Prisa merentangkan kedua tangannya sambil menguap. Badannya terasa pegal-pegal juga lengket dan sesak. Setelahnya ia mendesah karena ternyata masih memakai dress semalam. Tidak butuh waktu lama untuk mengingat kejadian semalam. Bisa-bisanya ia terpancing oleh dua siluman itu. Ah sudahlah. Penyesalan tiada guna yang penting sekarang Prisa sudah sadar dari mabuk sialannya.
Tak lama senyumnya terbit karena mengingat wajah Gagah. Tubuhnya langsung segar bugar.
"Gagah ... i'm coming ...!" serunya lantas berlari ke kamar mandi.
Setelah semuanya siap Prisa keluar kamarnya untuk menuju lantai bawah. Namun ketika baru saja mencapai pertengahan anak tangga Prisa kembali ke atas. Ia membuka pintu kamar Mily begitu saja tetapi cewek itu tidak ada. Di kamar mandi juga kosong. Jangan-jangan Mily ninggalin Prisa lagi.
"Mily udah berangkat, Bi?" tanya Prisa setelah tiba di ruang makan.
Bi Muti yang sedang berkutat pada pisau dan talenan pun menoleh ke belakang. Dahinya terkernyit samar memandang aneh pada majikannya.
"Non Prisa mau sekolah?"
"Menurut lo? Kenapa malah balik nanya sih? Mily mana?"
"Non Mily pergi."
Prisa mengangguk-anggukkan kepalanya cuek sambil memakan buah apel yang tersedia di meja.
"Bikinin gue sarapan gih buruan!"
"Non tapi--"
"Buruan deh!"
Bi Muti langsung kicep dan segera melaksanakan perintah Prisa. Makanan tercepat yang bisa disajikan adalah nasi goreng. Oleh karenanya wanita berusia kepala empat itu membuatkan Prisa nasi goreng pedas plus telur dadar.
"Kerupuknya mana, Bi?" tanya Prisa saat sepiring nasi goreng sudah siap di hadapannya.
"Tunggu sebentar Non ini lagi saya goreng."
Demi cowok yang Prisa taksir, Prisa tidak boleh marah-marah pagi ini. Pokoknya ia harus terus mengingat wajah Gagah agar emosinya terkontrol.
Bi Muti mengangsurkan semangkuk kerupuk pada Prisa yang langsung disambutnya antusias. Rasanya kurang lengkap jika makan tanpa kerupuk. Itulah Prisa.
"Bi, jam berapa?"
"Eh." Bi Muti menggaruk kepalanya. "Itu Non anu ...."
Giliran Prisa yang memasang wajah bingung pada ART-nya.
"Anu Non ini jam du-dua siang."
Spontan Prisa menghentikan kunyahannya yang sedang nyamil kerupuk.
"Jangan bercanda deh!"
"Demi Allah Non saya enggak bohong. Itu tadi makanya saya bingung lihat Non Prisa sudah siang kok pakai seragam. Saya kira Non masuk siang." Bi Muti menunduk takut-takut.
"Masuk siang lo kira gue kerja?" tanya Prisa tidak habis pikir lalu mengecek jam di ponselnya.
14.07
"Argh ... sial!" rutuknya kesal. "Kenapa lo enggak bangunin gue?!"
"Sudah Non. Tapi Non Prisanya enggak bangun-bangun. Tadi sebelum Non Mily pergi juga udah bangunin Non berkali-kali."
Brak!
Prisa memukul pelan meja.
"Enggak ketemu Gagah dong gue hari ini," keluhnya masih kesal.
Lama mengeluhkan nasip sialnya hari ini, sebuah ide brilian tiba-tiba muncul. Ini masih jam 2 pasti sekolahnya juga masih ramai. Setidaknya ada anak-anak ekskul. Apa Prisa ke sekolah saja ya? Siapa tahu Gagah masih ada di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Prisa [Complete]✓
JugendliteraturGue Prisa. Hidup gue udah rusak sejak SMP. Puncaknya saat gue kelas 10. Gue hamil. Gue benci. Gue aborsi. Dan cuma bisa meringis saat benar-benar merasakan jatuh cinta pada salah satu cowok di sekolah gue, yang sangat-sangat gue sadari bahwa gue eng...