Bab 22 | Apa? Maafkan Prisa

130 10 0
                                    

Setan dari segala jenis setan yang biasanya bersemayam dalam diri seseorang saat ini mungkin sedang jalan-jalan ke luar kota atau luar negeri. Pasalnya tadi saat mendengar azan magrib berkumandang, Prisa yang sedang rebahan santai bergegas mengganti pakaiannya yang lebih sopan lalu mengambil mukena dan pergi ke masjid.

Prisa sampai dapat standing applous dari Mily, Bi Muti dan Pak Pon. Prisa malu tapi cuek. Mengabaikannya seperti biasa. Masjid tidak jauh dari rumah. Oleh karenanya Prisa cukup dengan jalan kaki saja menuju rumah ibadah itu.

Sepulangnya dari masjid Prisa bersiap-siap untuk ke rumah Gagah. Ia tidak sabar bertemu cowok itu. Dan lebih tidak sabar lagi untuk segera memberi peringatan pada Bunga.

Mily ikut membantu Prisa memilih baju bahkan sampai aksesorisnya. Ia tadi ditawari Prisa untuk ikut tapi langsung menolaknya. Apa kata botol-botol minuman keras nanti kalau tiba-tiba dirinya datang ke pengajian? Mesti pakai baju panjang tertutup lagi. Semua serba tertutup dari kepala sampai mata kaki. Pasti sangat gerah. Mily tidak suka.

Toh Prisa juga sebenarnya hanya basa-basi saja mengajak sahabatnya satu itu. Siapa tahu Mily ingin merasakan suasana yang berbeda dari biasanya 'kan? Tapi karena Mily menolak ya sudah. Yang penting Prisa berhasil meminjam mobil cewek itu.

Ciitttt ...!

Bruk!

Saking tidak sabarannya, Prisa yang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi baru saja menyerempet pengendara motor yang tiba-tiba keluar dari gang. Orang itu jatuh beserta motornya. Jalanan cukup sepi tidak banyak kendaraan yang lewat.

"Argh bangsat! Enggak bisa naik motor apa itu orang?!" kesalnya memukul setir mobil lalu menarik napas panjang. "Astagfirullah. Sabar Prisa sabar! Ngaca kek kalau lo sekarang lagi pakai jilbab begini!"

Nampak pengendara motor yang berjenis kelamin laki-laki itu sedang bersusah payah mengangkat badan motor yang menimpa kakinya.

Prisa buru-buru tidak sabar ingin cepat menghajar Bunga. Tapi ini keadaannya ia baru saja menyerempet orang. Ragu. Ingin menolongnya sebentar atau tinggal kabur saja?

"Jalan Akasia buruan ke sini! Gue nyerempet orang. Lo buruan ke sini deh tolongin dia! Gue buru-buru. Kan bisa naik taxi. Please-lah. Tuh 'kan orangnya lihatin mobil. Pasti dia lagi nginget-nginget plat mobilnya. Lo mau urusan sama polisi? Oke. Buruan mumpung masih deket sama rumah!"

Blam.

Prisa keluar dari mobil setelah menelepon Mily. Dihampirinya laki-laki itu masih dalam posisi yang sama. Prisa meringis lalu sekuat tenaga menarik motor itu agar berdiri kembali.

"Sorry," ucapnya. "Gue minta maaf banget enggak bisa nolongin lo lebih jauh. Tapi tenang aja. Temen gue bentar lagi ke sini. Dia bakal nganter lo ke rumah sakit. Lo jangan ke mana-mana! Oke?"

Prisa menjelaskannya dengan cepat dan tanpa menunggu jawaban si korban. Masuk kembali ke mobil dan melajukannya cepat.

"Stop-stop!" perintah Mily. "Tunggu bentar ya, Pak!"

Mily tiba tepat saat mobil yang dikendarai Prisa melaju. Bahkan ia masih bisa melihat mobilnya itu melaju dengan kecepatan tinggi. Mily menghela napas. Pantas saja sampai menyerempet orang.

"Dasar bucin!" cibirnya sambil melangkah mendekati korban. "Maafin temen gue ya?"

Laki-laki itu sudah berdiri. Hampir saja ingin pergi namun seorang perempuan datang menghampirinya.

"Ayo, ke rumah sakit!" ajak Mily kemudian. "Tenang aja gue yang bakal tanggung semuanya. Oke bentar gue hubungin montir langganan gue dulu."

Laki-laki itu tidak merespons. Kakinya lumayan sakit. Tidak ada salahnya jika diperiksa dan diobati ke rumah sakit. Baguslah kalau cewek di depannya ini mau bertanggung jawab.

Gue Prisa [Complete]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang