17//

3.5K 287 162
                                    

Jangan lupa vote, komen dan share.
Enjoy.


--

"So.., kau benar-benar berkencan?" Hani menuangkan satu-persatu pil berbeda warna pada piring kecil di depannya. Setelah menyiapkan segelas air minum baru gadis itu mendorong piring serta gelas itu pada Kyei. Menyimpan kedua tangan di atas meja dengan wajah sedikit dicondongkan—tertarik.

Kyei menatap sebentar piring kecil itu sebelum beralih menatap Hani seraya mengangguk singkat. "Ya."

Hani menghela nafas. "Seberapa banyak?"

"Apanya?"

Hani memejamkan matanya sebentar, lelah. "Kejutan yang kau terima hari ini."

Kyei terkekeh kecil seraya mengendikkan bahunya. Ia meraih tiga jenis pilnya dan meletakkan di mulut lalu secepat mungkin meraih air dan meneguknya. Mengernyit sebentar merasakan pahit yang sedikit menyengat di tenggorokannya. Setelah itu dengan sedikit ragu Kyei kembali menatap ke presensi Hani. "Sedikit banyak?" jawabnya ragu lalu mengendikkan bahu. "Tidak tahu juga. Sekitar tiga kali atau empat kali?"

Hani mendelik malas. Ia meraih piring kecil dan gelas Kyei lalu membawa ke wastafel, melirik singkat gadis yang berada di belakangnya lalu mendengus. "Kenapa tidak menghindar saja, sih? Kau tahu sendiri akibatnya."

Membuang nafas kasar, matanya menyipit menatap punggung Hani yang tengah membasuh piring dan gelas tadi. Heran sendiri dengan kadar kepintaran gadis itu. "Namanya juga kejutan. Kau ini, kejutan itu terjadi secara tiba-tiba. Bagaimana bisa aku menghindar," protesnya.

Hani menghentikan gerakan lalu berputar menatap Kyei yang duduk manis di kursi makan. "Putus saja kalau begitu."

"Lagian ju-wait! What?!"

Mata Kyei sontak menyipit. Gila. Bahkan hubungan Kyei dan Yoongi belum berjalan selama dua jam. Benar-benar, Kyei harus segera mengantar Hani ke psikolog dan memeriksa kejiwaan gadis itu. Mulutnya juga harus dijahit kalau perlu. Pun sedikit mengherankan Hani mendadak seperti ini mengingat beberapa tempo lalu dia sendiri yang meyakinkan Kyei kalau Yoongi adalah orang baik-baik.

"Putus saja," bujuk Hani lagi. Gadis itu berbalik sebentar untuk meletakkan piring dan gelas tadi ke rak di sampingnya lalu berjalan menuju kursi di seberang Kyei. Menumpu dagunya dengan telapak tangan seraya tersenyum tipis.

Kyei menggeleng heran. "Gila saja."

Hani mengangkat sebelah alisnya. "Berterimakasih sebab Bima sudah tidur. Kalau tidak kupastikan pemuda itu akan mengekangmu setengah mati dan memastikan kalau kau tidak akan pernah bertemu lagi dengan Yoongi-mu itu," terangnya seraya tersenyum miring. Berlagak arrogan dibalik kekhawatirannya.

Bayangkan saja, bukan hanya Kyei yang terkena serangan jantung mendadak hari ini. Hani pun begitu. Sedang asik-asiknya menonton serial drama kesukaannya sembari menunggu Kyei pulang--sebelumnya ia memang disuruh Bima sebab katanya sudah lelah sekali--lalu mendadak saja mendengar bel interkomnya ditekan seperti kesetanan. Tentu saja Hani langsung berlari dan membukakan pintu. Dan lihat, tepat saat ia membuka pintu, ia langsung disambut dengan jatuhnya Kyei ke pelukannya. Tubuh gadis itu bergetar dan basah karena keringat dingin. Tentu Hani langsung berpikir yang tidak-tidak. Sudah lama sekali ia tidak melihat Kyei seperti ini, terakhir mungkin dua tahun yang lalu sebelum ia pindah ke Korea.

"Dia tidak punya hak untuk itu!" sanggah Kyei cepat. Tatapan gadis itu menajam tidak suka.

Hani menggeleng pelan. Kyei ini ternyata bisa keras kepala juga kalau menyangkut pasangan. "Dia adikmu. Tentu saja punya."

ROUND✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang