27//

2K 211 107
                                    

Jangan lupa VOTE, komen dan share~

BACA AUTHOR NOTE DIBAWAH YA SAYANGKU 

Check it out~

--

Setelah dua hari menolak untuk memperlihatkan presensi dirinya, kini Bima memberanikan diri untuk memasuki ruang inap Kyei. Ia melirik sang kakak yang kini tengah fokus pada siaran televisi di depannya dengan sesekali menyuapkan alpukat kocok yang sudah Bima buatkan. Tepat tiga jam setelah kedatangan Bima, ruangan berdominan warna biru muda dan putih itu benar-benar hening dari percakapan. Bima maupun Kyei sama sekali tidak membuka suara. Entah gengsi atau canggung. Jangankan berbicara, saling bertemu tatap saja tidak ada. Kedengaran mustahil tapi memang begitu adanya.

Tentu Bima sangat tidak nyaman dengan kondisi ini. Sangat sangat tidak nyaman. Bisa dibilang ini pertama kalinya Bima dan Kyei tidak berbicara dalam dua hari berturut-turut. Biasanya, dalam kondisi sejauh apapun setidaknya mereka saling memberi kabar, tapi sekarang tidak.

Ini perihal keberadaan Bima yang merasa tidak dihargai. Bima jelas marah dan kecewa. Dia satu-satunya keluarga Kyei di sini dan dia juga satu-satunya yang tidak tahu perihal kondisi dan perpindahan rawat Kyei. Bahkan Hani yang tidak memiliki hubungan tali darah pun tahu. Pun bagi Bima kalau Yoongi tidak diberi tahu mungkin bisa masuk akal, bagaimanapun Yoongi memang orang baru. Tapi, ini Bima. Adik kandung Kyei.

Bima menghela napas. Matanya sudah mulai sakit sedari tadi terus memainkan ponsel guna menutupi kecanggungan. Sebelumnya Bima sudah menghubungi kedua orang tuanya perihal Kyei yang kembali dirawat. Oh tentu tidak memberitahu alasannya. Bima cuma mengatakan kalau Kyei sudah berada di posisi tiga dan harus melakukan pengecekan rutin. Bima tidak mau mengambil resiko dengan membuat orang tuanya panik setengah mati dan memilih terbang ke Korea saat itu juga. Terlalu berisiko.

"Sudah habis."

Dua kata pertama yang memecahkan rekor 'keterdiaman' mereka. Bima segera meletakkan ponselnya dan berjalan menuju Kyei. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Bima meraih mangkuk Kyei dan berjalan menuju kamar mandi. Tepat sebelum ia membuka pintu, ponselnya berdering membuat Bima meletakkan mangkuk yang sebelumnya ingin ia cuci ke atas troli kecil di sampingnya.

Bima melangkah mendekati ponselnya. Merunduk sedikit dan menaikan sebelah alis ketika melihat nama si penelepon. Ia melirik sebentar pada jam yang terletak tepat di atas televisi lalu mengernyit heran. Tangannya yang diselimuti tato meraih benda pintar itu dan mengusap layarnya.

"Ya, hyung?"

--

"Memangnya gejala yang kau lihat seperti apa, hyung?"

"Dia tidak bisa kedinginan," jawab Yoongi lalu melanjutkan dengan ragu, "sepertinya?"

Yoongi terdiam sebentar lalu merebahkan dirinya pada ranjang Namjoon dengan kedua telapak tangan sebagai alas. Barangkali untuk saat ini Namjoon adalah pilihan yang tepat. Laki-laki satu tahun di bawahnya ini pintar sekali, mungkin Namjoon bisa menjawab pertanyaan Yoongi.

Demi Tuhan, kemarin malam, Namjoon pulang dari Big Hit, ia mendengar suara dentingan gelas dari dalam kamar Yoongi. Tentu Namjoon langsung menyelonong masuk dan terkejut bukan main menemukan banyak alat elektronik yang berserakan di atas kasur Yoongi. Sementara sang pemilik tengah duduk di kursi sembari menikmati sekitar—sembilan botol alkohol. Daripada merusak semua barang Yoongi padahal niat Namjoon ingin mengembalikan ke tempat semula, akhirnya Namjoon menarik Yoongi yang sudah menelungkup sembari menyanyi tidak jelas ke dalam kamarnya.

Paginya, Yoongi menggeliat dan mengernyit sesaat saat mendengar suara ikat pinggang yang gemerisik. Setelah itu ia melirik pada jam beker yang tersimpan di nakas Namjoon dan menyipitkan mata tidak percaya. Oke, Yoongi tertidur di kamar Namjoon tanpa ia ketahui caranya, namun yang membingungkan adalah, ia sama sekali tidak terbangun saat tidur dengan Namjoon. Masalahnya adalah, dengkuran Namjoon itu biasanya benar-benar mengganggu.

ROUND✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang