Bab 13. Menangis Seperti Hujan

2.1K 291 3
                                    


Kecanggungan menyelimuti diri Xiao Ling saat ia bertemu dengan Jun Jie di kelas Guru En Lai, pagi ini. Kedua pipinya bersemu merah setiap kali ia mengingat ciuman Jun Jie tadi malam. Dewa Langit, itu ciuman pertamanya. Xiao Ling seharusnya marah karena Jie merengut ciuman pertamanya. Namun alih-alih protes dan marah, ia malah menikmatinya dan membalas ciuman itu.

Xiao Ling berusaha untuk menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam. Ia merapalkan doa dalam hati untuk menguatkan dirinya sendiri. Sayangnya usahanya gagal saat ekor matanya menangkap Jun Jie tersenyum tipis ke arahnya, seolah mengejeknya.

Sial. Jun Jie memang sengaja menggodanya.

Tadi malam, setelah menciumnya, Jun Jie hanya menatapnya lekat. Ekspresi wajahnya sarat akan emosi sementara Xiao Ling membeku di tempat. Lidahnya yang tajam mendadak kelu. Napasnya tidak teratur. Gadis remaja itu terlihat bingung sekaligus linglung atas apa yang terjadi diantara mereka.

Jun Jie tidak mengatakan apa alasan pria itu menciumnya. Tidak ada pernyataan cinta. Tidak ada pernyataan maaf. Di tempatnya berdiri Jun Jie hanya menatapnya lekat. Pria pun terlihat sama bingungnya. Sekilas Xiao Ling melihat ekspresi khawatir dalam kedua bola mata Jun Jie yang sehitam arang. Pasti hanya ilusinya saja, pikir Xiao Ling saat itu, tidak ambil pusing.

Tindakannya ternyata benar. Diantara keduanya ternyata hanya Xiao ling yang merasa gugup saat pandangan keduanya bertemu. Xiao Ling mendesis tajam sementara tangannya memutar pedang kayu di tangannya lalu menusukkannya dengan tenaga penuh. Ia perlu melampiaskan rasa malu sekaligus kekesalannya pada sesuatu agar energinya terkuras dan emosinya mereda.

"Brengsek dia berani tersenyum seperti itu padaku?" gumam Xiao Ling tanpa sadar jka Wu Xi sudah berdiri di sampingnya dan mengikuti arah pandangannya. Xiao Ling menegakkan tubuh, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat Jun Jie menatapnya tajam lalu memalingkan muka. Ia mengernyit dalam. "Sekarang ada apa lagi dengannya?" tanyanya setengah berbisik.

"Dia hanya kesal karena aku berdiri di sampingmu," sahut Wu Xi tenang.

Xiao Ling mengangguk pelan, lalu memiringkan kepalanya ke saru sisi. Ia masih belum sadar akan hadirnya sosok Wu Xi di sampingnya. "Dia sangat aneh."

"Kau benar, dia aneh." Wu Xi menyetujui dengan ekspresi serius. Pria itu mengembangkan senyum terbaiknya saat Xiao Ling menoleh dan menatapnya aneh. "Siapa namamu?" tanyanya dengan nada lembut berlebihan hingga nyaris membuat Xiao Ling muntah di tempat karena mual. "Jadi siapa namamu?" tanya Wu Xi lagi basa-basi. Ia hanya mencari sebuah topik ringan untuk memulai pembicaraan dengan Xiao Ling.

"Apa tidak ada wanita lain yang bisa kau ganggu, Pangeran Wu Xi?" Xiao Ling balik bertanya, terlihat jengah. Ia memutar tubuhnya dengan gerakan efisien lalu kembali menusukkan pedangnya dengan gerakan indah tapi mematikan.

Wu Xi bertepuk tangan melihatnya. Pria itu kembali dibuat takjub. "Aku tidak akan melepasmu sebelum kau mengatakan siapa namamu," ujarnya membuat Xiao Ling berjengit lalu menatapnya geli.

Gadis remaja itu tertawa kering. Nada bicaranya terdengar mengejek saat menjawab, "Sepertinya Anda bukan tipe pria yang mudah menyerah." Wu Xi mengangguk, menyetujui. Xiao Ling memasang senyum tipis, "Namaku Xiao Ling dan sekarang pergi dari hadapanku!" katanya dengan gerakan mengusir.

Wu Xi mengerutkan wajah lalu tertawa lepas hingga terbungkuk. Dalam hidupnya ia tidak pernah ditolak sekaligus diusir dengan begitu menyedihkan oleh seorang wanita. "Asal kau tahu baru kali ini aku diperlakukan sesadis ini oleh wanita."

Xiao Ling menyipitkan mata, menatap Wu Xi dari ujung kaki hingga ujung rambut. "Sadis?" beonya tajam. "Aku tidak memotong kemaluanmu, kenapa kau menyebutku sadis?" tanyanya membuat Wu Xi terbelalak. Pria itu sama sekali tidak menyangka jika Xiao Ling bisa berbicara sekasar itu padanya. "Pergi atau kau akan tahu apa arti 'sadis" dalam pengertianku!" sambungnya membuat Wu Xi kembali tertawa lepas untuk kedua kalinya.

TAMAT - Melody of Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang