Xiao Ling tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Membunuh manusia dalam jumlah sebanyak itu? Batinnya. "Kita tidak bisa membunuh mereka tanpa alasan," ujarnya, seolah ingin memberi alasan pada Jin Hai untuk tidak membunuh prajurit-prajurit itu.
Kedua alis Jin Hai bertatut. "Kau pasti bercanda," balasnya dingin. "Mereka sudah lancang memasuki wilayah kita, karena alasan itu mereka pantas mati," semburnya membuat Xiao Ling menekuk wajah, terlihat tidak setuju. Ada nada tidak suka dan benci yang terselip dalam suaranya saat Jin Hai bicara, sedetik kemudian ia pun mengangkat kedua tangan ke udara.
Langit mendung terlihat semakin gelap saat Jin Hai memusatkan pikirannya lalu membentuk sebuah energi berwarna hitam pekat di kedua tangan. Petir menyambar di kejauhan dan hujan pun turun dengan sangat derasnya.
"Apa yang kaulakukan?" tanya Xiao Ling sembari menyipitkan mata. Gadis kecil menarik pakaian Jin Hai, berusaha mengalihkan perhatian pria asing itu tapi Jin Hai bergeming. Kebenciannya sudah menguasai hatinya dan ia terus memusatkan pikirannya lalu mengibaskan tangannya di udara.
Jin Hai menoleh, mengendikkan bahunya acuh, menyeringai puas dan menjawab tenang, "Memberi pelajaran pada penyusup."
Tidak lama berselang terdengar suara gemuruh dari atas bukit yang disertai sebuah ledakan besar. Para prajurit dari Kerajaan Feng dibuat terkejut karena tiba-tiba saja bebatuan dalam ukuran besar meluncur dengan sangat cepat dari atas bukit.
Mereka berteriak keras, memberi peringatan pada rekannya yang lain untuk menyelamatkan diri dari longsor yang membawa bebatuan dalam ukuran besar ke arah mereka. Namun, usaha mereka sia-sia. Bebatuan itu meluncur dengan cepat, menyeret dan menghempaskan apa yang dilewatinya. Pagi ini banyak sekali prajurit yang mati dengan sia-sia, sementara sisanya memilih untuk mundur dan melarikan diri dengan kekuatan yang tersisa.
"Kau benar-benar membunuh mereka semua!" pekik Xiao Ling nyaris menjerit. "Bagaimana bisa kau membunuh manusia dengan mudahnya?" tanyanya lagi saat Jin Hai tidak kunjung menjawab. Dia tahu jika bibinya pernah melakukan hal yang sama, tapi itu dilakukannya untuk membela diri. Ingatan menyeramkan itu sejenak mengganggunya.
Jin Hai menghela napas kasar. Dengan cepat ia mengusap wajahnya yang basah oleh air hujan. "Aku harus melakukannya untuk melindungi ratuku," jawabnya memberi alasan.
Xiao Ling mengernyit dalam, terlihat jelas jika ia masih belum puas mendengar jawaban Jin Hai. "Apa kau tidak memiliki cara lain selain itu?" tanyanya sembari menunjuk kea rah mayat dan bebatuan di tepi lembah. "Mereka mungkin memiliki keluarga."
"Mereka sudah siap mati," balas Jin Hai telak. "Dengan datang ke tempat ini, itu berarti mereka sudah siap untuk mati."
"Tapi Bibi Xiu Lan mengatakan jika manusia tidak bisa mendekat ke wilayah istana iblis. Kita tidka memiliki alasan untuk melenyapkan mereka semua."
Jin Hai mengerjapkan mata. Ia kembali mengusap wajahnya yang basah oleh air hujan. "Bibi?" beonya terdengar tidak percaya. Secara terang-terangan ia mengamati penampilan gadis kecil di hadapannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kau putri dari Raja Iblis Yong Rui?" tanyanya serak.
"Benar, apa peduli—"
"Maafkan atas kelancangan hamba, Tuan Putri!"
Tiba-tiba saja Jin Hai memotong dan jatuh berlutut. Kepalanya menunduk dalam. "Hamba bersalah karena tidak bisa mengenali anda," sambungnya sementara Xiao Ling menatapnya dengan mulut terbuka lebar.
"Kau ini apa-apaan?" tanya Xiao Ling salah tingkah. "Kau tidak perlu bersikap seperti ini denganku," lanjutnya masih dengan nada yang sama.
Jin Hai mengangkat wajahnya. "Apa Anda bersedia memaafkan hamba?" tanyanya penuh permohonan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMAT - Melody of Your Heart
FantasyEbook tersedia di google play/book. Versi Wattpad tidak lengkap. Darah raja iblis yang mengalir di dalam tubuh Xiao Ling membuat gadis remaja itu menjadi incaran para penguasa kerajaan di bumi, karena jantung keturunan raja iblis yang dikenal sebaga...