SELAMAT MEMBACA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN💙°°°
Kata Alhamdulillah kompak keluar dari mulut para murid SMA Purnama. Di karenakan seminggu lagi UN guru mengadakan rapat dan menghentikan kegiatan belajar mengajar khusus hari ini. Renata tidak sesenang murid lain. Hatinya menggerutu merasa malas.
Buat apa anjir gue datang, kotor-kotorin baju aja! Omel Renata dalam hati.
"Gue duluan ya." Pamit Renata. Kedua sahabatnya mengangguk mengerti. Mood Renata tidak baik dari kemarin. Mereka tidak akan memaksa jika Renata belum siap bercerita.
Melfia pulang dengan Rama, begitupun Refi dengan Kevin.
Saat di lampu merah ponsel Renata bergetar ada sebuah pesan masuk. Renata membukanya dan menaikan alis, bingung.
Mama Fania :
Ren, kamu bisa ke butik Tante? Tante tunggu sekarang yah.Dalam hati Renata terus bertanya mengapa Mamanya Alfa ingin bertemu dengannya. Apakah akan membahas tentang hubungan Renata dengan anaknya. Jika memang ini waktu yang tetap Renata akan menjelaskannya tanpa persetujuan Alfa.
Tidak lama, Renata sampai di butik Fania. Mendorong pintu dan tersenyum kala mendengar sebuah sapaan.
"Non Renata?" Tanya seorang pegawai berseragam khas butik ini.
"Mari saya antar ke ruangan Bu Fania." Kata si pegawai mempersilahkan Renata mengikutinya. Renata mengikuti dari belakang. Memasuki lift naik ke lantai tiga. Setelah lift berhenti terlihat sebuah ruangan yang di tutupi pintu putih.
"Non bisa langsung masuk, itu ruangannya."
Renata mengucapkan terima kasih kepada pegawai butik ini. Renata mengetuk pintu setelah ada sahutan dari dalam baru Renata masuk.
"Assalamualaikum, Tan." Salam Renata.
"Waalaikumsalam, Sayang. Sini duduk."
"Kamu gak mau peluk, Tante?
Mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Ibu mantan kekasihnya membuat hati Renata serasa di remas. Renata berhambur ke pelukan Fania. Menumpahkan rasa sakit hati yang di perbuat anak dari Fania. Anak lelaki yang selama ini Renata percaya tetapi justru menyakiti hatinya.
"Tumpahin semua air mata kamu. Tumpahin semua yang kamu rasakan di pelukan Tante."
Renata sesegukan di pelukan Fania. "Maaf Tante."
"Justru Tante yang minta maaf, belum bisa mendidik Alfa dengan baik. Sehingga dia menyakitimu."
Renata melepaskan pelukan, menyeka sisa air mata. Duduk berhadapan dengan Fania. Tekadnya bulat ingin menceritakan semuanya.
"Boleh Tante dengar apa masalahnya?"
Renata mengangguk. "Alfa putusin aku sekitar dua atau tiga minggu lalu. Dia putusin hubungan sepihak di kantin sekolah. Di depan anak-anak, dan bilang kalau di emang sebenarnya gak ada perasaan apapun sama aku. Dia hanya cinta sama Sonya—" belum sempat Renata menceritakan lebih detail. Fania menyela—
"Sonya yang datang kemarin? Yang dandanannya seperti tante-tante?"
Renata memberikan senyum sekilas menanggapi komentar Fania tentang Sonya, memang begitu bukan aslinya Sonya?
Flashback on~
"Dengerin aku, alasannya Sonya ngancam aku, ngancam keluarga aku. Dia akan lakuin apapun untuk menjatuhkan perusahaan Papa aku, di saat itu memang perusahaan Papa aku sedang dalam keadaan kritis."
Renata menghapus air matanya, menatap Alfa yang sepertinya memang berbicara jujur.
"Lo simpan ini sendirian? Lo ga cerita sama siapa-siapa? Gak mau repotin orang sampai ngambil keputusan sendiri buat mutusin segalanya? Iya? Jawab gue Alfa!" Renata mendesak Alfa dengan runtutan pertanyaan. Tak bisa di tahan lagi derai tangis Renata, merasa kecewa dengan sikap Alfa.
"Aku pendam sendirian."
"Dengan cara mutusin hubungan itu jalan yang terbaik menurut lo? Iya? Dengan itu semua masalah selesai?! Nggak Alfa! Sama sekali gak selesai. Hati gue! Hati gue hancur di saat sebentar lagi gue mau tanding lo bikin gue down! Lo ingkari janji-janji lo, lo bikin segala harapan gue ke depannya tentang hubungan kita runtuh gitu aja! Lo egois!"
"Gue egois gimana Renata? Gue mentingin prioritas gue! Keluarga gue nomor satu bagi gue! Gak ada yang lebih penting dari keluarga!" Alfa menatap Renata dengan muka yang memerah, menandakan ia juga turut emosi. Di lihat dari cara bicaranya Alfa telah mengganti lo-gue bukan aku-kamu lagi.
Apa? Apa katanya? Gak ada yang lebih penting dari keluarga? What the hell?! Renata benar-benar merasa tidak di anggap. Sesal menyelimuti hati Renata, menyesal telah menaruh hati lebih dalam pada sosok lelaki di depannya ini.
"Dan bodohnya lo gak coba cari tau tentang ancaman ini benar akan di lakuin atau nggak! Boleh lo prioritasin keluarga, tapi lo lihat gue? Gue posisinya pacar lo, Alfa. Kalau emang tau alasannya gini lo bisa bicara baik-baik dan mungkin hati gue gak akan sesakit dan sehancur ini!"
Flashback off~
"Ya Allah, Tante gak nyangka sayang kalau Alfa nyakitin kamu demi keluarga. Kalau seandainya Alfa cerita dari awal tentang ancaman yang masuk ke dalam hubungan kalian mungkin Tante atau Om bisa bantu." Fania turut prihatin antara bangga mempunyai anak yang mementingkan keluarga namun juga prihatin karena sang anak mempertaruhkan hubungan percintaannya.
"Kemarin-kemarin memang Om lagi pusing karena di perusahaannya ada yang korupsi dan membawa kabur uang perusahaan. Tetapi bukan karena perusahaan kritis. Om hanya pikiran, memang sedang memikirkan bagaimana cara menemukan Tio Rafino. Karena dia yang membawa kabur uang perusahaan."
Renata sedikit mengeryit kala mendengar nama Tio Rafino, bukankah itu Ayah—Sonya?
"Tante?" panggil Renata. "Tio Rafino yang rumahnya di perumahan elite? Punya anak perempuan semata wayang? Dan istrinya yang mempunyai bisnis berlian?" Tanya Renata memastikan.
Fania mengangguk, sedikit tersenyum meremehkan saat Renata bilang istri dari Tio Rafino mempunyai bisnis berlian.
"Iya benar, berlian palsu."
Renata membulatkan matanya. "Tante.. aku gak tau harus seneng atau nggak. Tio Rafino itu Papanya Sonya. Dan berarti—"
"Sonya anak Tio Rafino?" Potong Fania, Renata mengangguk cepat.
"Jadi?— Tante aku butuh bantuan Tante." Pinta Renata.
°°°
KOMEN KALAU KALIAN LIHAT TYPO.
FOLLOW INSTAGRAM AKU : @radiinar15
KAMU SEDANG MEMBACA
RENALFA [Selesai]
Novela Juvenil*** "Tapi kenapa? Alasannya apa?" tanya Renata menggenggam tangan Alfa. "Gak ada alasannya, intinya lupain gue." tegas Alfa lalu melepaskan genggaman tangan Renata yang cukup erat. Melepaskan genggaman dari seseorang yang selama ini membuatnya nyama...