Berita mengenai kepulangan Pangeran Wu Xi menjadi berita menggembirakan bagi sebagian besar murid pria di Perguruan Wen Yan. Sebagian besar murid wanita terlihat bersedih mendengar berita ini, sementara sisanya terlihat tidak peduli. Contohnya Xiao Ling, Su Yin dan Ting ting. Ketiganya memasang ekspresi datar saat melihat Ling Hwa dan kelompoknya menangis tersedu-sedu di ruang makan, pagi ini.
"Ada apa dengan mereka?" Ting ting bertanya sembari mengupil, lalu melempar kotoran hidungnya pada Ling Hwa. Gadis remaja itu terpekik senang saat melihat kotorannya menempel di rambut wanita itu sementara Su Yin yang melihatnya terlihat mual dan kehilangan nafsu makan.
Su Yin mendorong mangkuk nasinya. "Jorok!"
Ting ting menatap Su Yin dengan senyum penuh arti sembari menaik-turunkan alisnya. "Akui saja, kau senang aku melakukannya."
"Benar," aku Su Yin tapi bisakah kau melakukannya di tempat lain? Ini ruang makan," protesnya galak. Di sampingnya Xiao Ling hanya tersenyum lebar dan mengacungkan dua jempol pada Ting ting yang tersenyum bangga. "Jadi, kenapa mereka harus menangis?" tanya Su Yin lagi, kembali pada topik pembicaraan semula. "Apa mereka harus menangis histeris seperti itu?"
Xiao Ling menyesap air tehnya tenang dan menjawab, "Mungkin mereka benar-benar sedih karena kepulangan Pangeran Wu Xi yang tiba-tiba."
"Tapi apa harus sedramatis itu?" tanya Ting ting tidak mengerti.
Xiao Ling mengendikkan bahu tak acuh. "Mungkin."
"Hai, Cantik!"
Xiao Ling menghela napas berat dan menoleh ke arah sumber suara. Kenapa pria itu selalu datang disaat ia membicarakannya? Apa mungkin Wu Xin memiliki indra pendengaran yang tajam layaknya seekor kelelawar?
"Kukira kau sudah pulang ke kerajaanmu," balas Xiao Ling tidak ramah. Wanita itu mengernyit saat Wu Xi tertawa renyah lalu mencubit pipinya gemas. Benar-benar kurang ajar. Jika saja diperbolehkan, Xiao Ling pasti sudah memotong tangan pria kurang ajar ini dengan pedang tajamnya.
"Aku pasti akan sangat merindukan kalimat-kalimat pedas dari mulut cantiku itu," tukas Wu Xi jujur. Pria itu kembali tertawa lepas saat Xiao Ling memutar kedua bola matanya, kesal.
"Nona Mei Ling, kusarankan Anda segera membawa pangeran Anda untuk pulang ke kerajaannya!" seru Xiao Ling serius. Wanita itu menutup kuping dengan kedua telapak tangannya saat beberapa murid wanita menangis semakin histeris di dalam ruangan makan berukuran besar itu. Sekilas Xiao Ling melemparkan tatapan tajam pada Ling Hwa yang menatapnya penuh kebencian dan kembali bicara, "Kurasa udara di Pegunungan Wen Yan tidak bagus untuk kepribadian pangeran Anda."
"Kau menyakiti perasaanku!" keluh Wu Xi dengan ekspresi kesakitan berlebihan. Ia membelai pipi Xiao Ling lembut hingga membuat pekikan protes dan tidak rela di dalam ruangan itu. Ia tersenyum lembut sama sekali tidak marah saat Xiao Ling menepis kasar tangannya. "Tapi aku akan menunggumu," ujarnya membuat Xiao Ling bingung. "Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkanmu, Xiao Ling," sambungnya serius. "Aku hanya akan menyerah jika memang sudah tidak memiliki harapan lagi."
Dengan hati-hati Xiao Ling memilih kalimat yang akan diucapkannya. Sekilas ia melirik pada Mei Ling yang berdiri kaku di belakang Wu Xi. "Anda terlalu sibuk mencari bunga di luar istana hingga tidak sadar jika ada satu bunga cantik yang selalu menanti Anda dengan begitu setia dan penuh kesabaran."
***
"Jadi Jun Jie berani menantang Pangeran Wu Xi hanya karena seorang wanita?" Ding Xiang tertawa keras mendengar laporan dari Liu Bo Qin. "Katakan padaku, Panglima Liu, apa putraku jatuh cinta pada wanita itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMAT - Melody of Your Heart
FantasyEbook tersedia di google play/book. Versi Wattpad tidak lengkap. Darah raja iblis yang mengalir di dalam tubuh Xiao Ling membuat gadis remaja itu menjadi incaran para penguasa kerajaan di bumi, karena jantung keturunan raja iblis yang dikenal sebaga...