"Jakarta masih sama." Gumam Sana ketika melihat pemandangan kota Jakarta dari kaca mobil.
"Ngga ada yang berubah, masih sama macetnya. Kecuali, hubungan kalian."
Sana tersenyum miris mendengar ucapan Taehyung. Ia paham hubungan yang Taehyung maksud.
"Mereka apa kabar?"
"Yah, baik. Gue kan selalu kasih info sama lo."
"Kak Nayeon beneran udah mau nikah?" Tanya Sana tidak percaya.
"Iya. Ya itu, calonnya Kakak gue. Mantan gebetan lo."
"Bukan gebetan gue, Taehyung. Gue ngga pernah deketin dia."
Taehyung mengacak-acak rambut Sana gemas. "Iya-iya. Lagian, lo udah jadi milik gue sekarang. Ngga sia-sia gue dateng jauh-jauh ke Taiwan cuma buat jengukin lo."
Sana tertawa mendengarnya. Kalau dipikir-pikir, memiliki hubungan dengan Taehyung dulu adalah hal yang mustahil. Karena apa?
Karena Sana sebenarnya sudah memutuskan untuk tidak berpacaran dengan salah satu dari ketiga laki-laki itu, tapi ternyata orang yang pertama dilihatnya adalah Taehyung. Dan Sana berani bertaruh, pelukan Taehyung adalah pelukan ternyaman yang pernah Ia rasakan selain dari Ayahnya.
"Mereka sekarang pasti udah punya pasangan masing-masing."
"He'em. Ngga ada yang namanya friendzone lagi sekarang. Bahkan Tzuyu yang trauma sama cinta aja udah punya pacar."
"Gue ngga pernah nyangka Jungkook bisa jadi pacar Tzuyu, padahal dulu gue yang paling nentang mereka."
Taehyung tersenyum kecil. Jika saja Taehyung yang ada diposisi Sana, mungkin Ia juga akan melakukan hal yang sama.
"Lo inget ngga, waktu itu muka Jungkook penuh lebam?"
Sana mencoba mengingat-ingat perkataan Taehyung.
Ah! Benar. Waktu itu wajah Jungkook penuh dengan lebam, Sana hampir saja kembali pingsan jika Tzuyu dan Taehyung tidak segera memberikan penjelasan padanya.
"Waktu itu Jungkook ceritain semua ke gue sama Bang Seokjin. Dia cerita gimana awalnya dia bisa deketin Tzuyu. Jungkook bahkan ceritain waktu lo sama Jeongyeon mukul wajahnya."
"Sedetail itu?" Kaget Sana.
"Iya. Jungkook bilang dia nyesel banget udah mainin Tzuyu, makanya dia ikut gue nyusulin lo."
"Terus luka lebam itu?"
"Gue sama Bang Seokjin yang buat. Abisnya, kita kesel banget sama kelakuannya. Masih kecil juga, tapi kelakuan begitu. Gimana besarnya coba? Untung udah tobat sekarang."
"Kalo dia ngga tobat, mana mungkin gue bolehin dia sama Tzuyu?"
"Yah, apalagi setelah liat perjuangan dia kan? Udah diusir, ditampar, dimaki-maki, tapi tetep aja ngga mundur. Jungkook keliatan serius banget."
"Emang seharusnya gitu."
Taehyung mulai bosan. Ia memainkan pipi Sana. Mencubit, menarik, memutar-mutar sampai mencuri sebuah kecupan di pipinya.
"Heh! Fokus aja. Pake cium-cium segala." Omel Sana. Padahal hatinya senang luar biasa.
"Lo lucu. Gue gemes." Ucap Taehyung.
Sana hanya pasrah. Ia mengernyit bingung ketika melihat Tzuyu yang berada di depan mereka terlihat terkejut.
Taehyung memang menjemput Sana dan Tzuyu di bandara bersama Jungkook.
Bedanya, Taehyung membawa mobil sedangkan Jungkook membawa motor. Tzuyu memilih menaiki motor bersama Jungkook, dan barang-barangnya dibawa oleh Taehyung di mobil.
"Tzuyu kenapa?"
Taehyung mengikuti arah pandang Sana. Matanya memicing, mengenali mobil yang menjadi sumber keterkejutan Tzuyu.
"Namjoon."
"Apa?"
"Mobil itu, mobilnya Namjoon."
"Coba lo selip, Tae."
Taehyung menuruti perintah Sana. Ia menyalip mobil Namjoon dengan cepat, meskipun jalanan macet.
"Jeongyeon."
- - - -
Jihyo tersenyum manis ketika melihat sebuah mobil berhenti di depannya. Pintu samping kemudi dibuka dari dalam, Yoongi menampilkan senyum tak kalah manisnya.
"Masuk." Suruh Yoongi. Jihyo menurut.
"Abis darimana? Tumbenan cepat?" Tanya Jihyo begitu mobil milik Yoongi mulai meninggalkan halaman fakultas kedokteran.
"Ketemu dosen."
"Ngapain lagi? Masih dipersulit juga?"
"Dipersulit apa, sih? Cuma ada urusan dikit."
Jihyo hanya mendengus tidak mengerti. Kenapa juga Yoongi terus menemui dosen? Padahal kan, Ia akan wisuda bersama Nayeon dan Seokjin.
"Mau makan dulu? Atau langsung pulang?" Tanya Yoongi.
"Makan? Atau pulang dulu?"
"Kok malah balik nanya?"
"Abisnya, gue juga bingung."
"Ke mall, yuk. Temenin gue beli tuxedo."
"Tuxedo?" Tanya Jihyo bingung. "Buat apa?"
"Buat gue pake pas ijab qabul sama lo nanti."
Jihyo reflek mencubit lengan Yoongi dengan keras. Gemas dengan mulut laki-laki itu yang sudah seenaknya bicara.
"Aduh! Kok dicubit, sih?" Protes Yoongi.
"Ya abisnya. Ijab qabul apaan coba?"
Yoongi hanya menunjukan cengiran khasnya.
"Lo nanti juga beli gaun, ya?"
Jihyo mengernyit bingung. "Gaun? Buat apa?"
"Lo pake pas gue wisuda nanti."
"Ribet amat. Pake baju biasa aja, sih."
"Jihyo, dandan yang cakepan dikit ih. Masa pake setelan kuliah ke wisuda gue."
"Gampang itu, mah." Enteng Jihyo. "Gue pake piyama aja gimana? Biar simple."
"Boleh juga." Sahut Yoongi. "Gimana kalo lo sekalian ngga usah dandan? Bangun terus dateng deh ke wisuda gue. Biar totalitas." Sambungnya dengan penuh penekanan.
"Hahaha. Dih, pundung." Ledek Jihyo sambil tertawa keras. "Lagian, lo kenapa bohong sih? Bilang aja lo mau beli tuxedo sama nyuruh gue beli gaun itu, buat kondangan ke sodara lo yang ada di Bandung."
Yoongi menatap Jihyo tidak percaya. Darimana gadisnya tahu soal acara itu? Padahal Ia belum mengatakan apapun.
"Kok, lo tau?"
Jihyo tersenyum lebar. "Tau, dong. Nyokap lo yang kasih tau gue kemaren."
Yoongi mendengus. "Ck. Mamah kenapa ngga bisa jaga rahasia, sih? Harusnya kan gue yang ngasih tau lo."
"Sama aja. Udah buruan, nanti kemaleman. Gue mau nugas."
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Welcome home, Satzu.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life Bg. 2 [ Complete ]
Fanfictionkenapa semua hal didunia ini, selalu ngingetin gue sama kalian? Disarankan untuk membaca Our life sebelum membaca Our life Bg. 2 ini.