Sana menatap seorang laki-laki yang tengah duduk memunggunginya di taman rumah sakit. Laki-laki itu juga memakai baju pasien, sama sepertinya.
Dengan langkah mantap, Sana berjalan mendekat. Lalu mendaratkan tubuhnya disamping laki-laki itu.
"Haaaahhhh. Gue ngga tau ternyata disini lebih bagus pas malem." Puji Sana sambil melihat sekeliling.
Laki-laki itu menoleh, sedetik kemudian tubuhnya tersentak kaget melihat siapa yang duduk di sampingnya. Tanpa berpikir panjang, Ia segera bangkit. Berniat untuk pergi.
"Mau kemana? Sini aja. Gue pengen ngobrol sebentar." Cegah Sana.
Meski bingung, akhirnya Ia memutuskan untuk duduk kembali. Menalingkan wajahnya. Tidak berani menatap Sana.
"Kita belum kenalan secara resmi, kan? Gue yakin, lo udah tau siapa nama gue." Ucap Sana lagi. Tangannya terulur.
"Y-Yunho. Jung Yunho." Balas Yunho pelan. Ia tidak menerima uluran tangan Sana.
"Lo beda banget ya. 2 tahun lalu lo keliatan berani, tapi sekarang?"
Sana menatap Yunho dari atas sampai bawah. "Lemah dan cupu."
Yunho menghela nafas panjang. Bertemu dengan Sana disaat seperti ini, tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
"Gue punya alasan." Sahut Yunho.
"Gue tau. Jeongyeon udah ceritain semuanya."
"Lo ngga marah?"
"Buat?" Balas Sana santai. "Karena lo udah nusuk gue? Atau karena lo udah ngancurin persahabatan gue? Atau malah, karena gue jadi kaya gini? Buat apa?"
"Semuanya." Lirih Yunho. "Buat semua yang udah terjadi sama lo. Gue minta maaf."
"Lupain." Sahut Sana. "Semuanya udah terjadi, dengan lo minta maaf pun, atau gue marah sama lo sekalipun. Semuanya ngga akan ada yang berubah."
Yunho membelalakan matanya tidak percaya. Kenapa Sana bisa dengan mudahnya memberikan maaf kepadanya? Kenapa Sana bisa dengan mudahnya melupakan semuanya? Ada apa dengan gadis itu?
"Awalnya emang kerasa berat. Banget." Ucap Sana. "Tapi lama kelamaan, gue terbiasa. Gue biasa ngerasain sakit ini. Yah, sebenernya ini juga bukan salah lo. Mungkin emang takdirnya gue aja kaya gini. Harus hidup sebagai cewek penyakitan. It's okey, gue cuma kecewa aja. Karena gara-gara lo, sahabat gue jadi ngalamin ini semua."
Yunho terdiam. Ia meresapi kata-kata Sana dengan baik, sampai hela nafas kasar keluar dari mulutnya.
"Kalo lo butuh donor, gue siap." Katanya mantap.
"Maksud lo? Donor- hati?"
"Ya. Gue-"
"No!" Sela Sana keras. "Gue emang butuh, tapi bukan berarti gue mau nerima donor dari orang yang masih hidup. Gue mau, seenggaknya dia udah meninggal atau pasien dengan vonis mati otak. Ngga ada harapan hidup. Gue ngga mau ngancurin hidup seseorang."
"Lo- butuh donor? Bukannya lo lagi jalanin kemoterapi, ya?"
Sana terbelalak. Sial. Dia keceplosan.
"Bisa lo rahasiain ini?"
"Kenapa?"
"It just."
Yunho mengangguk ragu. "Tapi, soal harapan hidup. Gue juga ngga punya. Hidup gue udah hancur semenjak nyokap meninggal. Lo pasti udah tau soal masalah ini. Gue kaya gini juga karena cape sama masalah ngga berujung yang gue punya. Gue cape hidup kaya gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life Bg. 2 [ Complete ]
Fanfickenapa semua hal didunia ini, selalu ngingetin gue sama kalian? Disarankan untuk membaca Our life sebelum membaca Our life Bg. 2 ini.