Persiapan untuk perjalanan Jun Jie disiapkan dengan sangat teliti walau dalam kurun waktu singkat. Pagi ini raja sudah duduk di istananya, sementara para menteri dan pejabat kerajaan berbaris rapi, menunggu kalimat yang akan dilontarkan raja dalam keheningan yang terasa semakin berat setiap detiknya.
"Jun Jie sangat beruntung karena ia bisa memiliki teman seperjalanan menuju Perguruan Wu Yan." Ding Xiang berkata senang. Sementara matanya menatap lekat seorang pemuda serta dua orang gadis remaja berparas cantik yang berlutut di hadapannya. "Su Yin, Wang Ting ting," panggilnya membuat kedua gadis remaja bertubuh mungil itu sedikit tersentak.
"Hamba, Yang Mulia," jawab keduanya kompak.
"Aku mendengar ilmu pengobatan kalian sangat hebat," sambung Ding Xiang tenang. "Tugas lain kalian selama di Perguruan Wen Yan adalah memastikan kesehatan Pangeran Kedua!" perintahnya tegas.
"Hamba menerima perintah," jawab keduanya lagi, bersamaan.
Tatapan Ding Xiang beralih pada Hui Liang. "Hui Liang, putra dari Jendral Bao Yang Perkasa," tukasnya penuh pujian saat menyebutkan nama salah satu jendral kepercayaannya. "Tugasmu; melindungi Pangeran Kedua dengan segenap jiwa dan ragamu."
Ding Xiang menjeda, memberi waktu pada Hui Lian untuk meresapi tugas besar yang diembankan padanya saat ini. "Aku yakin kau tidak akan mengecewakanku," sambungnya tenang.
Hui Liang ber-kowtow dan menjawab, "Hamba menerima perintah, Yang Mulia."
"Bagus!" seru raja terdengar senang. Pria itu mengetuk-ngetukkan jarinya pada bagian lengan takhtanya. "Setengah batalyon prajurit akan mengantar kepergian kalian hingga pintu perbatasan ibu kota."
"Yang Mulia." Meng Yao menjeda dengan cepat. Ia berdiri di samping Jun Jie yang sedari tadi tidak mengatakan apa pun. "Mohon izinkan hamba untuk bertanya."
Satu alis Ding Xiang terangkat. "Katakan!"
"Masalah identitas Pangeran Kedua," Meng Yao memulai dengan nada tenang menakjubkan. "Hamba rasa akan lebih aman jika jati diri Pangeran Kedua disembunyikan," usulnya yang disambut keheningan para hadirin yang hanya bisa menyetujui hal itu dalam hati. Mereka kembali menunggu jawaban raja dengan dada berdebar cepat.
"Apa kau pikir aku bodoh, Putra Mahkota?"
Meng Yao langsung jatuh bersujud. "Ampun, Yang Mulia. Hamba tidak bermaksud untuk—"
"Tentu saja identitas Jun Jie akan dirahasiakan," potong Ding Xiang dengan geraman rendah. "Adikmu akan masuk Perguruan Wen Yan sebagai putra dari Tabib Wang," terang raja tenang. "Selain Guru Besar Du Yi dan bibi kalian—Wen Qian, tidak ada orang lain yang tahu mengenai jati diri adikmu yang sebenarnya."
Ding Xiang mencondongkan tubuhnya. "Karena itu, jika identitas Pangeran Kedua terbongkar oleh pikah musuh, maka salah satu dari kalianlah yang pasti membocorkannya."
"Kami tidak berani, Yang Mulia," seru para menteri dan pejabat yang hadir kompak. Mereka bersujud dengan tubuh gemetar karena rasa takut yang menjalar hingga tulang sum-sum.
Raja menyeringai puas. "Sudah waktunya kau berangkat, Pangeran Kedua!" serunya. "Dan jika saatnya tiba, kembalilah ke istana dengan kebanggaan!"
.
.
.
Ada perasaan lega dalam diri Jun Jie saat rombongannya sudah jauh meninggalkan perbatasan Ibu Kota Kerajaan Wu.
Entahlah. Jie hanya merasa jika dirinya kini bebas. Lepas dari cengkraman kekuasaan ayahnya. Setidaknya kini ia memiliki waktu untuk melakukan apa yang diinginkannya. Jun Jie menyembunyikan kegembiraannya dibalik ekspresi datarnya. Persetan dengan bahaya yang mengintainya di luar istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMAT - Melody of Your Heart
FantasyEbook tersedia di google play/book. Versi Wattpad tidak lengkap. Darah raja iblis yang mengalir di dalam tubuh Xiao Ling membuat gadis remaja itu menjadi incaran para penguasa kerajaan di bumi, karena jantung keturunan raja iblis yang dikenal sebaga...