Prisa melapisi thanktop-nya dengan sweater over size tetapi bawahannya tetap memakai hot pants. Ia menerima ajakan Erland untuk ke cafe yang ada di unit apartemen.
Ruangan ber-AC di dalam apartemen rasanya tidak cukup untuk mendinginkan otak serta tubuh Prisa yang panas akibat insiden beberapa menit yang lalu. Oleh karenanya nongkrong di cafe setidaknya sedikit bisa memperbaiki mood-nya.
Erland tetangga depan apartemen Prisa lah yang tadi melerai dirinya serta wanita tua itu. Dan untungnya wanita tua itu mau pergi juga setelah Erland mengajaknya bicara baik-baik.
Erland tidak bertanya lebih lanjut mengenai apa yang sebenarnya terjadi karena merasa itu bukanlah haknya untuk mengetahui urusan orang lain. Prisa hanya mengatakan jika wanita tadi salah alamat.
Pengunjung cafe malam ini tidak begitu ramai. Prisa dan Erland menempati salah satu meja dan duduk di sana.
Sebenarnya kedua manusia itu terbilang tidak begitu dekat. Hanya saja karena bertetangga mereka kerap saling menyapa jika bertemu.
Kalau Prisa tinggal dengan Mily, Erland hanya seorang diri.
Keduanya pulang pukul 00.39. Saat masuk ke apartemen jelas belum ada tanda-tanda kalau Mily sudah pulang.
Prisa membasuh wajah dan kakinya sebelum pergi tidur. Tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan lagi selain opsi satu-satunya adalah tidur. Lagipula matanya sudah cukup mengantuk.
Entah sudah berapa lama Prisa tertidur, antara mimpi atau nyata Prisa merasakan ada seseorang yang mengguncang-guncangkan tubuhnya serta memanggil-manggil namanya.
"Prisa bangun, Pris!"
"Engh ...." Prisa melenguh pelan sambil mengubah posisi tidurnya.
"Prisa ayo cepetan!"
Prisa mengucek kedua matanya. Di kamarnya cahaya begitu terang. Ternyata lampu utama menyala. Perasaan tadi Prisa sudah mematikannya.
"Mil?"
Prisa tidak mimpi.
Di hadapannya ada Mily yang memasang muka panik. Kini Prisa sudah duduk menatap heran Mily.
"Ayo buruan kita cabut dari sini!" kata Mily. "Gue udah kemasin semua baju-baju lo dan barang penting lainnya."
"Pindah?" tanya Prisa dan Mily mengangguk. "Ini masih malem, 'kan?"
"Udah lah, Pris, tanyanya nanti aja. Buruan!"
Dengan gontai Prisa mengambil sweater yang tadi dipakainya untuk dipakai kembali. Menyusul Mily yang sudah siap dengan 2 kopernya. Melirik kopernya sendiri juga sama. Ada 2 koper.
Mily mengunci pintu apartemen lantas berjalan buru-buru dengan Prisa di sampingnya. Jalan cepat sambil menyeret 2 koper sudah seperti maling yang ketahuan mencuri.
Namun, Prisa hanya menurut sampai keduanya memasuki mobil. Mily menyetir dengan kecepatan tinggi.
"Mil, lo enggak mabok, 'kan?"
Dalam sekejap Prisa baru teringat jika Mily baru saja pulang dari club. Pulang-pulang langsung ngajak Prisa pindahan mendadak. Dan sekarang nyetir mobil ngebut pula. Prisa khawatir kalau seandainya Mily saat ini sedang mabuk. Bisa bahaya.
"Aman," jawab Mily tetap fokus pada jalanan.
Ditelitinya Mily sekali lagi dan memang benar sepertinya cewek itu aman. Prisa baru bisa mengembuskan napasnya dengan lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Prisa [Complete]✓
Teen FictionGue Prisa. Hidup gue udah rusak sejak SMP. Puncaknya saat gue kelas 10. Gue hamil. Gue benci. Gue aborsi. Dan cuma bisa meringis saat benar-benar merasakan jatuh cinta pada salah satu cowok di sekolah gue, yang sangat-sangat gue sadari bahwa gue eng...