"Lo- kok lo ada disini?"
Jeongyeon menarik kerah laki-laki itu, sedikit menyeretnya pelan. Mencari tempat yang sedikit sepi.
"Ngapain lo disini? Hah?"
Masih ingat dengan siswa SMA bernama Jung Yunho?
Dua tahun berlalu dan Jeongyeon masih mengingat wajahnya dengan jelas.
Sekarang, di depannya, laki-laki itu muncul entah darimana. Menggunakan setelan casual, dan berada di lingkungan kampusnya. Apa-apaan ini?
"G-gue kuliah disini." Jawab Yunho. Nafasnya terasa sedikit sesak karena Jeongyeon terlalu erat mencengkram kerah bajunya.
"Kuliah lo bilang?" Sentak Jeongyeon. Satu tangannya yang bebas Ia gunakan untuk meninju wajah Yunho. "Ngga seharusnya lo disini. Lo harusnya masih ada di penjara sekarang."
"G-gue dibebasin."
"Dibebasin?" Tanya Jeongyeon. "Sama siapa?"
"Bokap. Sama bokap gue." Jawabnya takut.
Jeongyeon mengernyit. Laki-laki dihadapannya sekarang sangat berbeda dengan laki-laki yang 2 tahun lalu mengeroyok dirinya dan Sana.
Terlihat lugu dan polos.
"Oh, lo punya banyak uang ternyata." Ucap Jeongyeon sinis.
"Bokap gue ngga tau."
"Apa?"
Jeongyeon melepaskan tangannya yang sedari tadi memegang kerah baju Yunho. Kali ini Ia membawa Yunho masuk kedalam sebuah ruang kelas yang kosong. Agar pembicaraan mereka tidak didengar oleh siapapun.
"Bokap gue ngga tau." Ucap Yunho pelan. "Dia ngga tau sama sikap gue yang suka tawuran dan mukulin anak orang. Semenjak nyokap gue meninggal 3 tahun yang lalu, bokap jadi workaholic. Berangkat pagi, pulang pagi lagi. Kadang dia ngga pulang sampe berbulan-bulan. Gue kesepian, ngga ada yang bisa jadi penghibur buat gue. Sampe akhirnya, mereka ngajakin gue buat gabung sama mereka. Gue awalnya nolak, tapi ternyata tawuran ngga seburuk itu. Gue bisa lampiasin semua emosi gue-"
"Sama orang yang bahkan ngga ada sangkut pautnya sama masalah lo? Apa itu ngga kelewatan?" Cerca Jeongyeon.
Yunho menghela nafas panjang. "Gue tau. Makanya gue udah berhenti sekarang. Bokap gue marah, gue hampir ngga diakuin lagi sebagai anaknya. Dan begitu gue bebas, ngga ada yang mau temenan sama gue. Satupun. Mereka takut sama gue, temen gue yang dipenjara sekarang juga ngga nganggep gue temen lagi. Gue dibenci sama semua orang. Bahkan sampe ke kuliah pun, gue masih sendirian." Jelas Yunho. "Maaf."
"Maaf? Segampang itu? Setelah lo nusuk temen gue, dan buat dia hampir kehilangan nyawanya?" Tandas Jeongyeon tajam.
"Dia- meninggal?" Tanya Yunho tidak percaya.
"Hampir, tapi dia hidup lagi."
"Terus sekarang dia ada dimana?"
"Gue ngga tau. Setelah hari itu, dia ngilang dan belum balik sampe sekarang." Jawab Jeongyeon lemas.
"Soal masalah lo, gue turut prihatin. Tapi gue juga ngga bisa maafin lo gitu aja. Lo udah buat persahabatan gue berantakan."
"Mungkin ini karma yang cocok buat lo."
- - - -
"Kita mau kemana, Kak?" Tanya Dahyun sambil memakai seatbelt nya.
"Nonton? Ah engga. Mending makan aja, lo suka ngga fokus kalo gue ajak nonton." Sahut Jaebum.
"Hehe. Ya, maaf, Kak. Yaudah makan aja yuk."
"Restoran biasa?" Tawar Jaebum.
"Sure."
Jaebum melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Tidak mau terburu-buru karena mereka jarang memiliki waktu untuk berduaan seperti ini.
Belakangan, Jaebum sibuk dengan tugas-tugas kuliah. Ia tidak punya banyak kesempatan untuk pergi bersama Dahyun. Hanya sesekali, itupun kalau Dahyun juga tidak sedang sama sibuknya.
"Eh, Hyun." Tegur Jaebum. "Gue ngga tau ini berita baik atau buruk buat lo, tapi kemaren Bang Jinyoung bilang ke gue, kalau-"
"Kalau, apa?" Tanya Dahyun penasaran.
"Kalau dia liat Tzuyu di Fakultas Kedokteran."
"Tzuyu? Di Fakultas Kedokteran? Lo yakin?"
"Gue sih ngga tau. Bang Jinyoung itu yang liat. Bang Jinyoung juga bilang kalo dia sempet ngejar Tzuyu sampe parkiran, tapi setelah itu Tzuyu ngga tau pergi kemana. Yang dia liat disana cuma Mina."
"Kak Mina?" Gumam Dahyun. "Tzuyu, Fakultas kedokteran."
"Tzuyu pernah bilang ke gue sama Chaeyoung kalo dia mau masuk kedokteran, tapi gue ngga berfikir kalo Tzuyu kuliah disini. Setelah dia pergi gitu aja." Pikir Dahyun.
"Tapi bisa aja sih. Bukannya apa-apa, tapi gue juga kenal Bang Jinyoung udah lama. Dia bukan sumber informasi yang ngga bisa dipercaya."
"Sebenernya, waktu gue ke rumah Chaeyoung, dia bilang dapet chat dari nomor asing."
"Nomor asing?" Tanya Jaebum.
"Iya. Gue sempet baca chatnya."
"Apa isinya?"
Dahyun tampak berfikir sebentar sebelum menjawab. "Cuma ucapan happy graduation. Tapi ada nama panggilan sama emoticon."
"Apa?" Tanya Jaebum lagi.
"Baby tiger. Sama emoticon hamster."
"Itu kaya kode bukan, sih?" Tebak Jaebum.
Dahyun diam. Otaknya juga berfikiran seperti itu. Bukankah sudah terlalu jelas?
"Baby tiger dan emoticon hamster. Kak Sana, kan?"
"Ya, gue harap itu beneran dia. Gue cape harus terus-terusan bersikap kaya gini sama mereka."
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Uang bisa mengubah segalanya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life Bg. 2 [ Complete ]
Hayran Kurgukenapa semua hal didunia ini, selalu ngingetin gue sama kalian? Disarankan untuk membaca Our life sebelum membaca Our life Bg. 2 ini.