Bab 02 | Penasaran

635 29 4
                                    


Asap putih tipis yang mengepul ke udara itu saling bertabrakan. Seolah para penikmatnya sedang mengikuti kompetisi untuk menyabet golden winner. Menghisap dalam-dalam batang nikotin yang terselip di antara jari dan bibir masing-masing.

Prisa sendiri kini sedang menikmati batang nikotin itu untuk yang kedua kalinya. Ia sudah merokok sejak duduk di bangku kelas 9 SMP. Seiring berjalannya waktu cewek itu menjadi perokok berat.

Di salah satu ruang kelas kosong yang sudah tidak terpakai inilah Prisa dan Mily berada. Tidak hanya ada kedua gadis itu saja melainkan ada Vegar dan 2 cowok yang lainnya ikut bergabung. Tempat paling aman dan nyaman untuk melepas penat seusai mengikuti kegiatan belajar yang membuat kepala pening.

Bel berbunyi membuat Martin berdecak. "Cepet amat sih!"

"Santailah," sahut Vegar.

"Santai your butt!" Smail mengumpat sambil menginjak sisa rokoknya. "Habis ini ulangan Matematika, Solihin! Lo mau ikut ulangan susulan?"

"Udahlah biarin aja kalau si Vegar mau tetep di sini," ujar Martin. "Kalau gue sih ogah. Cabut duluanlah gue. Ayo, Mail cabut!"

"Ck! Smail woi Smail!" peringat pemilik nama lengkap Ismail Damri itu. Ia juga mengikuti langkah Martin yang sudah lebih dulu keluar.

"Lo enggak cabut, Gar?" tanya Prisa yang duduk di atas meja.

Terdengar Vegar yang mengembuskan napas berat sebelum berkata, "Sesungguhnya gue berat mau ninggalin kalian." Memasang wajah dramatis. "Tapi sebagai murid yang teladan gue harus ikut ulangan."

Mily tergelak. "Apa susahnya sih, Gar, ngaku kalau lo itu sebenernya bego," ejeknya. "Banyak tingkah lo."

"Oke deh terserah Princess Mily mau ngomong apa," balas Vegar. "Ini enggak ada yang mau ngasih gue semangat apa?" Wajahnya penuh harap. "Satu kecupan di pipi misalnya."

"Your dick!" Pukul telak Prisa serta Mily kompak sambil tertawa.

"Eh, salah bukan satu," ralat Vegar tetap teguh meskipun sudah dikatai. "Dua kecupan yang bener. Ayolah, girls! Princess Prisa pipi kanan, Princess Mily pipi kiri." Vegar menagkup sendiri kedua pipinya mulai membayangkan benda kenyal 2 gadis itu mendarat di pipinya. Bahkan kalau bisa di bibirnya sekalian. Ngarep.

"Banyak bekicot lo! Udah sana pergi ah!" Mily mengusir dengan mendorong tubuh cowok itu yang langsung nurut.

Prisa membersihkan beberapa meja yang sudah ditata berjejer untuk tidur menggunakan kemoceng. Sedangkan Mily memilih untuk duduk di kursi saja.

"Mil, kayaknya lo harus beli bantal deh." Prisa bersuara setelah beberapa saat terjadi keheningan. "Gue butuh."

"Bantal lo udah rusak?" tanya Mily berkerut dahi.

Prisa sudah duduk bersila di atas meja. "Bukan bantal yang di rumah. Maksud gue bantal khusus buat di sini."

"Ya ampun." Mily memutar malas bola matanya. "Enggak sekalian lo minta beliin kasur?"

"Boleh kalau kurirnya mau nganterin ke sini."

"Ash, cewek gila."

Mily menyusul Prisa ikut berbaring di sebelahnya. Meskipun tiduran tanpa alas kepala yang empuk, tapi kegiatan ini setidaknya lebih baik daripada mengikuti pelajaran.

Ya, mereka memilih untuk bolos di jam terakhir ini.

Prisa sudah memejamkan matanya. Kedua tangannya ia jadikan bantal. Di sampingnya Mily bermain ponsel sambil sesekali mengumpat kasar.

Gue Prisa [Complete]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang