SELAMAT MEMBACA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN💙°°°
"Mau minum apa?" Tanya Renata pada Alfa yang baru saja datang ke rumahnya.
"Terserah."
Renata menghembuskan nafasnya kasar. "Terserah katanya, gue kasih air racun mati lo." Gumam Renata sambil berjalan.
Alfa tersenyum geli mendengar gumaman Renata. Tidak lama Renata datang membawa air berwarna merah, mungkin sirup. Dan beberapa toples cemilan.
"Minum." Kata Renata duduk di samping Alfa.
"Bukan air racun, kan?" Tanya Alfa tersenyum miring.
"Niatnya gitu." Balas Renata sinis.
"Udah dulu becandanya, aku mau serius. Kenapa tadi sampai di hukum?" Tanya Alfa.
"Kamu pasti tau jawabannya." Jawab Renata dengan dengusan. Oh jangan lupakan tentang Renata yang kesal dengan mood Alfa yang benar-benar menyebalkan akhir-akhir ini.
Sadar sih Alfa juga akan kesalahannya, moodnya akhir-akhir ini memang tidak stabil. Wajar jika Renata marah, dan berkata ketus padanya.
"Ketus banget ngomong sama aku?" Tanya Alfa mengelus rambut Renata.
Renata diam saja membuat Alfa gemas sendiri. Alfa menaikan dagu Renata agar Renata bisa menatapnya. Menaikan alisnya pertanda Renata harus menjawab pertanyaannya tadi.
"Perasaan kamu aja kali aku ketus." Setelah Renata mengatakan itu, Renata melepaskan tangan Alfa dari dagunya dan lalu Renata mengalihkan pandangan ke arah lain.
SEBENERNYA KANGEN, TAPI MASIH KESEL. GIMANA DONG? Batin Renata.
"Oh oke kalau nanti aku pergi kamu gak usah nyariin aku. Mending aku pergi kali, ada dekat kamu juga aku di judesin gitu." Kata Alfa pura-pura merajuk.
Renata yang sedang PMS sangat sensitif mendengar yang di ucapkan Alfa. "Maksudnya apa, sih?" Tanya Renata menendang kaki Alfa dengan mata yang berkaca-kaca.
Alfa kaget dengan reaksi Renata yang terlihat ingin menangis, padahal niatnya hanya pura-pura saja. Tapi di luar ekspektasinya Renata jadi seperti ini.
"Hei, kok mau nangis? Aku bercanda doang, sumpah." Kata Alfa menarik Renata ke dalam pelukannya.
Renata menarik-narik kaos yang Alfa pakai. "Gak lucu!"
"Maaf." Alfa jadi merasa bersalah, kenapa Renata jadi sesensitif ini?
"PMS dia." Ujar Rama yang baru saja turun dari lantai dua.
Renata mendongak menatap Alfa, menatap Alfa tajam. "Kamu kenapa kemarin-kemarin cuekin aku?!"
Alfa menggaruk tengkuknya, bingung mau jawab apa. Gya mungkin jujur juga, kan? Kenapa di saat seperti ini otak cerdas Alfa jadi tidak berfungsi.
"Pulang sana!" Ketus Renata.
"Hah?" Alfa cengo.
"Pulang! Ngapain sih di sini? Gak ada yang penting juga. Gih aku mau ke kamar." Kata Renata menatap Alfa dengan sengit. Lalu berlari ke kamar.
Alfa masih terdiam di posisinya, Renata mengusirnya? Demi apapun Alfa jadi seperti orang bodoh yang tidak bisa berbuat apa-apa. Niat ingin berbaikan tapi justru seperti ini. Niat ingin menghabiskan waktu yang tinggal seminggu lagi jadi seperti ini. Sungguh rasanya Alfa jadi bingung sendiri.
"Gak jelas dia kalo Pms, lo balik gih. Nanti juga Renata kabarin lo kalau moodnya balik lagi." Kata Rama yang tiba-tiba nongol lagi.
°°°
Renata mengigiti bantalnya gemas sendiri. Tadi ada Alfa Renata justru mengusirnya. Sekarang giliran Alfa pulang dia merindukannya. Gengsi memang mengalahkan segalanya.
"Ngapain lo celingak-celinguk?" Tanya Rama yang duduk persis di tempat Alfa duduk tadi.
"Alfa." Jawab Renata.
"Lo ngusir dia, gak inget lo?"
Renata menghela nafas, ada rasa menyesal telah mengusir Alfa. Tapi mau gimana lagi, moodnya di kala pms itu berubah-ubah.
"Ada di anggurin, gak ada di cariin. Gengsi tuh lo gedein."
Mendengar celetukan Rama Renata menutup pintu kamar dengan kencang. Moodnya naik turun seperti rollercoaster.
"Telpon nggak? telpon nggak?" Gumam Renata menimang-nimang ponselnya.
Renata beberapa kali mengambil nafas lalu membuangnya. Sekarang rasa rindunya lebih besar di bandingkan gengsinya.
"Nomor yang anda tuju sedang berada dalam panggil lain. Mohon-"
Renata berdecak saat suara operator yang menjawab panggilan Renata. Lagi-lagi moodnya berubah. Yang tadinya ingin bermanja-manja dengan Alfa meski di telpon. Sekarang jadi ingin memberikan sumpah serapah pada Alfa. Menyebalkan, di saat Renata menelpon dan Alfa sedang pada panggilan lain. Renata mulai su'udzan mode on. Pikirannya melayang takut-takut Alfa sedang berteleponan dengan cewek lain.
Renata meringis memegangi perutnya, nyeri sekali sampai Renata meneteskan air mata. Renata berguling sana guling sini tapi rasa sakit itu tak kunjung reda. Dan di tambah lagi nomor Alfa yang baru saja dia telpon masih berada pada panggilan lain. Itu membuat tangis Renata makin pecah.
"ARGGGHHHH SAKITTT BUNDAAAAA!" Teriak Renata gila-gilaan.
Rama yang berada di depan pintu langsung menutup pintu dan berlari menenteng keresek ke kamar Renata.
"ASTAGFIRULLAH LO NGAPA SIH TERIAKAN, BIKIN GUE KAG—RENATA ADA DARAHH!" Rama berteriak syok saat memasuki kamar Renata.
Mendengar ada darah, Renata menoleh pada seprai putihnya yang baru di ganti tadi pagi oleh Bunda. Benar bercak darah menstruasinya, tidak bukan bercak lagi melainkan banjir, seperti orang mengompol.
"Pantas aja sakit banget." Lirih Renata sembari mengigit bibir bawahnya berusaha meredam nyeri di perutnya.
Rama berjalan ke arah Renata, tanpa rasa jijik Rama menjambret seprai penuh noda darah itu hingga terlepas.
"Ram, jangan itu jijik." Gumam Renata yang melihat Rama.
"Bacot lo. Buruan bersihin badan lo, nih kresek bawa. Dalamnya pembalut sama jamu nyeri haid."
"Hah? Dari siapa? Lo gak mungkin keluar udah mau sore gini, kan?" Tanya Renata menatap Rama dengan tatapan bingung.
"Ada notesnya si dalam kresek." Jawab Rama, berlalu pergi membawa seprai ke tempat cucian baju di lantai bawah.
°°°
Renata masih menutupi wajahnya dengan bantal, malu dan senang. Tanpa pernah berfikir sedikitpun jika Alfa mempunyai inisiatif membelikannya pembalut dan jamu pereda nyeri.
Renata menatap notes dari Alfa, membacanya terus menerus sembari tersenyum lebar tidak perduli pada tulang pipinya yang akan sakit.
' jangan nangis, semoga cepat sembuh nyerinya. Maaf aku gak tau jamunya yang mana. Jadi asal comot aja, hehe.
Tertanda Alfa, aku sayang kamu.'
Jika di tanya apa yang di rasakan Renata jelas dia akan langsung menjawab dengan satu kata yaitu BAHAGIA.
Dengan cepat Renata mengambil ponsel dan mengetikan sesuatu yang membuat dirinya tersenyum geli.
Me :
Makasih sayangque💙°°°
KOMEN KALAU KALIAN LIHAT TYPO.
FOLLOW INSTAGRAM AKU : @radiinar15
KAMU SEDANG MEMBACA
RENALFA [Selesai]
Dla nastolatków*** "Tapi kenapa? Alasannya apa?" tanya Renata menggenggam tangan Alfa. "Gak ada alasannya, intinya lupain gue." tegas Alfa lalu melepaskan genggaman tangan Renata yang cukup erat. Melepaskan genggaman dari seseorang yang selama ini membuatnya nyama...