"Eh, mau ke mana lo?"
Prisa tidak menjawab pertanyaan Mily dan memasuki kelasnya kembali. Ia berdiri di ambang pintu.
"Nazwa."
"Iya, kenapa Prisa?"
"Ayo, ikut gue ke kantin!"
"Tapi, 'kan, lagi ngerjain tugas."
"Udah ayo ikut aja! Gampang ntar bisa ngerjain di kantin."
Nazwa terdiam sejenak sembari berpikir. Ia melihat Prisa menenteng buku paket Agama juga buku tulis dan pulpen. Berarti memang benar kalau Prisa mau mengerjakannya di kantin.
"Tapi ini masih jam pelajaran." Nazwa masih ragu.
"Aman kalau sama gue," ucap Prisa meyakinkan. "Buruan deh, Naz!"
"Ada apaan sih?" Mily menyusul menyembulkan kepalanya. Tumben sekali Prisa mau ngajak orang lain yang tidak dekat dengannya.
"Iya deh."
Nazwa bangkit menghampiri Prisa serta Mily dengan memeluk buku-bukunya di depan dada. Ketiganya jalan beriringan dengan posisi Prisa di tengah.
Tidak ikut salat duha sebagai gantinya harus mengerjakan soal-soal pilihan ganda yang ada di buku paket. Seharusnya sih mengerjakannya tetap di dalam kelas. Namun, Prisa dan Mily mana betah di dalam kelas jika sedang tidak ada guru. Ada guru saja mereka seringnya merasa tidak betah.
Maka dari itu kantin adalah pilihan tempat yang terbaik. Bisa sekalian isi perut.
Tadi saat hendak keluar kelas memang tidak ada yang menawari Nazwa untuk ikut. Tapi mendadak Prisa berubah pikiran.
Apa Prisa akan memanfaatkan Nazwa lagi?
Lihat saja nanti.
"Kenapa kita enggak ke perpus lagi aja?" tanya Nazwa tiba-tiba.
"Gue enggak suka," jawab Prisa tanpa memandang ke sumber suara.
"Pusing lah di perpus tuh," timpal Mily.
Nazwa manggut-manggut dan mengalah. Sesungguhnya ia merasa jadi murid nakal mendadak karena melakukan hal ini yang terbilang tidak patuh pada peraturan.
Diperintahkan Bu Hamidah untuk tetap di dalam kelas tapi malah ke kantin. Itu namanya pelanggaran.
Masih jam pelajaran tapi malah ke kantin. Itu menyalahi peraturan sekolah.
Tiba di kantin ketiganya duduk dengan sebelumnya sudah memesan makanan dan minuman.
"Emm ... siapa tadi nama lo?" tanya Mily menunjuk Nazwa.
"Nazwa."
Rupanya bukan hanya Prisa saja yang tidak tahu nama Nazwa tapi Mily juga sama. Nazwa menghela napas sabar.
"Ah, iya, Nazwa." Mily terkekeh. "Berhubung lo berhijab jadi lo aja ya yang ngerjain tugasnya," ucapnya seenak jidat.
Kini Mily tahu apa maksud Prisa mengajak gadis berhijab itu untuk ikut dengan mereka. Tanpa bertanya pun Mily sudah pintar.
"Iya ini Nazwa juga lagi ngerjain."
Kalau boleh jujur sebenarnya Nazwa agak canggung berdekatan seperti ini dengan Prisa serta Mily. Apalagi ini yang pertama kalinya. Karena setahu dirinya dua cewek berseragam ketat itu tidak mau membaur dengan teman-teman sekelas yang lainnya termasuk Nazwa.
Nazwa juga punya teman dekat di kelasnya yang selalu ke mana-mana bersama seperti halnya Prisa dan Mily. Hanya saja saat ini sedang terpisah karena teman dekat Nazwa sedang salat duha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Prisa [Complete]✓
Roman pour AdolescentsGue Prisa. Hidup gue udah rusak sejak SMP. Puncaknya saat gue kelas 10. Gue hamil. Gue benci. Gue aborsi. Dan cuma bisa meringis saat benar-benar merasakan jatuh cinta pada salah satu cowok di sekolah gue, yang sangat-sangat gue sadari bahwa gue eng...