SELAMAT MEMBACA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN💙°°°
Ambyar pokoknya pagi ini ambyar. Renata tidak sebodoh itu mematikan akses untuk selalu memantau Alfa lewat media sosial. Meski Renata telah meng-unfollow dan blok segala media sosial Alfa. Tetapi Renata mempunyai akun baru dengan nama lain agar tetap bisa mengetahui segala kegiatan Alfa dan tidak ada yang mengetahui bahwa itu adalah dirinya.
"Asem banget muka lo." Ujar Richard di dalam mobil. Hari ini Renata berangkat dengan Richard sekalian Abangnya ini kuliah pagi.
"Diam ah lo! Gue malas banget ribut." Ketus Renata.
Richard memutar bola matanya. "Yaudah si sensi benget lo." Tak ada sahutan dari Renata, justru yang terdengar adalah isak tangis.
"Lah bocah ngapa ya. Heh! Lo ngapa nangis begitu?"
"Abanggggggggg." Rengek Renata, memeluk Richard dari samping. Niatnya ingin menjahili, Richard jadi tidak tega.
"Coba cerita." Pinta Richard.
"Gue masih gak nyangka aja kalau gue udah gak ada hubungan lagi sama Alfa. Berarti dulu mimpi gue beneran dong, dulu gue mimpi Alfa ninggalin gue dan sekarang betulan kejadian. Padahal gue gak tau alasannya apa."
Tepat sampai di gerbang sekolah, Richard menaikan dagu Adiknya itu. "Lo lihat mata gue, gue percaya Alfa gak bakalan ninggalin lo gitu aja tanpa alasan yang jelas. Lo harus cari tau alasannya."
"Gue gak tau mau mulai dari mana cari tau ini semua, Bang."
"Nanti gue bantu, sekarang sekolah dulu gih."
Renata mengangguk, keluar dari dalam mobil setelah mencium pipi Richard dengan sayang.
°°°
"Lo gapapa?" Tanya Refi saat mereka sampai di kelas.
"Emangnya gue kenapa coba?"
"Gak usah bohong deh lo. Gue tau lo juga lihat Alfa yang datang ke sekolah sama Sonya, di tambah Sonya yang meluk Alfa."
"Gue gapapa." Renata memaksakan senyumanya.
Bohong jika tidak apa-apa, nyatanya hati Renata meringis melihatnya. Meski di luar Renata terlihat baik-baik saja. Namun pada dasarnya memang wanita terlalu banyak cara untuk menutupi segalanya. Termasuk luka di hatinya.
"Jangan biarin luka itu terus melebar, Ren. Wajar kok cemburu, namanya baru jadi mantan."
"Gue gak cemburu, gue izin ke toilet dulu deh." Renata mengalihkan perhatian dengan berpamitan ke toilet.
Renata membasuh jejak air mata yang membekas di pipinya dengan air. Tidak ingin terlihat lemah di depan semua orang. Renata terus menunjukkan bahwa ia akan terus baik-baik saja.
"Kenapa nangis?" Renata terkesiap dengan pertanyaan dari suara berat yang terdengar ketika ia baru saja keluar dari toilet.
"Bukan urusan lo." Renata berjalan mengabaikan Alfa.
"Renata kamu habis nangis?" Tanya Alfa melembut, meraih tangan Renata. Namun dengan kasar Renata menepisnya.
"Lepasin! Mau gue nangis atau apapun itu bukan urusan lo! Berhenti bertanya soal keadaan gue! Nyatanya gue kayak gini karena lo!" Muka Renata memerah.
Atas tujuan apa Alfa masih selalu menanyakan keadaannya? Hati ini bukan mainan ataupun benda mati lainnya. Hati ini hidup bisa merasakan apa itu yang di namakan senang, sedih, marah, kecewa dan rasa lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENALFA [Selesai]
Ficção Adolescente*** "Tapi kenapa? Alasannya apa?" tanya Renata menggenggam tangan Alfa. "Gak ada alasannya, intinya lupain gue." tegas Alfa lalu melepaskan genggaman tangan Renata yang cukup erat. Melepaskan genggaman dari seseorang yang selama ini membuatnya nyama...