"Kenapa, Kak?" Tanya Tzuyu ketika melihat Sana menjatuhkan kepalanya diatas kemudi.
"Lo, tuh." Jawab Sana. "Kenapa ngga pergi sendiri aja, sih? Udah gede juga."
"Emang apa salahnya, sih, lo nganterin gue ke kampus. Cuma sebentar, kok."
"Ya tapi tadi gue lagi tidur. Kan jadi pusing gue, lo bangunin tiba-tiba." Gerutu Sana kesal.
Tadi memang Sana sedang tidur di rumah. Perutnya sakit dan kepalanya terasa berat, tapi Tzuyu tiba-tiba membangunkannya. Meminta Sana untuk mengantarkannya ke kampus. Mengurus beberapa berkas yang masih kurang lengkap, atau apalah itu. Sana tidak terlalu peduli.
"Iya, deh, maaf." Ucap Tzuyu merasa bersalah. "Yaudah, gue turun dulu. Nanti kalo gue lama, lo pulang sendiri ngga papa. Biar nanti gue sama Chaeyoung, tuh anak juga lagi ada urusan di kampus."
"Kenapa ngga bareng aja tadi sama Chaeyoung?"
"Bener juga. Kenapa ngga bareng aja, ya?"
Tzuyu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, apalagi melihat ekspresi malas Sana, membuatnya semakin tidak enak.
"Turun lo." Ketus Sana.
"Iya-iya. Lo hati-hati, Kak. Atau naik taksi aja, nanti mobilnya gue yang bawa. Gue takut lo kenapa-napa. Muka lo pucet, lo yakin pusing gara-gara bangun mendadak? Bukan karena hal lain kan?" Tanya Tzuyu. Matanya memicing, meneliti ekpresi Sana yang berubah menjadi panik.
"Hal lain apa? Gue pusing kerena lo bangunin gue tiba-tiba. Udah, ih. Gue ngga papa. Masih bisa bawa mobil sendiri." Jawab Sana setenang mungkin.
"Yaudah, bye."
Setelah Tzuyu keluar dari mobil, Sana langsung meremas perutnya erat.
Sial. Kenapa semakin sakit saja?
Gadis itu mengernyit ketika ujung matanya menangkap sebuah benda persegi panjang tergeletak begitu saja diatas kursi penumpang.
Ceroboh sekali, pasti Tzuyu tidak sadar kalau handphonenya tertinggal.
"Tzuyu!"
Tzuyu berhenti melangkah. Ia membalikkan badannya dan mendapati Sana tengah berdiri sambil menyodorkan sebuah handphone.
"Ketinggalan. Lo clumsy banget, sih?"
"Hehe, ya maaf." Ucap Tzuyu. Cengiran lebar terpampang jelas diwajahnya, sebelum kembali masuk kedalam gedung fakultas kedokteran.
"Ngapain lo disini?"
Sana hampir saja terkena serangan jantung karena kemunculan seseorang di depannya.
Masih dengan ekspresi dan nada suara yang sama.
"Ekspresi lo masih sama." Ucap Sana tak kalah dingin. Ia memilih untuk mengabaikan gadis itu dan berjalan menuju mobilnya.
"Kita temen bukan, sih?"
Pertanyaan itu membuat gerakan tangan Sana yang hendak membuka pintu mobil terhenti.
Sungguh.
Pertanyaan itu tak pernah sekalipun Sana bayangkan akan keluar dari mulut sahabatnya, terlebih itu adalah Mina.
Sana melirik Mina sekilas, lalu melanjutkan kegiatan tangannya membuka pintu mobil.
"Kayanya bukan, deh. Mana ada seorang temen yang pergi gitu aja, tanpa kabar, lalu tiba-tiba kembali dan ngga ngasih penjelasan apapun? Mana ada?"
Blam.
Sana menutup pintu mobilnya secara kasar. Beralih menatap Mina yang sedang menatap datar kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life Bg. 2 [ Complete ]
Fanfickenapa semua hal didunia ini, selalu ngingetin gue sama kalian? Disarankan untuk membaca Our life sebelum membaca Our life Bg. 2 ini.