.silahkan menikmati.
Salam!
•••
"Wow, hai manis, siapa namamu?"
Hell, tidak adakah yang lebih menyenangkan daripada disebut manis oleh orang yang kau kagumi? Jantungku, bertahanlah sedikit. Ini bukan saatnya kau berhenti berdetak dan membiarkanku tergeletak tak bernyawa.
Sialan—Kim Soekjin ini benar-benar sialan. Kenapa ia mendadak memujiku yang padahal kebiasaannya adalah memuji dirinya sendiri? Sadar tidak, sih, sikapnya yang seperti itu membuat jantungku berada di kawasan berbahaya.
Beruntung aku sudah menjejalkan dua butir pil ke dalam mulutku sebelum berangkat tadi. Kalau tidak mungkin aku akan tergeletak kaku dan akan menjadi perbincangan seluruh dunia. Wah jangan sampai."Namaku Kyei. Ah, jangan menyebutku begitu, kau bisa membuatku pingsan saat ini juga, oppa."
Seokjin menoleh menatapku. "Oh? oppa? Berapa umurmu jika aku boleh tau?"
Aku mendorong albumku ke arah Seokjin, ia menerimanya lalu mulai mencoret. Ia masih menatapku walau hanya sesekali seraya menunggu jawabanku. Sejujurnya entah kenapa aura yang berada di sekitar Seokjin itu membuat aku tidak berani memanggil namanya saja. Dia memang berisik, tapi wibawanya tidak main-main. Bahkan, jujur saja memanggilnya 'oppa' itu suatu ketidaksengajaan untukku. Iya, aku tidak suka memanggil seseorang dengan sebutan seperti itu—walau terkesan tidak sopan, tapi bukankah itu sedikit menggelikan mengingat aku bukan berasal dari Korea. Iya, sedikit.
"Umurku 22 tahun," jawabku.
Seokjin menatapku tak percaya. "Oya oya? Kau benar-benar berumur 22 tahun?" tanyanya tidak percaya, mata serta bibirnya membulat lucu. Ingin dicium saja rasanya.
Aku terkekeh seraya menyibak rambutku ke belakang, sedikit menaikkan alisku menggodanya sebelum akhirnya aku merutuki diri diam-diam sebab bersikap menjijikkan. "Iya, 22 tahun. Kenapa kau sangat terkejut?"
Soekjin segera menetralisir wajahnya. Mungkin bersikap harus tampan sudah mendarah daging di laki-laki satu ini. Mudah sekali baginya berpindah dari satu ekspresi ke ekspresi lainnya. "Kau terlalu imut untuk umur 22 tahun," ujarnya seraya menyandarkan punggungnga pada dinding kursi dan menatapku kecewa.
Dahiku mengerut melihat reaksinya. "Kenapa? Jangan memberikan wajah seperti itu!" Aku ikut memasang wajah kecewa padanya. Senang sekali bermain-main dengan Seokjin.
Seokjin menegakkan tubuhnya lalu membesarkan matanya antusias. "Kau sangat imut. Awalnya aku mengira kau berumur delapan belas tahun, ternyata aku meleset," keluhnya membuatku terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROUND✔
Fanfiction(FOLLOW DULU SEBELUM DIBACA) "Bagaimana rasanya bertemu dengan idol yang kau kagumi?" Mencintai sesuatu yang agaknya terlihat mustahil dimiliki memang bukan hal yang jarang lagi. Berderetan populasi di dunia ini melakukan hal yang sama. Tapi, tidak...