Bab 01 | Petaka Paper Bag

1.1K 34 8
                                    





"Dress cantik untuk cewek cantik."

"Mana jatah gue?"

"Tenang aja. Nih buat lo."

Kedua gadis yang menerima barang pemberian secara cuma-cuma itu langsung membuka isi paper bag masing-masing.

"Cricket! Emang enggak pernah bener lo kalau ngasih barang ke gue."

"Enggak bener gimana sih?" tanya Vegar santai. "Thirty four B, 'kan? Gue udah hapal," lanjutnya menyeringai.

Mily hanya mendengkus dan memutar malas bola matanya. Kembali diubek-ubeknya paper bag yang isinya ada beberapa cup bra.

"Cantik, 'kan, dress-nya?" tanya Vegar pada cewek di sebelah Mily.

Prisa mengangguk. "Kayaknya sih ...," ucapnya. "Betewe thanks, Gar." Ia belum bisa menilai karena belum melihatnya secara utuh. Tadi hanya diintip saja.

"Apa sih yang enggak buat Duo Princess gue ini." Vegar terkekeh sombong.

Mily mencibir tapi tidak lupa juga mengucapkan terima kasih. Sedangkan Prisa hanya tersenyum. Tidak lagi heran dengan Vegar yang terkenal playboy. Cowok itu selalu saja mendekati Prisa dan Mily, berniat mengincar salah satu dari mereka untuk dijadikan pacarnya.

Vegar juga dengan mudahnya membelikan segala macam barang untuk kedua gadis itu meskipun Prisa ataupun Mily tidak pernah memintanya. Namun, hingga detik ini hati kedua cewek itu belum juga ada yang luluh.

Tapi Vegar tetap sabar dan terus berusaha. Tidak masalah dengan pengeluarannya yang kian membengkak tanpa hasil.

Oh, bukan tanpa hasil, tapi belum.

Terkadang Vegar berpikir, apa ini yang disebut dengan rela melarat demi wanita?

"Ya udah gue cabut dulu." Vegar bangkit dari duduknya. "See you my ladies." Matanya mengerling nakal sebelum benar-benar pergi.

Bel masuk berbunyi. Prisa dan Mily segera meninggalkan kantin menuju kelas dengan menenteng paper bag masing-masing. Teman-teman seangkatannya yang sekelas dengan mereka maupun yang bukan, tidak lagi heran dengan Prisa dan Mily yang hampir setiap hari menenteng paper bag.

Semuanya tidak luput dari cekcok. Banyak cewek-cewek lain yang tidak terima lalu dengan terang-terangan menyindir atau bahkan sampai mendamprat, melabrak Prisa serta Mily.

Namun, jangan salah. Jangan anggap Prisa dan Mily akan tinggal diam saja dengan ulah para cewek-cewek tidak menarik itu. Jelas tidak menarik. Kalau menarik pastilah si playboy Vegar tidak akan diam di tempat. Prisa dan Mily akan melayani para cewek-cewek itu yang telah mengusiknya.

Pernah suatu hari Vegar memberikan satu set bra dan celana dalam pada Mily, lalu ada salah satu cewek yang tidak terima. Terjadilah adu mulut pada awalnya. Namun, saat itu Mily yang sedang bad mood untuk adu bacot lebih lama lagi seperti biasanya, dengan jengkel Mily mengeluarkan satu set benda itu lantas dilemparkannyalah tepat ke muka si cewek yang tidak terima itu.

Reaksi si cewek perebut satu set bra dan celana dalam?

Tentu langsung menangkapnya dan membawanya pergi.

"Boleh kali share loc alamat dukunnya."

Prisa serta Mily yang akan memasuki kelasnya pun sontak menghentikan langkahnya. Dua cewek menghadang mereka di ambang pintu. Dan lagi-lagi bukan teman sekelas.

"Minggir!" titah Prisa tenang dan dengan memasang muka datar.

Mily menyilangkan tangannya di bawah dada. Matanya menatap tajam ke kedua cewek itu. Apakah kali ini satu set jeroannya akan melayang lagi? Mily pasang sikap waspada.

Brettt ....

"YES! Akhirnya jadi milik gue juga," pekik kegirangan salah satu satpam cewek itu.

"Gitu dong dari tadi," ujar satpam cewek satunya lagi lalu ngacir pergi dengan jingkrak-jingkrak.

Mily melongo sambil mengikuti Prisa memasuki kelas.

"Pris, dress lo? Kenapa diem aja?"

Prisa melirik Mily yang sudah duduk di sampingnya. Sudah bel tapi guru belum masuk.

"Biarin aja sih," sahut Prisa. "Kayak baru sekali ini aja lihat tingkah dua pelakor itu."

Mily manggut-manggut. Iya juga ya. Kenapa juga dirinya harus kaget? Tak lama kemudian ia terkikik mendengar kata pelakor. Dirinya dan Prisa memang tidak tahu atau lebih tepatnya malas untuk mencari sebutan yang pantas untuk dua cewek hobi perebut barang itu.

Oleh karenanya ya sebut saja pelakor.

"Selamat siang anak-anak."

"Siang, Bu ...."

Guru datang dan anak-anak yang belum menempati kursinya buru-buru lari menuju kursinya masing-masing.

BRAK!

Spontan seluruh pasang mata di dalam ruangan kelas itu menoleh pada arah pintu yang didorong kasar dari luar. Muncullah seorang cowok di sana dengan tampang tidak berdosanya.

"Princess Prisa," panggil Vegar setelah masuk ke dalam kelas tetapi hanya berdiri tidak jauh dari pintu. "Sini deh bentar!" Cowok itu melambaikan tangannya. "Nih punya lo." Sebelah tangannya mengangkat sebuah paper bag.

"VEGAR! KURANG AJAR SEKALI YA KAMU MAIN NYELONONG BEGITU SAJA! TIDAK LIHAT KAMU ADA SAYA DI SINI?!"

"Lihatlah, Bu." Vegar nampak santai. "Sini, Princess!"

Prisa menahan tawanya. Benar-benar ya si playboy satu ini, ada-ada saja kelakuannya. Vegar terus memanggilnya agar menghampirinya. Sedangkan Bu Nirmala terus memaki Vegar yang tidak peduli. Namun, Prisa tetap anteng di kursinya.

"Uh, dasar manja ya lo." Pada akhirnya Vegar yang mengalah. Cowok itu berjalan dengan penuh rasa percaya diri menuju meja Prisa. "Ini hak lo Princess," ucapnya. "Enak aja si setan cabe itu main rebut-rebut."

Ternyata Vegar ke kelasnya hanya untuk melakukan ini. Prisa dan Mily saling lirik dengan raut muka geli.

"Makasih, Gar."

"Sama-sama my Princess Prisa."

"VEGAR!"

"Ck! Kenapa sih, Bu?" tanyanya kesal. Merasa terganggu dengan guru di depan sana.

"KELUAR KAMU SEKARANG SEBELUM PENGHAPUS KAYU INI MELAYANG!"

"Ah elah enggak asique nih guru," cibir Vegar sambil berjalan menuju pintu setelah sebelumnya pamit pada Prisa dan Mily.

Dengan cepat Prisa memasukkan paper bag itu ke kolong meja karena Bu Nirmala melotot ke arahnya.

Sekurang kerjaan banget itu ya si Vegar. Padahal Prisa tidak masalah jika dress itu tidak kembali lagi ke tangannya. Toh dirinya masih punya banyak dress pemberian cowok itu dari yang selain ia beli sendiri.

"Wah ... beha lo keliatan tuh, Mil," celetuk salah satu cowok dengan suara keras.

Mily langsung mengamati bagian tubuhnya, mengecek apa benar yang dikatakan oleh temannya itu.

"Yang di paper bag, Mil. Kalau yang nempel di gunung kembar lo sih aman," ujar suara lain.

Satu kelas tertawa.

"Sialan lo!" Mily malah ikutan tertawa. "Sengaja lo, ya?" Cewek itu menunjuk cowok yang duduk tepat di belakangnya lantas membungkuk untuk memasukkan benda itu ke wadahnya karena Mily menaruhnya di lantai dekat kaki kursi tempat duduknya.

Mily tahu Krisna pasti sengaja, tapi ia tidak pernah marah. Dan Mily juga tidak malu. Prisa hanya menggelengkan kepalanya.

Kelas masih riuh.

"DIAAAMMMM ...!"

Gue Prisa [Complete]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang