25//

2.3K 245 100
                                    

Jangan lupa vote, komen dan share~
Jangan lupa juga follow ig @silxcx_

Btw, aku mau up work baru. Jangan lupa mampir yaa, ramein. Dijamin kane banget serius gabohong. Harus suka, sih. Karena memang kejutannya ga main2. Ramein ya jangan lupaa

Enjoy.

--

Entah memang tidak ditakdirkan untuk memiliki atau bagaimana. Mau sebesar apapun ruang kesempatan yang terbuka, Bima sepertinya memang harus menerima kenyataan kalau kisah cintanya tidak seindah kisah kakaknya. Memang menyedihkan sekali, menyimpan perasaan bertahun-tahun dan berakhir dengan kalimat, "Kau ini masih kecil, Bim. Kau adikku yang paling manis dan tampan."

Entahlah, Bima tidak tahu harus menanggapi bagaimana jawaban dari Hani. Hanya membalas dengan tawa jenaka seakan-akan semuanya hanya candaan. Bima memang jantan sekali aslinya, tapi ketika berhadapan dengan Hani, semuanya berubah. Ia mendadak menjadi cemen dan tidak bisa berkata apa-apa. Hanya bisa tertawa kecil dan bermanja ria seperti anak kecil. Mentalnya memang benar-benar diraup abis oleh pesona luar biasa Hani.

Sore itu, Hani memutuskan untuk mengikuti Bima ke apartemennya. Ingin menemui Kyei sebab rasanya sudah lama sekali tidak bertemu karena kesibukan Hani sendiri. Hujan kala itu membuat jantung Hani berdegup kencang, bohong jika Hani tidak terkejut saat Bima menyatakan perasaannya dan memberikan coklat. Ia berusaha bersikap biasa dan berusaha untuk tidak gugup. Luar biasa terkejut mengetahui fakta kalau selama ini gadis yang Bima agung-agungkan di depannya itu adalah dirinya sendiri. Bodoh sekali sampai tidak peka. Pun Hani tidak berniat untuk menolak, dan Hani juga tidak bisa mengatakan Bima bukan tipenya. Tapi bagaimana, ya, dia dan Bima itu sudah seperti keluarga, tidak nyaman saja rasanya ketika ada rasa istimewa di antara mereka.

"Bagaimana, Kak? Mau kutemankan besok?" tanya Bima. Ia mengibaskan jaket kulit yang tadi digunakan sebagai pengganti payung. Hujan cukup lebat sore itu, perkiraan cuaca ternyata tidak seakurat itu sampai akhirnya Bima maupun Hani tidak membawa payung.

Hani mengusap lengannya yang sedikit basah lalu mendongak menatap Bima, sedikit menimbang-nimbang sebelum mengangguk setuju. "Tidak masalah."

Senyum merekah langsung menghiasi wajah Bima. Senang sekali rasanya. Walau ia ditolak dengan alasan masih kecil walau tampak nyata ia lelaki dewasa, setidaknya hubungannya dengan Hani tidak menjadi canggung sampai tidak bisa melontarkan lelucon kecil.

Hani berjalan beriringan memasuki gedung apartemen dengan Bima, melontar banyak lelucon kecil yang menarik tawa kecil. Langkah besar Bima terhenti saat melihat keributan kecil di depan resepsionis. Cukup ramai tapi dalam samar Bima maupun Hani bisa melihat seseorang yang tengah di gendong bridal style oleh salah-satu satpam. Hani mendongak menatap Bima sembari menukikkan alis—bertanya. Bima tidak menjawab, perasaan gusar langsung menguasai tubuhnya saat tangan orang yang tengah digendong itu menjuntai. Gelang berantai tipis berwarna silver menarik perhatian Bima. Pun Bima tidak buta maupun bodoh untuk tidak mengenal gelang itu.

Itu gelang milik Yoongi yang dipinjam Kyei. Atau lebih tepatnya sudah diberikan kepada Kyei.

"Kyei?" bisik Bima seiring dengan tungkainya melangkah lebar ke kerumunan.

Hani mengernyit, tanpa pikir panjang ia mengikuti Bima sembari berlari kecil. Melebarkan kedua matanya saat Bima mendadak sudah memaki orang-orang yang tadi berkerumunan.

"Sialan! Kenapa malah berkumpul, bodoh! Mau membuat saudariku meninggal?!" bentak Bima pecah. Tangannya dengan segera merebut Kyei agar beralih ke gendongannya.

Demi Tuhan, gusar sekali sampai rasanya tubuh Bima dicabik-cabik. Bima tidak tahu bagaimana menjelaskan rasa takutnya saat ini. Ia pun tidak tahu seberapa lama Kyei sudah pingsan dan sialan sekali manusia-manusia yang katanya berniat menolong itu malah berkerumun tanpa tujuan yang jelas.

ROUND✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang