"Kak, gue mau per- loh, kok lo pake itu segala? Lo sakit?"
Tzuyu cepat-cepat memasuki kamar Sana, mengecek setiap inci dari wajahnya yang terasa hangat.
"Lo makan apa? Jujur sama gue." Tanya Tzuyu tajam.
Sana hanya diam. Ceroboh. Harusnya Ia tidak usah memakai plester penurun demam di dahinya tadi. Tzuyu jadi marah-marah kan.
"Gue ngga makan apa-apa, kok." Jawab Sana, sedikit takut.
"Bohong." Sela Tzuyu. "Tunggu."
Tzuyu mengingat-ingat sesuatu yang dilihatnya tadi pagi di tempat sampah dekat dapur.
"Lo makan makanan kaleng ya?"
Mampus. Gue lupa buang kalengnya di tempat sampah depan rumah.
"E-engga, kok." Elak Sana.
"Lo dapet darimana makanan itu? Kita ngga beli perasaan disini." Tanya Tzuyu lagi, dengan yakin.
Sana menghela nafas. "Gue bawa dari sana. Abisnya gue pengen banget makan itu. Sekali doang, Tzuyu."
"Kak, lo tuh ngga boleh makan makanan kaleng kaya gitu. Banyak pengawetnya."
"Iya, tau. Makanya gue makan diem-diem, karena lo pasti ngga bakal izinin gue kalo gue minta terang-terangan sama lo."
"Ya iya lah. Liat. Makan sekali aja lo langsung sakit, gimana kalo lo makan sering-sering? Lo bandel banget sih."
Tzuyu memijat keningnya pelan. Pusing dengan sifat keras kepala Sana.
"Maaf." Sesal Sana.
"Gue tau lo pasti kangen banget makan makanan kaya gitu, tapi sekarang lo ngga boleh- engga bukan ngga boleh, tapi ngga bisa. Lo ngga bisa makan kaya gituan lagi, hati lo. Hati lo udah ngga sesehat dulu." Ucap Tzuyu berusaha mengerti dengan perasaan Kakaknya itu. "Gue ngga jadi pergi aja lah, kalo kaya gini."
"Maaaffff. Emang tadinya lo mau pergi ke mana?" Tanya Sana sedikit merasa bersalah.
"Nyari Chaeyoung." Jawab Tzuyu ketus.
"Nyari Chaeyoung? Yaudah sana pergi. Gue ngga papa sendirian." Usir Sana.
"Lo yakin?" Tanya Tzuyu ragu.
"Iya. Bawa mobil, jangan naik taksi apalagi ojek online. Kunci rumah juga jangan lupa dibawa, gue mau tidur sambil dengerin musik, jadi nanti kalo lo pulang, gue ngga mau bukain pintu. Sekalian salam buat Chaeyoung." Cerocos Sana panjang lebar.
"Bawel banget lo, lagi sakit juga." Kesal Tzuyu. "Iya, gue pergi, nih. Jangan dengerin musik keras-keras. Nanti gendang telinga lo rusak. Kalo ada apa-apa telepon gue. Jangan lupa."
"Iya, hati-hati."
Tzuyu mengecup pipi Sana singkat sebelum pergi dari rumah. Mengunci pintu dan pagar rumah, Tzuyu tutup dengan rapat, agar tidak ada sembarang orang yang masuk. Apalagi jika itu orang gila, membayangkannya saja membuat Tzuyu bergidik ngeri.
Selang 10 menit sejak Tzuyu pergi menggunakan mobil milik Sana, sebuah mobil berwarna putih terlihat berhenti didepan gerbang rumah mereka.
Nayeon dan Mina turun dari dalam mobil itu. Menatap lekat kearah rumah didepan mereka.
Sepi.
Semua jendela dan pintu didalam rumah itu juga tertutup rapat.
"Masuk?" Tanya Nayeon, Mina mengangguk menyetujui.
Nayeon membuka gerbang rumah Sana pelan. Sedikit ragu karena lantai rumah itu bahkan terlihat kotor. Seperti tidak ada orang didalamnya.
"Lo yakin yang lo liat kemaren itu beneran Sana sama Tzuyu?" Tanya Nayeon ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life Bg. 2 [ Complete ]
Hayran Kurgukenapa semua hal didunia ini, selalu ngingetin gue sama kalian? Disarankan untuk membaca Our life sebelum membaca Our life Bg. 2 ini.