya bu...” jawab mereka, lalu Susan pergi ke dapur membantu bibik menyiapkan makanan diatas meja.
“udah semua kan bik?” tanya Susan.
“udah nya”
“ya udah aku panggil anak-anak dulu ya bik”
“iya”
Sementara anak-anak tersebut melihat-lihat keadaan rumah, namun ada juga yang memperhatikan foto-foto keluarga yang tertata rapi.
“hallo semuanya, sekarang kita makan sama-sama yuk” ajak Susan. Mereka sama-sama menuju ruang makan dan menyantap makanan tersebut.
“gimana masakannya enak nggak?” tanya Susan.
“enak banget bu” jawab anak perempuan berambut panjang.
“iya enak” tambah si anak laki-laki.
“ya udah kalian abisin ya” ucap Susan tersenyum.
Mereka begitu lahap menghabiskan makanan tersebut. Setelah selesai, Susan kemudian memanggil pak Rahman yang sedang bersiul-siul mengelap mobil.
“iya bu...” pak Rahman menghampirinya.
“pak Rahman anterin anak-anak pulang ya” perintahnya.
“siap bu”
Anak-anak tersebut mengucapkan terimakasih kepada Susan yang sudah mengundangnya makan. Susan pun memeluk dan merangkul mereka. Lalu mereka bergantian mencium tangan Susan.
“Assalamuallaikum...” ucap mereka serempak.
“walaikumsallam, kalian hati-hati” Susan tersenyum sambil melambaikan tangan.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang