Dilarang menjiplak, menyalin, dan mempublikasikan tanpa izin penulis.
Selamat membaca!
.
.
.
Bab. 24 : Counting Down the Day
.
.
.
Bo Qin berlutut dengan satu kaki. Kepalanya menunduk dalam. Dia sudah siap menerima murka raja.
Raja member perintah untuk memata-matai kediaman Pangeran Kedua Jun Jie. Namun, tidak ada pergerakan aneh di dalam kediaman sang pangeran.
Bo Qin tahu jika hal ini terdengar sangat aneh: dua orang yang sangat dekat dan sudah lama tidak bertemu pasti akan saling melepas rindu.
Awalnya dia berpikir jika Jun Jie dan Xiao Ling pasti akan berjalan-jalan di taman belakang paviliun milik Jie, dan bercakap-caka.
Bo Qin mengira bisa mencuri dengar percakapan mereka dan melaporkannya pada raja, tapi apa yang dipikirkannya ternyata salah. Kedua orang yang tengah diawasinya itu tidak terlihat keluar dari paviliun tersebut.
Raja mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja. Namun, dia tidak mengatakan apa pun sementara sang kasim kepercayaan raja masih berdiri dengan tubuh bungkuknya di sisi kiri singgasana sang raja.
"Jadi tidak ada pergerakan mencurigakan?"
Pertanyaan itu dilontarkan raja dengan nada biasa. Bo Qin cukup terkejut, ia mengira raja akan memaki dan memberinya hukuman karena ia tidak memberikan laporan yang memuaskan.
"Lapor, Yang Mulia, kediaman Pangeran Jie sangat sepi. Sepertinya seluruh penghuni bergegas tidur malam ini."
Ding Xiang menyipitkan mata, tapi tidak mengatakan apa pun. Dia memasang ekspresi berpikir. Sang raja merasa ada kejanggalan, tapi melihat gerak-gerik dan ekspresi Bo Qin, dia yakin jika pengawal putra keduanya itu tidak berbohong saat ini.
"Kembali awasi Jun Jie!" kata raja, memecah keheningan yang menggantung di dalam ruang kerja raja selama beberapa saat.
Mendengar perintah itu Bo Qin tidak banyak bicara. Pria itu hanya mengangguk pelan dan undur diri dengan kepala menunduk dalam.
Sebuah dengusan terdengar keras sesaat setelah Bo Qin menutup pintu ganda ruang kerja raja. Ding Xiang masih berpikir jika apa yang dilaporkan oleh Bo Qin sangat aneh, tapi dia juga meyakini kebenaran atas apa yang dilaporkan oleh salah satu pengawal kepercayaanya itu.
"Yang Mulia, mohon ampun atas kelancangan hamba. Namun apa perlu Anda mengutus Bo Qin memata-matai Pangeran Jun Jie?"
Ding Xiang sama sekali tidak tersinggung atas pertanyaan kurang ajar yang dilontarkan oleh kasim kepercayaannya.
Beruntung, De Lun yang melontarkan pertanyaan itu, karena jika tidak, Ding Xiang pasti sudah memotong lidah orang itu.
"Apa Anda khawatir Pangeran Jie jatuh cinta kepada Nona Xiao Ling?" sambung De Lun hati-hati. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran. De Lun takut jika raja akan menjatuhkan hukuman pada Jun Jie jika tahu pangeran kedua jatuh cinta pada seorang gadis yang berasal dari kalangan rakyat jelata.
Ah, tidak. Xiao Ling bukan gadis kalangan rakyat jelata. Dia cucu dari Guru Besar Du Yi. Seharusnya raja senang dan merestui jika putranya mencintai cucu dari seorang Guru besar yang sangat dihormati di wilayah delapan kerajaan. Iya, kan?
Ding Xiang ingin tertawa. Bukan itu yang dikhawatirkannya. Dia hanya ingin tahu apa pemikirannya mengenai jati diri Xiao Ling selama ini benar?
Karena jika benar, Ding Xiang akan pastikan Xiao Ling tidak keluar hidup-hidup dari istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMAT - Melody of Your Heart
FantasyEbook tersedia di google play/book. Versi Wattpad tidak lengkap. Darah raja iblis yang mengalir di dalam tubuh Xiao Ling membuat gadis remaja itu menjadi incaran para penguasa kerajaan di bumi, karena jantung keturunan raja iblis yang dikenal sebaga...