Melakukan kegiatan yang sebenarnya tidak kamu sukai. Namun karena kamu melakukannya bersama orang yang disukai, pastilah kamu akan rela melakukannya demi dia.
Bahagia.
Kenapa jika sedang bahagia, waktu akan terasa begitu cepat berlalu?
Itulah kerisauan yang sedang Prisa alami saat ini.
Setelah beberapa jam lamanya membereskan ruangan meskipun belum 100% beres, tiba-tiba mereka harus menyudahinya karena petang akan segera menyambut.
"Cepet banget ya udah mau magrib aja."
Prisa tertegun. Apa Gagah juga merasa bahagia seperti dirinya? Jadi cowok itu juga merasakan waktu cepat berlalu.
Oh, Prisa lupa. Iya benar Gagah memang bahagia. Namun definisi bahagia mereka itu berbeda.
Jika Prisa bahagia karena bisa berduaan dengan Gagah, maka Gagah bahagia karena sekarang sudah punya ruang khusus untuk ekstrakurikuler rohani islam.
Andai definisi bahagia Gagah itu sama seperti Prisa. Pasti Prisa akan sangat bahagia.
Prisa menepuk pipinya pelan. Di sini 'kan posisinya masih dalam fase suka sepihak. Gagah belum menyukai Prisa atau lebih tepatnya Gagah belum punya perasaan khusus terhadap Prisa.
Oke, sabar Prisa.
"Oh iya, Gah. Emangnya pintu rooftop itu harus dikunci, ya?"
Pasalnya Prisa baru sekali ini pergi ke rooftop sekolah. Sebenarnya Prisa sudah tahu mengenai hal tersebut dari Mily, Vegar atau pernah dengar dari anak-anak lainnya kalau pintu rooftop itu memang sengaja dikunci. Namun selama ini Prisa tidak terlalu memikirkannya karena menurutnya tidak penting. Dan ternyata itu bukan hanya sekadar rumor tetapi memang fakta.
"Iya. Biar enggak jadi tempat buat anak-anak bolos."
"Terus kenapa tadi pintunya kebuka? Gue kira rumor selama ini cuma hoax doang."
Awalnya Prisa berpikir demikian.
"Tadi Pak Jaz ngecek aja terus katanya lupa ngunci."
"Terus kenapa jadi lo yang ngunci pintunya?"
"Kebetulan, 'kan, gue mau ke ruangan tadi tuh. Jadi ya sekalian aja."
Prisa mengangguk lalu tertawa pelan. "Gue cerewet ya, Gah, dari tadi nanya mulu."
"Loh emang kenapa, Sa? Santai aja kali. Selama lo enggak kasi gue pertanyaan yang berat-berat, pasti bakal gue jawab kok."
Prisa tidak pernah menduga jika ia akan melewati hari ini bersama Gagah. Meskipun Prisa harus bergulat di ruangan kotor serta berdebu tapi Prisa senang.
Dan satu hal baru yang Prisa ketahui tentang Gagah.
Gagah orangnya asyik.
Tidak sombong, tidak sok jaim, gampang bercanda. Apa lagi ya?
Prisa menahan senyumnya. Itu sih namanya tidak hanya satu. Intinya Gagah orang baik yang patut Prisa perjuangkan.
"Motor lo diparkir di mana?"
Kedua anak remaja itu sudah tiba di parkiran.
"Gue enggak bawa motor."
"Emm ... mau bareng?"
Mau dong mau. Ayo, Gah, jawab mau!
"Enggak usah deh, Sa."
Yah. Pundak Prisa lemas seketika. Paksa enggak ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Prisa [Complete]✓
Teen FictionGue Prisa. Hidup gue udah rusak sejak SMP. Puncaknya saat gue kelas 10. Gue hamil. Gue benci. Gue aborsi. Dan cuma bisa meringis saat benar-benar merasakan jatuh cinta pada salah satu cowok di sekolah gue, yang sangat-sangat gue sadari bahwa gue eng...