Bab 03 | Jadi, Dia Itu?

478 26 1
                                    



Dengan kepala yang masih agak sedikit pusing Prisa beringsut dari ranjangnya menuju kamar mandi. Hanya gosok gigi dan cuci muka karena sedang urgent.

Mily benar-benar kurang ajar karena tidak membangunkannya. Lebih-lebih cewek itu sudah duluan berangkat sekolah.

Prisa melangkah dengan cepat bahkan nyaris berlari sambil terus melirik jam tangannya. Masuk ke dalam lift dengan menggerutu yang sebenarnya pun sudah menggerutu sejak tadi bangun tidur, karena lift-nya terasa lamban.

"Pagi, Mbak Prisa."

Tidak ada waktu untuk menjawab sapaan dari satpam seperti biasanya. Satpam itu sampai mengernyitkan keningnya merasa bingung dengan sikap Prisa pagi ini.

Taksi online yang dipesan Prisa baru saja datang dan cewek itu langsung masuk. Menyuruh sang sopir untuk secepat mungkin dalam mengemudikan setirnya.

Hari ini di jam pertama ada ulangan Matematika setelah seminggu yang lalu sudah terlaksana di kelasnya Vegar. Prisa yang anti angka beserta rumus-rumusnya pun tidak mau kalau sampai ikut ulangan susulan. Karena ia jadi tidak bisa menyontek. Apalagi jika yang ikut ulangan susulan hanya dirinya seorang.

Bisa gawat.

Bisa bahaya.

Jangan sampai.

Oleh karenanya Prisa kembali berkata, "Cepetan, Pak!" Untuk yang kesekian kalinya.

Taksi berhenti saat lampu merah. Dan saat sudah berganti warna hijau taksi yang ditumpangi Prisa tidak kunjung bergerak sedikit pun hingga beberapa menit.

Macet.

"Brengsek!" umpat pelan Prisa.

Ada 2 opsi untuk Prisa detik ini juga.

Opsi pertama, tetap diam di dalam taksi, bersikap santai lalu ketika nanti sudah tidak macet lagi Prisa balik lagi saja ke apartemen. Bolos hari ini dan tidak ikut ulangan yang artinya ia akan mengikuti ulangan susulan.

Opsi kedua, tetap diam di dalam taksi, berusaha bersikap tenang dan sabar. Percayalah kalau dirinya akan tetap selamat sampai sekolah dengan catatan TERLAMBAT. Sudah terlambat pasti nanti akan dapat hukuman pula. Belum lagi masalah ulangannya.

Huff.

Prisa mendesah panjang. Kedua opsinya tadi sama-sama buruk. Tidak ada yang bisa dipilihnya. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya dan juga tidak ada yang menguntungkannya.

Masih dengan kegundahan Prisa mengalihkan pandangannya pada sisi kaca sebelah kiri. Dapat dilihatnya tepat di samping taksi ada tukang ojek online yang khas dengan jaket hijaunya.

Prisa menegakkan tubuhnya. Dibukanya tas sekolah lalu mengeluarkan dompet.

"Ini, Pak." Prisa mengangsurkan selembar uang 100 ribuan. "Saya turun di sini aja."

"Eh-eh kembaliannya, Non!"

Blam.

"SMA DJ, Bang, buruan!" ucap Prisa naik ke boncengan begitu saja membuat driver ojeknya kaget. Mengabaikan teriakan sopir taksi yang menurutnya sangat tidak berguna.

"Tapi ong--"

"Udah tenang aja. Buruan, Bang!"

Prisa memotong kalimat Abang ojol dengan menepuk bahunya.

Abang ojol langsung sumringah tersenyum lebar meskipun Prisa tidak melihatnya. Seketika berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk mencari celah di antara padatnya kendaraan supaya bisa cepat meluncur.

Gue Prisa [Complete]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang