Bg.2 - Tujuh Puluh Enam

1.6K 237 88
                                    

"Haish!"

Brak.

"Gue bisa gila. Gue bisa gila. Engga, gue udah gila. Gue gila beneran. Sial! Arghhh!"

Dahyun terus saja meracau tidak jelas. Berkali-kali Ia membenturkan kepalanya dengan pelan keatas meja. Rambutnya sungguh acak-acakan.

"Kepala lo bisa pecah lama-lama."

Jaebum meletakkan telapak tangannya diatas kening Dahyun. Mencegahnya bertindak ceroboh.

"Kak Jaebum?"

Dahyun mendongak. Laki-laki di hadapannya ini sontak menggeleng pelan. Tak lain dan tak bukan, penyebabnya adalah wajah kelewat berantakan milik Dahyun.

"Ya ampun, rambut lo udah macem singa. Sini gue benerin." Cibir Jaebum sembari merapikan rambut Dahyun menggunakan jemarinya. "Lagi ngapain sih, disini? Bukannya ngerjain tugas malah ciuman sama meja. Mending sama gue aja ya, kan?"

"Apaan, sih?" Kesal Dahyun, lebih ke malu sebenarnya. "Gue cuma kepikiran sama Kak Sana aja. Waktu kita tinggal hari ini sama besok. Gue pusing mikirnya."

Jaebum menghela napas panjang. Memikirkan Sana, tidak akan ada habisnya. Benar kata Dahyun, waktu mereka hanya hari ini, dan besok. Jika tidak menemukan pendonor secepatnya, Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi, hanya satu yang muncul di benak Jabeum- meninggal. Kata yang sangat tepat bukan, untuk menggambarkan situasi yang mungkin terjadi?

"Gue juga kepikiran sebenernya, tapi mikirin kaya gini juga ngga dapet apa-apa, kan? Dino aja, harus nunggu sekitar 3 bulan buat dapet donor hati. Lah, kita? Mau dapet dimana dalam 2 hari? Takdir emang suka banget main-main."

Dahyun hanya mampu menatap kosong lembaran kertas yang berserakan diatas meja perpustakaan. Harusnya memang Ia kesini untuk mengerjakan tugasnya, tapi ketika sampai, bukannya mengerjakan, Dahyun malah melamun. Sambil membolak-balikan lembar tugasnya tanpa minat.

"Udah, yuk. Kita pikirin bareng-bareng nanti. Sekarang, makan dulu. Udah jam makan siang ini." Ajak Jaebum. Tangannya bergerak membereskan barang-barang Dahyun.

"Males." Tolak Dahyun, sedikit merengek.

"Engga. Harus makan pokoknya. Lo mau sakit juga? Lo mau nambah beban pikiran temen-temen lo? Mau Kak Sana-"

"Stop! Iya-iya, ayo makan. Bawel banget sih, lo." Potong Dahyun cepat. Telinganya akan terasa sangat panas jika membiarkan Jaebum berbicara lebih banyak lagi.

"Namanya juga sayang. Pasti ngga mau lo sakit, lah." Ucap Jaebum sambil menggandeng lengan Dahyun. Membawa gadis itu menuju kantin kampus.

Sepanjang koridor, Dahyun terus saja memeluk lengan Jaebum. Menyandarkan kepalanya di bahu laki-laki itu. Berjalan secara malas-malasan.

"Lama-lama, lo ngesot ke kantinnya." Cibir Jaebum, tapi Dahyun tidak peduli. Ia terlalu malas untuk sekedar berjalan seperti biasanya.

"Ck, Kook. Gue ngga mau, ih!"

Suara Tzuyu yang agak keras berhasil membuat Dahyun dan Jaebum menghentikan langkah mereka. Masih dengan posisi yang sama, mereka melihat Jungkook sedang menyeret Tzuyu secara paksa menuju kantin.

"Ayo, ih! Makan bentar doang, ngga sampe kiamat. Mobil lo ngga akan ke mana-mana." Kesal Jungkook.

"Oy, Kook!"

Jungkook menghentikan aktivitasnya -menarik lengan Tzuyu- ketika mendengar namanya dipanggil.

"Oit, Bang!"

Jaebum dan Dahyun berjalan mendekat. "Kenapa? Tumbenan berantem? Biasanya harmonis macem suami istri." Goda Jaebum.

"Ini nih, cewek gue." Tunjuk Jungkook kepada Tzuyu. "Disuruh makan susahnya melebihi ngucapin ijab di depan penghulu."

Our Life Bg. 2 [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang