29//

2K 216 88
                                    

Jangan lupa Vote, Komen dan share~

Enjoy ya.

--

Tepat setelah dokter Shin selesai melontarkan kata, Kyei melirik Bima yang berdiri tepat di sampingnya. Laki-laki berparas indah itu terlihat menatap kosong ke arah dokter Shin yang kini tersenyum manis. Pun lain lagi dengan Kyei yang kini balas tersenyum hangat sembari membuang napas lega. Sekiranya Kyei tidak pernah rasanya melakukan perbuatan yang luar biasa baik sampai akhirnya terbangun langsung mendapat kabar bahagia seperti ini. Sungguh mengguncang jiwa raga.

"Kau serius, Dok?" tanya Bima setelah sadar dari lamunannya. Ia meraih tangan Kyei yang tidak jauh darinya dan meremasnya. Menatap Kyei sejenak sembari  menarik senyum lebar lalu kembali beralih pada dokter dengan tatapan penuh harap.

Dokter Shin mengangguk, sembari merapikan jas putihnya, dokter Shin berucap, "Benar. Kemarin kami sudah melakukan operasi, otomatis nama Kyei sudah berada di atas sekarang. Hanya tinggal menentukan jantung yang sesuai saja. Mari kita tunggu kabar baik selanjutnya."

Bima tersenyum lega. Pun kalau didefinisikan rasanya membutuhkan ribuan kata untuk Bima gunakan. Hanya saja semuanya terlampau di atas awang-awang hingga akhirnya Bima tidak bisa berucap saking kencangnya ledakan sang euphoria. "Terimakasih, Dok. Terimakasih banyak," ucap Bima sembari menunduk sembilan puluh derajat penuh hormat.

Dokter Shin tersenyum sembari mengangguk. Ia menatap perawatnya yang telah selesai merapikan alat-alat lalu kembali menatap Bima. "Tidak masalah. Terus beri dukungan untuk kakakmu—dan Kyei, usahakan untuk tetap tidur tanpa meminum obat tidur. Tidak baik untuk jantung dan ginjalmu. Tidurlah dengan baik." Bima menatap Kyei sejenak lalu mengangguk. "Kalau begitu saya pergi dulu."

"Sekali lagi terimakasih, Dokter Shin."

Tepat setelah sang perawat menutup pintu ruangan Kyei, Bima menghembuskan napas yang luar biasa lega. Ia menarik kursi yang tidak jauh darinya lalu mendudukkan bokongnya. Membawa kedua tangan Kyei ke depan dada untuk diremas sebagai pelampiasan rasa bahagia yang terus meledak. "Kak!" serunya riang.

Kyei tertawa kecil. Menarik satu tangannya lalu dialihkan ke rambut Bima untuk diusap penuh sayang. Cinta sekali rasanya. Teramat bahagia memiliki saudara yang luar biasa menyayanginya seperti Bima. Kalau saja tidak ada Bima yang selama ini selalu melempar perhatian walau terkadang tengah berselisih, Kyei tidak tahu lagi harus bagaimana. Adiknya ini sudah seperti separuh hidupnya. Agaknya setelah semuanya kembali seperti semula, Kyei ingin menjanjikan beberapa angka nol di kartunya untuk Bima. Iming-iming sebagai rasa terimakasih.

"Kau bahagia?" tanya Kyei.

Bima mengangguk kuat. "Sepenuh hati. Bahagia sepenuh hati!" serunya.

"Beritahu Ayah Ibu, ya?" ucap Kyei sembari melepas tangannya dari kepala Bima. Menatap sang adik dengan tatapan yang super lembut. "Kurasa mereka selama ini sangat khawatir."

Bima melepas tangan Kyei, menumpu kedua tangannya di sisi ranjang seperti anak sekolah dasar yang siap untuk belajar. Sedikit menerawang—memikirkan ucapan sang kakak hingga akhirnya Bima mengangguk. "Baiklah akan kukabarkan nanti. Sekarang mereka masih bekerja."

Kyei mengangguk kecil. Ia beralih menatap lurus ke depan. Jelas kabar ini sangat membahagiakan bukan main. Bahkan rasanya ingin menebar hal yang sama pada setiap orang. Memberitahu kalau ini adalah kebahagiaan yang luar biasa indah. Tapi, jelas ada satu hal yang terselip dibalik kebahagiaan yang meledak seperti kembang api. Satu hal yang Kyei sendiri tidak bisa menilai kalau itu termasuk sebagian kecil atau sebagian besar di dalam hidupnya. Sama halnya kembang api, tidak semuanya akan terus menyala lalu memberi magnet untuk menarik setiap senyum orang yang melihat kembangnya. Jelas ada kembang api yang entah sudah masuk angin atau memang kekurangan material hingga tidak bisa meledak meleburkan bahagia. Ada. Jelas ada.

ROUND✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang