Bg.2 - Tujuh Puluh Dua

1.6K 226 51
                                    

Tok. Tok.

"Yoong?"

Yoongi dengan amat terpaksa mengalihkan pandangannya dari wajah damai milik Jihyo. Ia mengernyit, menyuruh Seokjin untuk masuk.

"Ada apa?" Tanya Yoongi bingung. Atensinya kembali kearah Jihyo, ketika gadis itu menggeliat tidak nyaman. Tangannya dengan cepat mengelus puncak kepala Jihyo dengan lembut.

"Minjem dapur. Rumah sakit ini punya bokap lo, kan?"

"Minjem dapur?" Heran Yoongi.

Seokjin mengangguk. "Iya. Gue mau masak buat Nayeon. Dia dari semalem belum makan."

Yoongi menatap bingung kearah Seokjin. Sejak kapan hubungan mereka kembali seperti semula? Sudah membaikkah?

"Udah baikan?"

"Belum." Jawab Seokjin. "Gue cuma khawatir sama dia. Ini udah sore, hampir malem. Dia bisa sakit kalo kaya gitu caranya. Gue ngga mau nambah beban pikiran."

"Bilang aja masih cinta kan lo, sama dia?" Tanya Yoongi dengan nada meledek.

Seokjin mendengus. "Udah, deh. Boleh ngga, nih? Kelamaan kalo gue balik dulu."

Yoongi terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Pake aja, tapi jangan lama-lama. Ngga boleh lebih dari satu jam. Inget. Itu dapur juga dipake soalnya."

Seokjin tersenyum lebar. "Siap! Makasih!"

"Sama-sama."

Baru hendak melangkah keluar, Seokjin kembali berbalik. Menatap Jihyo yang sedang tertidur diatas kasur yang berada di dalam ruangan Yoongi.

"Jihyo gimana?" Tanyanya sedikit cemas.

Yoongi menghela napas lelah. Ia ingat betul bagaimana Jihyo terus saja menangis setelah mendengar kondisi Sana, padahal Ia sudah mengingatkan gadis itu untuk siap. Tapi tetap saja, Jihyo merasa sangat terpukul. Bahkan Jihyo tidak tidur semalaman, gadis itu baru saja tidur setengah jam yang lalu. Itupun dipaksa oleh Yoongi, jika tidak mungkin Jihyo akan terus duduk di depan ruangan Sana sambil menangis atau kalau tidak ya, melamun.

"Lo tau sendiri lah, dia gimana. Ini aja gue susah banget bujuk dia buat tidur. Padahal gue udah kasih tau sama dia, biar dia siap sama kemungkinan terburuknya. Tapi tetep aja kaya gini."

"Mau gimana lagi, Yoong. Nayeon aja sampe gitu. Bingung gue. Taehyung juga, dari semalem pulang ngga kesini lagi. Mau marah sama Sana, tapi ini juga bukan kemauan dia. Semua di luar ekspektasi kita."

Yoongi mengangguk mengiyakan. Ia mengelus pipi Jihyo pelan, menghapus sisa-sisa air mata disana.

"Yaudah. Katanya lo mau masak. Keburu Nayeon pingsan nanti. Dimana emangnya dia sekarang?"

"Rooftop."

"Gila! Nanti kalo dia bunuh diri gimana?"

Seokjin mendelik. "Ngga lah! Dia pikirannya dewasa, ngga kaya lo."

"Enak aja. Bucin mah ya emang gitu. Di belain mulu. Heran gue, pake sok-sokan jual mahal segala."

"Sialan."

Tidak mau mendengar ejekan Yoongi lebih jauh lagi, Seokjin memilih langsung pergi menuju dapur rumah sakit. Menguncinya dari dalam, agar tidak ada yang mengganggunya. Lagipula, Yoongi pasti sudah menyebar pengumuman. Supaya tidak ada orang lain yang masuk ke dalam dapur selama satu jam kedepan.

"Heran. Kenapa gue masih aja peduli sama dia, padahal udah disakitin berkali-kali." Gerutu Seokjin. Merasa kesal dengan dirinya sendiri yang tidak pernah bisa bersikap cuek kepada Nayeon.

Our Life Bg. 2 [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang