7//

3.8K 386 25
                                    

Jangan lupa vote dan coment~

-

"Ayolah, kau tidak kasihan denganku?"

Hani menatap Kyei tenang sejenak lalu menghela napas dan kembali fokus kepada buku literasi yang tengah dibacanya. Menghiraukan setiap ocehan dari mulut Kyei yang demi Tuhan sedari tadi malam tidak ada hentinya. Gadis itu—Kyei meminta Hani untuk menemaninya menonton penampilan Yoongi di salah satu acara. Oh, jelas Hani tidak mau dan berpikir dua kali untuk itu. Bergabung dengan para gadis yang akan terus berteriak nyaring adalah hal yang paling tidak Hani inginkan.

"Hani!" teriak Kyei jengah.

Hani berdecak keras sembari melempar tatapan menusuk tajam ke arah Kyei. Menutup buku literasinya kasar lalu dalam satu sentakan ia bangkit dan berjalan menuju kamarnya. Demi Tuhan kalau saja Kyei bukan temannya, mungkin Hani akan melemparkan Kyei ke parkiran di bawah sana.

"Wah, kau benar-benar tidak mau meneman—"

"Cepatlah! Aku tidak mau menunggu lama."

Senyum Kyei sontak mengembang, ia mengedipkan sebelah matanya dengan menjentik dan menciptakan bentuk pistol dari jari telunjuk dan jempolnya.  "Aku tahu kau tidak bisa menolakku."

Gadis itu segera bangkit dan berjalan menuju kamar tamu yang satu bulan terakhir ini menjadi kamarnya.
Meletakkan jari telunjuknya di dagu ketika menyapu pandangnya melirik berbagai jenis pakaian pakaian yang masih setia berada di kopernya. Mengacak sedikit lantas Kyei meraih sebuah sweater kebesaran berwarna nude dan celana jins berwarna hitam pekat. Kaki Kyei melangkah menuju nakas, mengambil sebuah plastik dan mengeluarkan beberapa butir pil yang ada di dalamnya. Meneguk dengan sebotol air di atas nakasnya lalu dengan sigap keluar kamar.

Di dapur bagian bartender Kyei melihat Hani yang tengah meneguk segelas susu, setelan gadis itu tidak beda jauh dengannya. Melangkahkan kakinya menghapus jarak hingga Hani menoleh menyadari keberadaan Kyei. Hani segera bangkit dan berjalan duluan keluar apartemen diikuti Kyei di belakangnya.

"Bagaimana dengan tiketku?" tanya Hani sambil menutup pintu apartemennya.

Satu ujung biraikan Kyei sontak tertatik. "Kau serahkan saja padaku."

Hani menaikkan sebelah alisnya heran. Tangannya menekan salah satu tombol pada dinding lift lalu bertanya, "Kau sudah membelikanku tiket?"

Enggan menjawab, Kyei menukik sebelah alisnya menggoda. Jelas ia harus membanggakan diri mengenai yang satu itu. Pun tidak perlu menjawab Hani sudah pasti tahu maksud Kyei melihat bagaimana Hani yang kini mendengus geli sembari memutar bola mata jengah. Melangkahkan kaki memasuki mobil Hani yang sudah berdiri gagah di depan lobi apartemen—agaknya memang tidak perlu susah payah menjemput ke parkiran sebab memang fasilitas apartemen Hani memang bagus bukan main.

"Apa kau mendapatkan tiket gratis dari Yoongi itu?" tanya Hani seraya menghidupkan mesin mobilnya.

Kyei tersenyum. Ia mengeluarkan ponsel yang tadi berada di dalam sakunya dan memilih untuk menggenggamnya. Sementara matanya tidak lepas dari jalanan yang sedikit sepi. "Tidak. Kau lihat saja nanti. Kau pasti akan terkejut melihat kekuatanku," angkuhnya.

Hani menghempaskan tubuhnya pada kursi, tangannya bergerak memutar stir menuju gedung putih yang sudah dipenuhi oleh banyak orang yang diyakininya sebagian besar adalah para penggemar. Meringis kecil, dalam hati Hani berdoa agar sepulang dari acara ini ia berharap telinga masih baik-baik saja. Demi Tuhan, seluruh gadis yang berada di luar sana benar-benar masih sangat muda, jelas mereka semua masih memiliki tenggorokan dan pita suara yang kuat untuk berteriak nyaring.

ROUND✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang