Bab 09 | Mabuk Asmara

261 11 0
                                    



"Sumpah ya Pris gue ikhlas lahir batin kalau lo minta dibiayain buat berobat ke luar negeri. Gue enggak tega lihat lo kek begini tiap hari. Gue juga enggak mau kehilangan sahabat satu-satunya yang gue punya."

Prisa memang sudah gila. Semenjak pertemuannya dengan Gagah 3 hari yang lalu dirinya jadi senyum-senyum sendiri tidak jelas. Prisa pikir ia tidak akan pernah bisa sedekat itu pada Gagah.

Namun kegalauannya kini sudah terobati. Prisa selangkah lebih maju. Rupanya bergabung dengan Nazwa tidak rugi. Dan Prisa tidak jadi menyesal karena sudah menuruti ajakan cewek berhijab itu.

Waktu itu mereka terpaksa harus berpisah karena bel masuk yang berdentang. Gagah sama seperti Prisa, masih kelas 11. Bedanya hanya pada jurusan. Kalau Gagah anak IPA.

Untuk ke depannya Prisa berencana akan mencoba menggali informasi tentang Gagah pada Nazwa. Dari sepengamatan Prisa nampaknya Nazwa dan Gagah kenal dekat. Terbukti dengan mereka yang ngobrol santai dan akrab.

Prisa mulai menerka-nerka. Apa jangan-jangan mereka punya hubungan spesial ya?

Pacaran?

Oh, tidak mungkin sepertinya.

Saling suka?

Besar kemungkinan bisa jadi.

Ah, tidak-tidak. Prisa harus tenang dulu sebelum mengetahui kebenarannya. Intinya Gagah dan Nazwa tidak boleh pacaran! Titik.

"Alah udahlah gue mau ke sana dulu. Bisa ikutan gila gue lama-lama sama lo."

Prisa membiarkan Mily beranjak menuju dance floor. Jika biasanya Prisa akan bergabung joget di sana tetapi tidak untuk malam ini. Sosok Gagah masih memenuhi otaknya.

"Puasa, Pris?"

Pertanyaan seorang bartender membuat lamunan indah Prisa buyar. Ia memutar bola matanya malas namun senyumnya masih tetap mengembang sempurna.

"Kasmaran lo?"

Prisa berdecak sebal. "Berisik banget sih lo!" cecarnya.

Sony pemilik nama bartender itu menggelengkan kepalanya dengan tertawa kecil. Ia yakin betul kalau Prisa sedang jatuh cinta.

"Minum enggak nih?"

"Sekali lagi lo nanya, gue hajar sumpah!"

Cewek berbalut mini dress itu mendelik pada Sony. Prisa merasa terganggu oleh Sony yang terdengar cerewet. Seharusnya jika tidak ingin terganggu lebih baik di rumah saja. Namun Prisa takut bosan seperti malam itu. Dan ketika Mily mengajaknya ke club seperti biasa, Prisa memutuskan untuk ikut dengan catatan ia tidak ingin mabuk malam ini.

Jika Prisa mabuk itu artinya sementara waktu ia akan lupa dengan Gagah. Padahal Prisa inginnya mengingat cowok itu terus. Jadilah Prisa harus menahan hasrat untuk tidak minum yang dapat membuatnya mabuk malam ini.

Walau tidak minum setidaknya nongkrong di club jauh lebih baik daripada berdiam diri di rumah. Abaikan Sony yang tertawa meledeknya sejak tadi karena tidak minum.

Prisa memainkan gawainya. Seketika ia merasa bodoh karena kenapa setidaknya dirinya bertanya apa akun sosial media yang Gagah punya. Akhirnya Prisa mengetikkan nama Gagah berulang kali dengan tiada hasil. Prisa juga tidak punya kontak Nazwa. Kalau saja ia bergabung di grup kelasnya, pastilah dengan mudah Prisa akan tahu nomor ponsel Nazwa.

"Percuma dong mainnya ke sini tapi enggak minum."

"Uh wow minumnya cuma air putih."

"Hahaha!"

Gue Prisa [Complete]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang