SELAMAT MEMBACA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN💙°°°
Dari pagi masuk sekolah dan sampai kembali pulang Renata tidak sama sekali membuka mulut untuk berbicara. Renata melewati sarapannya, juga melewati jam istirahat di sekolahnya.
Pikirannya kalut, hatinya sedih, mata indahnya selalu berair. Tidak ada yang berani menyapa, bahkan kedua sahabatnya diam saja. Tetap berada di samping Renata, meskipun Renata tidak menghiraukannya. Sebagai sahabat yang paling mengerti, hanya cukup berada di samping sahabatnya. Menjaga, selalu ada jika sahabatnya butuh.
Renata menenggelamkan wajahnya di bantal. Isak tangisnya tidak pernah berhenti, apa lagi Renata memutar musik yang membuat hatinya begitu merindukan sosok lelaki yang benar-benar telah melukai hatinya.
Aku merindukanmu..
Masih merindukanmu..
Meski kini telah jauh hatiku tetap untukmu..Aku rindu perhatianmu..
Ketulusan dalam hatimu..
Meski jarak memisahkan..
Hatiku tetap untukmu..Potongan lirik Tetap Untukmu yang di nyanyikan Anneth ft Betrand peto sangat membuat Renata mengeraskan tangisnya.
Jika di dalam bait lagu terdapat rindu dengan seseorang yang jaraknya jauh, Renata juga merasakan itu jaraknya sudah tak sedekat dulu dengan Alfa. Lebih jauh, seakan ada garis yang telah di buat agar menjadi penghalang antara hubungan mereka. Garis itu di buat oleh Sonya, wanita berparas cantik tetapi hatinya tidak. Bahkan dengan tega membiarkan sepasang kekasih berpisah untuk kebahagiannya sendiri.
Karena terlalu lelah menangis dan terasa berat di bagian mata, Renata akhirnya terlelap tidur. Melupakan sejenak hal yang sudah berakhir namun masih membekas di hati.
Belum sampai sepuluh menit deringan ponselnya begitu mengganggu. Dalam keadaan setengah sadar Renata mengangkat telpon tanpa melihat nama siapa yang tertera di layar.
Mata sembabnya membesar kala mendengar kabar yang membuat dadanya sesak juga jantungnya yang berdetak lebih cepat. Memastikan apa yang baru saja ia dengar Renata melihat nama si penelpon Mama Fania—Mama Alfa.
Setelah sambungan terputus Renata berlari ke kamar mandi mencuci muka juga menggosok gigi. Berlari lagi mengambil pakaian, sepatu juga tas kecilnya. Tidak lupa juga Renata menggunakan kacamata beningnya, niatnya ingin menghalangi mata sembabnya agar tidak terlihat. Entah berpengaruh atau tidak kacamata ini terlihat transparan.
Gerak sendinya bagai kilat ingin cepat sampai di rumah Alfa. Setelah mendapat telpon dari Mama Fania yang mengatakan Alfa demam dan di temukan tertidur di lantai balkon tanpa alas. Juga Alfa yang selalu menyebut namanya dalam mata terpejam.
Renata membawa mobil dengan gila-gilaan, tanpa rem. Masih untung jalan senggang jika tidak bukan menjenguk orang sakit justru nanti Renata sendiri yang masuk rumah sakit.
"Tante, Alfa dimana?" Tanya Renata menghampiri Fania yang menunggunya di luar pintu.
"Di kamar, Ren. Bujukin dia ya supaya mau makan? Tadi dia mau makan kalau ada kamu katanya." Pinta Fania dengan nada memohon, hampir saja menangis.
Renata memeluk Fania erat, setetes air mata jatuh membuat kacamatanya berembun. Dalam keadaan masih memeluk Fania Renata segera menghapus air matanya. Tetap menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENALFA [Selesai]
Teen Fiction*** "Tapi kenapa? Alasannya apa?" tanya Renata menggenggam tangan Alfa. "Gak ada alasannya, intinya lupain gue." tegas Alfa lalu melepaskan genggaman tangan Renata yang cukup erat. Melepaskan genggaman dari seseorang yang selama ini membuatnya nyama...