Jadi orang jahat salah, pengin jadi orang baik banyak masalah. Banyak sekali cobaannya dan itulah Prisa.
Seperti apa yang tadi sudah Mufid sampaikan, bahwa saat ini masih ada sisa waktu kurang lebih 15 menit setelah kegiatan baca tulis Al-Quran usai, si ketua rohis mulai kembali membahas masalah foto-foto Prisa yang mana menunjukkan keberadaan cewek itu yang berada di kelab. Ada yang sedang duduk santai, berjoget di lantai dansa dan dalam keadaan mabuk bahkan sampai teler.
"Menurut lo kira-kira siapa pelakunya?" tanya Mufid pada Prisa. "Sebagai sedikit petunjuk aja bukan berarti kita suuzon."
Terbayang dalam benak Prisa jika pelakunya tak lain dan tak bukan adalah ....
"Alin sama Finda, maybe."
"Ah iya mereka." Mufid menganggukkan kepalanya jadi teringat kejadian waktu itu.
"Apa lo bakal serahin foto-foto itu ke guru?" tanya Prisa.
"Gue rasa jangan deh," sela Roma. "Hooh jangan! Kasian Prisa, Bro."
"Iya, itu bakalan enggak adil buat Kak Prisa," tutur Lintang.
"Ya udah kalau gitu lo simpen aja, Fid, semua foto-fotonya!" saran Mulan.
"Enggak usah banyakan mikir lo, Bro!" Roma tidak sabaran.
Mufid mengangguk. "Oke. Untuk sementara waktu gue bakal simpen dulu fotonya."
Setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya Mufid sedikit membantu Prisa meskipun membantunya masuk dalam kategori melindungi perbuatan tidak baik seseorang.
"Orang terdekat bisa aja jadi musuh dalam selimut."
"Maksudnya? Lo nuduh Mily?"
Prisa mengepalkan sebentar telapak tangannya. Kenapa Gagah semakin menyebalkan? Apa coba maksudnya berbicara seperti barusan?
Cowok itu malah tersenyum lantas berkata, "Gue enggak ada sebut nama, Sa. Lagian gue juga yakin kalau pelakunya bukan Mily. Itu kata hati gue."
"Terus siapa dong?" tanya Mulan. "Setahu gue orang yang paling deket sama Prisa itu, 'kan, cuma si Mily doang. Eh sorry ya, Pris. Gue enggak bermaksud nuduh."
Prisa mengiyakannya.
"Besok gue coba minta tolong ke bagian CCTV buat ngecek," ujar Mufid.
"Nah ... ngapa kagak dari tadi coba?" Roma terheran-heran.
"Sorry ya ... gara-gara gue kalian malah jadi repot kayak gini."
"Kita udah kayak keluarga, jadi udah sepantasnya kita saling membantu."
Entah kenapa yang Prisa pikirkan sesaat setelah mendengar ucapan Gagah barusan adalah bahwa ia dan Gagah adalah sebuah keluarga kecil yang harmonis. Padahal jelas-jelas bukan seperti itu maksud Gagah.
Oke. Anggap saja Prisa sedang mencoba menghibur dirinya sendiri. Tidak ada yang menyenangkan hatinya, jadi Prisa harus membuat hatinya senang sendiri.
Paham 'kan maksudnya? Kalau pintar pasti paham. Ck. Abaikan!
15 menit berlalu. Mufid membubarkan kegiatan hari ini yang berjalan agak sedikit tidak lancar karena masalah foto tadi. Dan jalan keluar sementara yang bisa Mufid ambil adalah ia besok akan pergi ke ruangan CCTV. Semoga staf bagian ruangan tersebut mau membantunya dengan alasan yang bahkan belum terpikirkan. Kalau Mufid jujur itu artinya sama saja secara tidak langsung, berarti ia sendiri yang membongkar rahasia ini.
"Emm ... Gah." Prisa mensejajarkan langkahnya dengan cowok itu.
"Ya? Ada yang bisa gue bantu?
Tepat sekali. "Lo mau enggak nganterin gue pulang?" tanya Prisa penuh harap dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Prisa [Complete]✓
Teen FictionGue Prisa. Hidup gue udah rusak sejak SMP. Puncaknya saat gue kelas 10. Gue hamil. Gue benci. Gue aborsi. Dan cuma bisa meringis saat benar-benar merasakan jatuh cinta pada salah satu cowok di sekolah gue, yang sangat-sangat gue sadari bahwa gue eng...